Boeing 737-200 Surveillance AI-7302 TNI AU Laksanakan Latihan Terbang Malam
![Foto: Airliners.net](https://www.indomiliter.com/wp-content/uploads/2015/11/Boeing-737MR_JKSC.jpg)
Lama tak terdengar kabar tentang Boeing 737-200 Surveillance TNI AU, mengingat usia operasionalnya yang tahun depan bakal menginjak 35 tahun, beberapa orang ada yang bertanya, apakah pesawat intai twin jet andalan Skadron Udara 5 ini masih dioperasikan saat ini?
Baca juga: Boeing 737-400 Lion Air PK-LIW Kini Jadi Pesawat Angkut TNI AU A-7308
Nah, menjawab pertanyaan diatas, Penerangan Lanud Balikpapan (29/11), merilis berita latihan terbang malam (Night Flight Exercise) di wilayah Kalimantan Timur selam dua hari. Dari tiga unit Boeing 737-200 Surveillance, pesawat dengan nomer AI-7302 yang mendapat kesempatan melakukan latihan ini. Sebelum melaksanakan Latihan Terbang malam dilaksanakan breifing di baseops Lanud Balikpapan dipimpin Komandan Lanud Balikpapan dan melibatkan Atsco (Air Nav), BMKG (Meteorologi), kesehatan dan unsur yang terlibat. Terbang malam selama dua hari di wilayah Kalimantan Timur Ini merupakan Latihan operasi pengintaian Skadron Udara 5, Latihan terbang malam (LATERMAL) dalam rangka profesiensi dan transisi penerbang skadron udara 5 Lanud Hasanuddin Makasar. Pesawat ini membawa 14 kru yang terdiri dari captain pilot, co pilot, engineer, operator dan observer.
![Boeing 737-200 Surveillance AI-7302](https://www.indomiliter.com/wp-content/uploads/2016/11/B737-Surveillance-696x385.jpg)
Adapun route Latermal yang dilaksanakan di wilayah Kaltim meliputi Balikpapan sasaran kembali Balikpapan dengan beberapa sorti antara lain : Sorti pertama berangkat dari Balikpapan pukul 16.40 wita, menuju sasaran dan kembali ke baseops pukul 19.27 WITA, sorti kedua berangkat dari Balikpapan pukul 20.46 wita menuju sasaran dan kembali ke Balikpapan pada pukul 21.29 WITA.
Baca juga: Ocean Master 400 – Radar Intai Canggih Untuk CN-235 220 NG MPA TNI AL
Operasi pengintaian jalur udara, merupakan tugas yang sangat penting. Bahkan terkadang pengintaian bisa berlangsung selama beberapa jam. Operasi pengintaian dilakukan secara acak. Sehingga di harapkan para siswa penerbang dapat meningkatkan profesional dan menambah pengalaman jam terbang malam.
Baca juga: FLIR SAFIRE III – Penjejak Berbasis Thermal Andalan CN-235 220 MPA TNI AL
Berdasarkan catatan, Boeing 737-200 Surveillance dengan nomer AI-7302 tiba di Indonesia pada 30 Juni 1983. Sedangkan pesawat sejenis dengan nomer AI-7301 datang pada 20 Mei 1982, sementara pesawat dengan nomer AI-7303 datang pada 3 Oktober 1983. Ketiga pesawat ini resmi dipesan pada April 1981.
Baca juga: Ketika GlobalEye Memonitor Ruang Udara Indonesia
Apa yang membuat Boeing 737-200 Skadron 5 ini begitu menarik? Jawabannya terletak dari keberadaan radar modular yang terpasang berdekatan dengan sirip tegak. Airborne radar ini lebih kondang dengan identitas SLAMMR (Side Looking Airborne Modular Multi Mission Radar) buatan Motorola. Dalam identifikasi sistem radar oleh AS, SLAMMR diberi kode AN/APS-94. Radar ini berbentuk punuk kecil dengan dua blade antenna yang mengapit sirip tegak. Masing-masing antenna radar ini punya panjang 4,87 meter. Kebisaan radar ini adalah mampu mengendus keberadaan kapal hingga ukuran kecil dalam coverage sejauh 185 km pada ketinggian 9.150 meter dari permukaan laut. (Haryo Adjie)
Baca juga: Motorola SLAMMR – Dibalik Kecanggihan Radar Airborne Boeing 737 Patmar TNI AU
Su 30SM sebagai Alternatif TNI AU apabila harga Su 35 terlalu mahal
Su 30SM sendiri juga dilengkapi TVC.dan harganya lebih murah
Ada berita Di JKGR bahwa indonesia ingin produksi pespur Bersama dengan Rusia. joint production Sukhoi itu juga termasuk ToT bro. mudahan diterima dan indonesia diperbolehkan memodifikasi su 35 nya secara mandiri biar jam operasionalnya murah.
ditambah gripen E buat ganti hawk plus ToT. Lumayan Tuh, Sukhoi TNI AU bisa dimodifikasi pake mesin Gripen ,radar Selex ES.(ngarep lagi tapi bisa jadi kenyataan) agar gak perlu lagi kerusia buat maintenance mendalam. dan juga Bisa gotong rudal buatan barat biar gahar
Jangan lupa, beli juga ratusan missilenya
agar pespurnya tidak menjadi macan ompong.
ngomong apa??
