Boeing KC-46A Pegasus: Tantang Dominasi Airbus A330 MRTT, Inilah Opsi Lain Pesawat Tanker TNI AU
Langkah Airbus A330 MRTT (Multi Role Tanker Transport) untuk melenggang sebagai pesawat tanker untuk TNI AU nampaknya mendapat ‘tantangan,’ lantaran ada kabar bahwa TNI AU sedang mempertimbangkan Boeing KC-46A Pegasus sebagai alternatif yang mungkin bisa dipilih, baik Airbus A330 MRTT dan KC-46A punya spesifikasi yang relatif mirip, yakni dibangun dari pesawat widebody twin engine dan punya kemampuan multirole.
Baca juga: Dua Kali Disebut KSAU, Masa Depan Airbus A330 MRTT Bersinar di Indonesia
Meski kalah kondang dalam penjualan ekspor dari Airbus A330 MRTT, KC-46A Pegasus yang di luar AS baru dipesan oleh Jepang, punya kans kuat untuk dipinang Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan TNI AU, diantaranya Boeing sudah berhasil memasarkan delapan unit AH-64E Apache Guardian untuk TNI AD, menyusul kemudian helikopter angkut berat CH-47D Chinook.
Lain dari itu, pertimbangan yang tengan digodok adalah kesesuaian untuk kebutuhan operasional Indonesia, kompatibilitas metode pengisian bahan bakar dengan armada pesawat TNI AU, interoperabilitas dengan aset yang ada dan yang akan datang, serta biaya siklus hidup (life-cycle costs). Dan tak kalah penting, opsi pendanaan lokal dan asing yang dapat dipakai, serta potensi pengaturan transfer teknologi dengan perusahaan lokal seperti produsen pesawat terbang milik negara PT Dirgantara Indonesia.
KC-46A Pegasus boleh dibilang armada terbaru dalam jajaran pesawat tanker yang dioperasikan Air Refueling Wing USAF, keberadaanya melengkapi dan pelan-pelan akan menggantikan KC-10 Extender dan KC-135 Stratotanker yang usianya telah menua. Meski terbilang baru, karena baru terbang perdana pada 25 September 2015, kapasitas bahan bakar yang dapat dibawa Pegasus masih jauh di bawah Extender yang berasal dari platform pesawar trijet Douglas DC-10 30.
Baca juga: KC-10 Extender: Serba Serbi Pesawat Tanker ‘Pendukung’ Ferry Flight F-16 TNI AU
Karena memang masih barang baru, status KC-46A Pegasus saat ini masih dalam masa uji coba dan pelatihan oleh AU AS, rencananya baru pada tahun ini armada Pegasus perdana akan mulai dikirimkan bertahap kepada AU AS, dimana di tahap perdana Boeing akan memproduksi 18 unit Pegasus pesanan AU AS.
Pendahulu Pegasus adalah Boeing KC-767, dan sudah jelas bahwa platform yang dicomot pesawat tanker ini adalah dari pesawat komersial jarak jauh yang kondang di dekade 90-an, yaitu Boeing 767. Khusus KC-767, di luar AS telah dioperasikan Jepang, Italia, Kolombia dan Brasil.
KC-46A Pegasus memang sebangun dengan Boeing 767, namun jangan salah kira, pesawat ini sudah mendapat uprade sistem terbaru, diantaranya kokpitnya mengacu pada standar yang digunakan pada Boeing 787 Dreamliner, pun mesinnya menggunakan standar yang dipakai Boeing 777, yaitu Pratt & Whitney PW4062 turbofan yang menghasilkan 62K thrust per mesin.
Sebagai pesawat tanker andalan AS, Pegasus mendapat penguatan airframe dibanding Boeing 767 standar. Menjawab tuntutan untuk ‘menyusui’ pesawat di udara, ada empat eksternal fuel tanks yang disiapkan dengan jumlah bahan bakar yang bisa disalurkan hingga 96.297 kg. Namun total bahan bakar yang dibawa, termasuk untuk kebutuhan internal menjadi 111 ton.
