Bikin Yunani Geram, Ini Tanggapan Perancis Terkait Permintaan ‘Veto’ Penjualan Rudal Meteor ke Turki

Kembali ke awal bulan ini, jagad alutsista global dibuat ramai dengan protes dari Yunani atas izin pembelian rudal udara ke udara jarak jauh Meteor untuk Turki. Meski sejauh ini belum ada kontrak pembelian, namun Yunani sudah dibuat tak nyaman, ketika rivalnya sesama anggota NATO itu berpotensi mendapatkan rudal Meteor, yang notabene telah lebih dulu dimiliki Yunani, melengkapi arsenal senjata jet tempur Rafale.

Baca juga: Jerman dan Perancis Beri Lampu Hijau Penjualan Rudal Meteor ke Turki, Yunani Layangkan Protes Keras

Perancis yang selama ini memberi ‘angin’ pada Yunani, rupanya tak ingin ambil pusing dalam sengkarut terkait rudal Meteor untuk Turki. Yunani melayangkan protes kepada Perancis, lantaran produksi rudal Meteor memang dilakukan di Perancis, oleh MBDA Missile Systems, meski Meteor merupakan rudal yang dikembangkan secara konsorsium oleh beberapa negara Eropa.

Merespon permintaan Yunani agar tidak dilakukan penjualan Meteor kepada Turki, rupanya respon Paris justru diluar harapan dan membuat Athena geram.

Perancis malah menegaskan bahwa tidak akan menghalangi Turki untuk memperoleh rudal Meteor. Menteri Pertahanan Perancis Sébastien Lecornu membahas masalah tersebut secara langsung dalam sesi parlemen, dengan menegaskan bahwa Perancis tidak memiliki kewenangan untuk menghentikan kesepakatan tersebut.

Yunani telah mendesak Perancis untuk campur tangan, dan menuduh Paris memberikan lampu hijau bagi langkah Turki untuk mempersenjatai armada jet Eurofighter Typhoon yang diantisipasinya dengan rudal jarak jauh tersebut.

Namun Lecornu dengan tegas mengatakan, “Ini bukan pertarungan Prrancis. “Memang benar bahwa Yunani meminta Perancis untuk memblokir penjualan rudal Meteor ke Turki, tetapi ini berada di luar yurisdiksi pemerintahan Presiden Emmanuel Macron.”

Rudal Meteor di Rafale

Ia menekankan bahwa Perancis tidak mengendalikan ekspor senjata Inggris, sehingga menjauhkan Paris dari transaksi tersebut. “Kami bukan pihak yang menjual platform ini ke Turki,” imbuh Lecornu, menegaskan kembali pendirian Perancis bahwa diplomasi, bukan intervensi, adalah satu-satunya jalan ke depan bagi Yunani.

Alasan di balik pendekatan lepas tangan Perancis terletak pada jaringan rumit regulasi manufaktur dan ekspor senjata internasional.

Dalam kasus ini, penjualan rudal Meteor ke Turki terkait dengan Eurofighter Typhoon, jet tempur yang diproduksi oleh konsorsium terpisah yang didominasi oleh Inggris dan Jerman. Poin Lecornu adalah bahwa meskipun Perancis berkontribusi pada MBDA, Perancis tidak mendikte ketentuan ekspor yang dipimpin Inggris.

Bukan Hanya Faktor ‘Israel’, Ini Alasan Perancis Ogah Jual Rudal Meteor untuk Rafale Mesir

Kesepakatan Typhoon, dan sebagai perluasan dari rudal Meteor, berada di bawah lingkup London, bukan Paris. Pembagian tanggung jawab ini merupakan ciri khas kolaborasi pertahanan Eropa, di mana proyek bersama tidak merampas otonomi ekspor masing-masing negara. Perancis mungkin memiliki tempat di meja perundingan, tetapi Perancis tidak memegang kendali dalam hal ini.

Turki kemungkinan akan mengakuisisi 40 unit Typhoon dalam dua tahap – 20 jet bekas pakai dari Inggris mulai tahun 2026, diikuti oleh 20 pesawat yang baru dibangun, dengan kemampuan operasional penuh diharapkan pada tahun 2030.

