Bersama Electra, USAF Raih Tonggak Sejarah Dengan Terbangkan Pesawat Hybrid “Ultra Short”

Pesawat Ultra Short Electra

Angin segar berhembus dari Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF), di mana purwarupa (prototipe) dari pesawat “Ultra Short” milik perusahaan asal Virginia, Electra berhasil menyelesaikan uji coba penerbangannya pada Agustus 2024 di Fasilitas Udara Korps Marinir Quantico dan Pangkalan Gabungan Langley-Eustis.

Baca juga: NU-200 Sikumbang – Pesawat Anti Gerilya dari Bumi Priangan, Bukti Inovasi Dirgantara di Masa Lalu

Tidak hanya sekadar melakukan uji penerbangan, tapi lebih kepada pembuktian terhadap kemampuan Short Take Off and Landing (STOL) yang dipadu-padankan dengan suplai tenaga sistem hibrida-listrik. Jika dibandingkan dengan kendaraan lain yang berbasis Listrik, pengoperasian yang lebih senyap dan hemat kocek merupakan harga mutlak yang ditawarkan – begitu pula halnya dengan pesawat Ultra Short milik Electra.

“Demonstrasi penerbangan ini menandai tonggak penting bagi Electra karena kami menunjukkan kemampuan teknologi di dunia nyata,” ujar Vice President dan General Manager Electra, JP Stewart, dilansir dari laman thedefensepost.com.

JP Stewart menambahkan bahwa pesawat Ultra Short memungkinkan pihak operator untuk beroperasi di wilayah yang sebelumnya hanya bisa dijangkau oleh helikopter, “dengan biaya 70% lebih rendah serta pengoperasian yang sangat senyap,” tambahnya. Dengan kata lain, misi ambisius pihak angkatan udara dan pengembang adalah untuk menambah varian armada yang mampu beroperasi di medan sulit, namun tetap hemat biaya operasional dan efisiensi energi operasional.

Pada uji penerbangan tersebut, pihak Electra menunjukkan bahwa pesawat Ultra Short yang mereka kembangkan mampu melakukan take off dan landing di medan yang tidak begitu lazim, seperti lapangan rumput. Lagi, fleksibilitas pesawat untuk take off dan landing menjadi salah satu nilai jual pesawat Ultra Short ini.

Dalam sebuah wawancara, Kepala Pilot Uji Electra, Cody Allee mengatakan bahwa uji penerbangan ini juga menitik-beratkan pada kemampuan manuver pesawat pada kecepatan dan ketinggian rendah, sehingga akan lebih mudah dioperasikan di Lokasi terpencil, kapal hingga kapal tongkang. Pesawat Ultra Short juga diketahui mampu beroperasi tanpa bantuan ground support – ini semua berkat sokongan daya dari generator Listrik yang tersemat di dalamnya.

Lebih detail, uji coba ini merupakan testbed development yang dilakukan antara pihak Electra dan AFWREX, program eksperimen militer milik Angkatan Udara Amerika Serikat untuk menyediakan armada modern untuk program Agility Prime – inisiatif yang diluncurkan Pentagon untuk mempercepat pengembangan dan integrasi teknologi pesawat Vertical Take Off and Landing (VTOL) dan autonomous vehicle.

Electra dapat beroperasi dari jarak pendaratan tidak lebih dari 300 kaki (91,4 meter) mendefinisikan kinerja ini sebagai “ultra short” untuk membedakannya dari kemampuan lepas landas dan mendarat jarak pendek yang ada,

Seperti yang sudah disinggung di atas, Agility Prime ingin mengkombinasikan teknologi VTOL dengan dunia militer, baik itu untuk mensupport operasi tempur dan instalasi militer lainnya. “Sistem propulsi hibrida-listriknya menyediakan jangkauan dan daya tahan yang lebih luas, sehingga cocok untuk misi Agile Combat Employment di lokasi yang sulit dengan landasan pacu yang terganggu atau tidak ada sama sekali.” ujar Kepala Cabang Agility Prime AFWERX, Jacob Wilson dalam sebuah wawancara.

Pesawat yang mampu menampung 9 penumpang ini diharapkan dapat lepas landas atau mendarat di landas pacu sepanjang 300 kaki saja, di mana pesawat pada umumnya membutuhkan landas pacu sepanjang 1.500 kaki. (Nurhalim)

T-34C-1 Turbo Mentor: Akhiri Masa Tugas, Inilah Pesawat Latih Dasar TNI AU dengan Kemampuan COIN