Seperti lazimnya pesawat tanker modern, Pegasus bisa melayani metode hose dan boom. Untuk metode hose wujudnya berupa wing air refueling pods dan drogue pada masing-masing sayap, plus satu drogue pada centerline. Ini artinya dengan metode hose pesawat dapat menyusu tiga pesawat sekaligus. Sementara metode boom mengacu pada advanced fly by wire refueling boom. Yang digunakan adalah modernisasi dari desain V-tail yang ada di KC-10 Extender. Pada teknologi terbaru ini, sudah dilengkapi full time independent disconect dan full time automatic load alleviation. Dan yang berbeda dari Airbus A330 MRTT, posisi boom operator tak lagi berada di ekor, melainkan operator boom memantau dan mengendalikan V-tail dari area kokpit berkat 3D monitor.
Sementara untuk kemampuan kargo, 18 palet dapat dibawa ke dalam kabin kargo dengan total payload 29 ton. Menyandang peran multirole, Pegasus bisa juga disulap sebagai pesawat angkut, seperti dalam kondisi daurat, 110 penumpang dapat dibawa oleh Pegasus.
Menyadari kodratnya sebagai pesawat militer, Boeing memberi proteksi khusus pada KC-46A Pegasus, seperti cockpit armor, fuel tank balistic protection, dan electomagnetic pulse hardening. Lain dari itu, ancaman pada perang kimia dan biologi juga telah diantisipasi dalam skema operasi khusus. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Boeing KC-46A Pegasus
– Crew: 3 (2 pilots, 1 boom operator)
– Payload: 29.500 kg
– Length: 50,5 meter
– Wingspan: 48,1 meter
– Height: 15,9 meter
– Empty weight: 82.377 kg
– Max. takeoff weight: 188.240 kg
– Powerplant: 2 × Pratt & Whitney PW4062 turbofan
– Maximum speed: 914 km/h
– Cruise speed: 851 km/h
– Range: 11.830 km
– Service ceiling: 12.200 meter
@Ayam jago
Bung AJ masih ingat ttg jamming pod yg barusan dibeli dari negara belarus yg melengkapi pesawat sukhoi-27 yg habis dipermak dinegara tsb ?
Tidak pernah disebutkan merek dan tipenya bukan…walopun kemungkinan adalah varian dari “barp aka satelite” jammer pod.
Salah satu bagian terpenting dari sistim jammer adalah “threat library” yg adalah database berisikan daftar frekuensi berbagai jenis radar pd pesawat tempur, radar surveilan maupun radar pengendali tembakan pd rudal aam/sam yang beredar dipasaran.
Masalahnya, belarus ini tidak punya platform pengumpul/penyadap sigint seperti negara produsen sistim jamming lainnya, seperti rusia, cina, amerika, perancis, suwedia (dg kapal sigint), maupun israel…lalu darimana dia mendapatkan/bisa menyusun daftar “threat library” tsb?
Paling banter belarus beli database tsb dari rusia atau cina…jadi artinya dia tidak memiliki database yg “uptodate/vital” dr berbagai jenis radar, karena bagi negara pemilik/pengumpul/pengepul “threat library” tsb, informasi ini sangat vital dan tidak dirilis seluruhnya walaupun ada yg membeli. Pasti, ada sebagian informasi/data yg dianggap sangat vital hanya akan digunakan untuk kepentingan militer negaranya sendiri.
Dengan alasan yg disebutkan diatas dan masih gelapnya merek dan tipe tsb, ada dugaan jammer pod tsb adalah jammer pod kelas dua.
Beda dengan malaysia yg beli jammer pod paten buatan rusia….
.Cuma khawatir aja dg gaya pengadaan jaman “Pak Awewe”, yg suka beli barang kelas dua atau barang yg susah dijual krn mangkrak dipabriknya, lalu diklaim sbg barang kelas satu…bukankah perilaku spt ini juga pas disebut sbg “otak dagang”?
betul bung … dan kemenhan sangat tertarik dengan barang barang amerika .. semua kelas dua yg dibeli hanya karena slogan kita tidak sedang perang mau perang dengan siapa … anyep sepiii jaman kemenhan skrg
Kayaknya disini gak ada maskapai yg mengoperasikan boeing-767…mending airbus mrtt dong
Bagus juga pesawat ini, namun saya lebih suka A330 karena suku cadang banyak tersedia.
Selain itu, GMF AeroAsia lebih pengalaman dengan A330 dibanding 767 (tak ada airline Indonesia punya Boeing 767). Makanya saya percaya lebih besar kansnya A330 MRTT.