Besok! Presiden Jokowi Dijadwalkan Jajal Langsung Anoa 2 6×6 Amphibious
Bukan pertama kali Presiden Jokowi menumpangi ranpur (kendaraan tempur) lapis baja Pindad Anoa 6×6. Saat melakukan inspeksi ke Mabes TNI di Cilangkap bulan April 2015, dan saat meninjau Latihan Tempur TNI AD di Martapura, Sumatera Selatan bulan Juni 2015, orang nomer satu di Republik ini memilih menggunakan Anoa APC (Armored Personnel Carrier). Dan ada kabar terbaru bahwa dalam Rapat Pimpinan (Rapim) TNI 2017, dijadwalkan RI 1 akan menjajal kembali panser Anoa 6×6, tapi kali ini bukan Anoa ‘biasa’ yang akan dinaiki Presiden.
Baca juga: Pindad Anoa 2 6×6 Amphibious – Saatnya Anoa “Serius” Jadi Panser Amfibi
Menurut informasi yang kami terima, Presiden Jokowi akan menumpangi jenis panser Anoa 2 6×6 Amphibious di Danau Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur pada hari Senin (16/1/2017). Untuk keperluan acara tersebut, Anoa 2 6×6 Amphibious telah dipasangi anjungan pantau VVIP pada bagian atas kendaraan. Tidak lupa ranpur juga diberi plat “Indonesia 1” karena akan dinaiki Presiden. Meski belum bisa dikonfirmasi, kabarnya yang mengemudi nantinya adalah personel dari Kowad (Korps Wanita Angkatan Darat).
Baca juga: Anoa 6×6 Armoured Recovery Vehicle – Ranpur Reparasi Pertama Buatan Dalam Negeri
Menurut jadwal, Rapim TNI 2017 akan dibuka oleh Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dan dilanjutkan penjemputan Presiden RI di pintu utama Mabes , dan selanjutnya bersama-sama menaiki panser Anoa untuk berkeliling komplek Mabes TNI. Selain berisi agenda rapat dan konsolidasi, ajang Rapim TNI 2017 juga menghadirkan pameran alutsista untuk kalangan terbatas.
Dengan ditumpanginya Anoa 2 6×6 Amphibious oleh Presiden, sudah pasti akan membawa angin segar dalam denyut industri alutsista nasional. Endorse oleh pimpinan tertinggi negara menjadi modal kuat untuk kelangsungan produk industri strategis, seperti sebelumnya panser Anoa dan ranpur Badak FSV (Fire Support Vehicle) 6×6 yang penamaannya diresmikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Baca juga: Gantikan Panser Saladin, 50 Unit Badak Segera Perkuat Kavaleri TNI AD
Dari aspek produk, Anoa 2 6×6 Amphibious menjadi harapan bagi PT Pindad untuk memasok ranpur ini guna melengkap alutsista Korps Marinir TNI AL, terlebih saat ada kabar Marinir kurang puas pada performa renang panser dari Ukraina BTR-4M. Anoa Amphibious diciptakan agar panser untuk TNI bisa kokoh di darat, juga tangguh di laut. Pembuatan panser ini untuk menjawab kebutuhan TNI yang menginginkan kendaraan khusus seperti itu.
Baca juga: Tak Puas dengan Performa, Korps Marinir Pertimbangkan (Kembali) Pengadaan BTR-4M 8×8
Dengan baling-baling (propeller) yang agak besar, Anoa Amphibious memiliki kecepatan 10 knot atau 18,52 km per jam. Sebagai pelindung komponen water propeller, dibuat semacam roll bar pada bagian atasnya, roll bar ini juga dapat difungsikan untuk tempat mengikat perbekalan. (Haryo Adjie)
coba bodinya diganti sama iron-titanium alloy atau aluminium-titanium alloy biar ringan dan kuat. mahal sedikit nggak apa apa, contoh kaya pandur, BTR 4 serta BTR 80
Bokongnya anoa itu design ulang propelernya tersembunyi ga ngablak ky skrg. Beban segitu ditaruh di ujung klo ngebut didarat dan jln bergelombang akibatnya jd mentul2 kasihan prajuritnya blm perang dah mabok darat duluan. Hehehe..
Propeler memang kaga gitu, kalau mau kecil ganti pake water jet pod. Mesin water jetnya nambah horsepower lagi
Karena marinir mendarat dari laut yg lebih beresiko dan kebutuhannya pun tdk sebanyak TNI AD, mk berilah APC Amphibi yg sdh teruji baik (meskipun hrs impor). Jangan sp mati tenggelam seblm bertempur.
Spesifikasi memang harus jelas disni,. Kemampuan anoa ini apakah full amphibious ato skedar water fording. Tuntutan marinir sebagai elemen pendarat pantai jelas harus mengarungi laut, mkn smpe skala state 2. Pindad harusnya mencari masukan sebanyak2ny, baik dr user maupun dari luar. Jgn memaksakan anoa utk alih habitat. Struktur bodynya pasti sdh mentok, bkn utk berenang d laut. Harus bwt 1 prototype bru yg full amphibi capability. Entah itu kerjasama dgn pihak luar ato license.. mind set pindad harus d ubah, market oriented, jgn mau2 sendiri.
Keren sih…..tp waterjetnya apa ga kegedean tu???
untuk menarik perhatian marinir yg suka main dilaut mungkin agak susah ya…. soanya marinir punya selera yg berbeda
bay the way moga bsk uji cobanya berjalan lancar dngan hasil yg memuaskan
kegedean itu baling2nya, ditembak musuh 1 aja udah kagak bisa ngapung lagi, knapa kayak VAB ajaa sih baling2nya kecil, mana mau marinir make panser kek gitu diceburin ke laut. kalo cuma lewat sungai, danau okelah arusnya tenang, lha laut yg berombak kepiye?? mending beli AAV aja dah
Yahh, ada yang pesimis.. Siapa tau dikembangin pakai waterjet who knows …
lha gentong di belakang itu waterjet mas bro, emang dipikir apaan 😛
@bastomi. Arifin
Abang masi sodaraan sama iyet busstomi ya?
Emange propeler dan waterjet tu sama aja ya bang?
Mengembangkan suatu teknologi alutsista tidak bisa serta merta langsung jadi top of the line. Ada proses nya dan untuk mendukung kemandirian alutsista maka akan diusahakan menggunakan produk dalam negri dulu. Belum mencapai level sempurna tidak masalah karena pengembangan memang butuh waktu dari sisi pengetahuan dan kemampuan bangun. Marilah kita sama2 mendukung usaha kemandirian produksi militer dalam negeri dari pada hanya mencari kelemahan dan malah menyarankan impor terus menerus.
@yogipriyono
Iya..mosok maunya impor terus, kayak “Pak Heli” kemarin, xixixi