@tomcat
Biarin bang…anggap aja lagi nonton cercan (cerita candra yang di Net TV). Nanti kalo udah ngantuk kan diem sendiri
Abis ngantuk, Minum kopiii.
Sedangkan Sukhoi Su 27,30,35 Mendingan dijadikan Ground Attack dan Bomber saja karena sekali angkut bisa 72 bomb daripada buat fighter Mengingat bodinya besar. Sedangkan F16 dan Gripen E sebagai interceptor fighter buat patroli harian. Dan AEW&C, diserahkan sama erieye.
ToT dapat, Efek gentar tinggi.
jadi biar semuanya sama sama senang. wkwkwkwk.
trus knp fighter kalo bodinya besar???
Mungkin Sukhoi itu karena kategorinya heavy fighter. TNI AU menggunakan sukhoi buat menguji bom buatan dalam negeri.
TNI AU Punya uang 1,14 miliar $ kalo dialihkan buat membeli yg lain :
100 sidewinder = 60 juta $
160 AMRAAM = 240 Juta $
total = 300$ juta
ditambah lagi dengan sniper pod, RWR, Jammer Pod biar 34 buah F16 kita lebih baik
Sisanya buat Upgrade 34 F16 agar setara dengan block 52 atau membeli Erieye.
@admin
Iya benar oom…radar CP-SAR rancangan Prof.Jos sdh dipasang pd salah satu Boeing-737-200 skad.5. Risetnya sendiri sudah mulai dari bulan september 2016 kemarin.
Gak ada rencana dimuat oom…
Ini malahan 4 peneliti dari Lapan juga sdh selesai menjalani riset ttg Microsatelite SAR di labnya Prof.Jos di jepang
Yup kita olah dulu, memang ada pesawat keempat, tapi masih pakai logo Skadron 17. Thanks Infonya 🙂
@tomcat
imbal beli memang diambil sbg jalan tengah krn disisi kita beli seuprit & kebelet heavy fighter tp minta tot ketemu rusia yg pelit tot tp butuh duit.
custom avionik memang biar sinkron dengan alutsista tni au tni au yg platformnx brbasis nato
palingan yg ribut tot itu para fansboy rese dgn imam gi & pengikutnx sprt eki dkk
@uling
su-30 sm3 diambil sbg solusi yg lbh murah jika kita batal mengambil su-35 dgn alasan kemahalan
bicara pengganti f-5 programnx sdh dikampanyekan sejak 2008. tni au sdari awal menginginkan pespur dual engine. untuk itu dibentuk tim khusus untuk menentukan pespur yg cocok yg setidaknx bekerja slama 2 tahun & rekomendasinx adalah f-15 sbg opsi pertama disusul su-35 kemudian su-30. f-15 tdk diambil krn harga yg dianggap kemahalan yg membuat tni beralih ke su-35 hingga jd polemik skrg ini. mengenai gripen ato viper yg bisa menggoyang su-35 dijelaskan sang sales saab sdh bersabda bhw gripen mengincar kue yg lbh gede yaitu 3-4 skuadron pespur workhorse dgn pesaing terkuat yaitu viper
@basith
skrg memasuki fase presentasi tahap kedua sblm masuk proses tender. pesertanx nassams, ly-80, skydragon 50 & hq-12
@ayam jago
Yah disitulah awal permasalahannya….
Kata orang (saya sih cuma menirukan saja)…harga pesawat tempur sebenarnya hanya mencerminkan 20% dari seluruh biaya yang dikeluarkan sepanjang siklus hidup pesawat
Padahal kita tau dari pernyataan Pangab dan Kasau, berapa biaya operasional perjam terbang sukhoi dan berapa umur mesinnya.
Jadi kalo dihitung dg cermat kemudian dibandingkan dg angka2 yang dimiliki oleh kompertitronya, dari situ baru bisa ketahuan, mana sebenarnya yang lebih mahal atau lebih murah…mana yang kesiapan tempurnya lebih tinggi atau mana yang intensive perawatannya alias jarang pulang….ehhh jarang terbang
Fakta sekarang yang sering patroli adalah F-16 dan TA-50, bahkan super tucano juga diberdayakan
lalu kemanakah Su-27 dan Su-30 kita ?