Berkat Lobi Tiga Negara, Jerman Akhirnya Beri ‘Lampu Hijau’ Penjualan 40 Unit Eurofighter Typhoon ke Turki

Setelah beroperasi, Eurofighter Typhoon akan mengubah angkatan udara Turki, menawarkan fleksibilitas untuk peran masa damai dan masa perang. Di masa damai, jet akan berpatroli di wilayah udara Turki yang luas, tugas penting mengingat lingkungannya yang tidak stabil—berbatasan dengan Suriah, Irak, dan Laut Hitam, tempat pasukan Rusia aktif.

Dilengkapi dengan radar canggih dan rudal Meteor, Typhoon akan mencegah potensi serangan, memproyeksikan kekuatan tanpa melepaskan satu tembakan pun. Mereka juga akan berpartisipasi dalam latihan NATO, memperkuat peran Turki sebagai sekutu garis depan. Di masa perang, kemampuan multiperan Typhoon bersinar.

Konsorsium Rudal Meteor
Rudal Meteor dikembangkan oleh konsorsium MBDA yang melibatkan beberapa negara Eropa, yaitu Perancis, Inggris, Jerman, Italia, Spanyol, dan Swedia. Namun, produksi utamanya memang dilakukan di Perancis oleh MBDA France. Pabrik utama MBDA di Selles-Saint-Denis bertanggung jawab atas perakitan dan produksi rudal. Sementara fasilitas MBDA di Bourges menangani produksi beberapa komponen dan sistem penggerak.

Sementara Inggris berperan utama dalam desain dan awal pengembangan, Swedia (Saab) berKkontribusi teknologi dalam radar seeker. Sementara Jerman berperan dalam sistem kendali dan pengujian Meteor.

Jet Tempur Gripen E Sukses Uji Coba Peluncuran Perdana Rudal Udara ke Udara Meteor

Meski proyek Meteor dipimpin oleh MBDA sebagai perusahaan induk, tetapi MBDA UK tetap memainkan peran utama dalam pengelolaan proyek. Inggris awalnya memimpin pengembangan rudal ini, namun setelah produksi berjalan, proyek ini dikelola secara kolektif oleh negara-negara mitra melalui MBDA.

Ekspor rudal Meteor memerlukan persetujuan dari seluruh negara anggota konsorsium. Karena proyek ini dikembangkan secara multinasional dengan kontribusi teknologi dari beberapa negara, setiap keputusan ekspor harus melalui mekanisme persetujuan kolektif.

Karena beberapa negara memiliki komponen kunci dalam Meteor (misalnya, Inggris berkontribusi pada sistem pemandu dan Perancis pada produksi), ekspor tidak bisa dilakukan sepihak. Jika salah satu negara menarik izin teknologi mereka, produksi untuk pelanggan tertentu bisa terhambat. Dengan kata lain, tidak ada satu negara yang bisa mengekspor Meteor tanpa persetujuan kolektif dari seluruh anggota konsorsium.

Kegelisahan Yunani tentang Turki yang mendapatkan Meteor tidak sulit untuk dipahami, pasalnya ini masalah bertahan hidup dalam persaingan selama puluhan tahun. Kedua negara tetangga NATO tersebut telah berselisih mengenai batas laut, wilayah udara di Laut Aegea, dan pulau Siprus yang terbagi, dengan ketegangan yang sering kali memuncak menjadi sikap militer.

Yunani telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk memodernisasi angkatan udaranya sendiri, membeli 24 jet Rafale buatan Perancis yang dipersenjatai dengan rudal Meteor.

Jika Turki memasangkan Typhoon dengan Meteor, hal itu akan menetralkan keunggulan Yunani, menempatkan Athena dalam posisi bertahan. Para pejabat Yunani khawatir hal ini dapat membuat Turki semakin berani untuk menekan klaimnya secara lebih agresif, meningkatkan taruhan di wilayah yang sudah menjadi rutinitas pertempuran udara dan nyaris celaka.

Bagi Athena, ini bukan hanya tentang perangkat keras, melainkan tentang keseimbangan kekuatan yang berubah yang dapat mengubah keadaan dalam pertarungan di masa mendatang. (Bayu Pamungkas)

Akuisisi Sejak 2017, Baru Pertama Kali Jerman Lakukan Uji Peluncuran Rudal Meteor dari Eurofighter Typhoon

One Comment