Memang pemakai itu banyak maunya dan “cenderung” masa bodoh dengan yang punya uang
Seringkali Fanboy salah kaprah membandingkan Pesawat Heavy Fighter Vs Medium Fighter dan menyamakannya dengan MBT Vs Light Tank,
Mereka menganggap Medium Fighter pasti kalah dengan Heavy Fighter, …konyol sekali
@ayam jago
Eki…..hahahahahaha, dia mah gitu
@ayam jago
mengenai su-35 jika batal dan diganti dengan su-30 sm3 msh agak mending krn masih di dalam lini produksi, dan jika dibandingkan dengan teknologi di antara kedua pesawat tidak berbeda jauh.
pernah baca artikel dr pihak TNI AU sendiri mengatakan tulang punggung armada patroli bakal diisi dengan f-16 dan didukung dengan sukhoi family
sementara fa-50 selain diisukan jadi pengganti hawk series jg dijadikan lapis terakhir
TNI AU mengambil konsep hi-med-low dalam armada tempurnya
maaf kalo oot tp opini perlunya penambahan medium fighter
TNI-AU setidaknya mulai melirik Medium Fighter untuk mengurangi beban kerja keras dari Su-27/30 Flanker yang terkadang di gunakan sebagai pesawat patroli, mengejar pesawat asing yang “Slonong Boy” di Wilayah Udara Indonesia. Masa pesawat sekelas Flanker di gunakan hanya untuk itu, Pesawat yang berlabel “Striking Force alias Kekuatan Pemukul” mestinya enteng di Pangkalan sambil menunggu kehadiran pesawat sekelas F-15 Eagle atau F-18 E/F Super Hornet, itu baru lawan seimbang yang di hadapi.
@ayam jago
Pengikutnya Bung GI bukan Gue saja,masih banyak orang yg ngikut bung GI .
@eki
@eki
Tapi elo aja yang paling alay bin tukang copy paste
Coba sekali-kali tuangin pikiran elo yang orisinil
@Sluku Sluku
Commentmu aja kali kaya anak kecil Nangis kemaren sore hanya gara gara Ane jiplak comment dari GI.
Lo sok nantang Ane bikin comment yg original, Lo Yg Harus Komment yg orisinil, BISA NGGA!!!!!????, kalo Gak BISA, Lo YG BULLSHIT.
Yg nyuruh nantang, Buktikan Dulu!!!.
@ayam jago
Wooow sedep banget kalo gak jadi beli su-35 tinggal dialihkan ke su-30 sm3….
Itu bagaimana justifikasinya bang?
Saat ini AU memiliki terlalu banyak tipe pesawat, kok masih pengen nambah tipe buatan pabrikan yang berbeda (su-30 sm3 irkutsk vs su-27/30 knapoo)
Kalo infonya bang @AJ benar….saya bertanya-tanya bagaimana proses seleksi dalam pemilihan pesawat tempur oleh AU, kok seperti tidak berpikir panjang?
Tapi saya yakin, kekuatiran saya gak terbukti….heeeeee
@ayam jago
Oh gitu yah bung..
Intinya untuk procurement atau pengadaan pengganti F5 itu sudah pasti dari Sukhoi yah tinggal liat apa SU-35 atau SU-30 Sm3 yang akan diambil..
Nah apa mungkin bung akhir tahun ini bisa di tanda tangani atau paling lambat tahun depan/2017??
Sebenarnya yang bikin lama atau ribet itu apa sih bung?
*Karena dari pihak kita (Indonesia) inginnya G to G atau dr Rusia tetap ingin pakai Broker?
*pihak kita ingin ada TOT atau offset sesuai UU, sementara belinya ngeteng, jadi pihak rusia sangat keberatan?
*atau ada faktor/hal lain?
Mungkin bisa dikasih penjelasan bung mengenai pengadaan Medium SAM yg udah pasti atau akan diambil Paskhas/TNI AU?
Gak tau kenapa saya agak tergelitik liat pengadaan utk TNI-AU, dibanding matra lain hehehe
@Admin
Difoto skuad. 5 yang dirilis oleh situs TNI kenapa boeingnya berjumlah 4…apakah salah satunya adalah boeing 737 hibah yang dipasang radar SAR buatan Prof. Josaphat?
dari fotonya audrey sih begitu
@Uling, jujur nih malah belum lihat fotonya. Kalau ada link nya mungkin bisa di share? Terima kasih buat infonya.
@admin
Ada disalah satu artikel JKGR (foto boeing skad. 5)…kalo persiapan test radar SARnya Prof. Jos sekitar desember 2015, pake Boeing 737.
Hasil pencitraan radar ini digunakan diantaranya untuk perencanaan wilayah/tatakota dan survey utk membandingkan wilayah sebelum&pasca bencana (terutama, gempa tektonik) yang seringkali mengakibatkan terangkatnya permukaan daratan/kerak bumi yang berakibat merubah peta daratan