Bersaing di Program “Light Aircraft Carrier”, Daewoo dan Hyundai Tampilkan Desain Kapal Induk
|
Selain LIG Nex1 dan Hanwha Systems yang bersaing dalam “CIWS-II,” masih dari industri pertahanan Korea Selatan, dua galangan besar asal Negeri Ginseng, yaitu Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) and Hyundai Heavy Industries (HHI) juga bersaing dalam menawarkan desain rancangan kapal induk ringan (light aircraft carrier) untuk kebutuhan Angkatan Laut Korea Selatan – Republic of Korea Navy (RoKN).
Dikutip dari Janes.com (9/6/2021), dalam ajang MADEX 2021 yang dihelat di Busan, 9-12 Juni 2021, kedua galangan menampilkan model skala dalam booth mereka. Ada kesamaan antara rancangan kapal induk DSME dan HHI, yaitu sama-sama mengusung model dua struktur menara (twin island) pada decknya. Model twin island langsung mengingatkan kita pada rancangan kapal induk AL Inggris, HMS Queen Elizabeth.
Model twin island memisahkan pusat komando kapal dari operasi penerbangan. Jadi, satu menara untuk navigasi dan operasi, dan satu menara lainnya untuk kontrol penerbangan dan operasi udara. Desain itu diklaim meningkatkan peluang kapal untuk bertahan dalam pertempuran. Sebab, setiap pusat kendali dapat mengambil alih operasi lain jika salah satu dari mereka tidak mampu.

Meski ada kesamaan, rupanya ada perbedaan yang mendasar antara desain kapal induk DSME dan HHI, dengan model skala 1:125, rancangan kapal induk DSME tidak dilengkapi dengan ski-jump pada bagian ujung landasan. Ini sesuai dengan rancangan desain kapal induk yang sebelumnya diungkapkan pihak angkatan laut.
Menurut pihak DSME, kapal induk rancangannya punya 263 meter, lebar 46,6 meter, dan memiliki bobot 45.000 ton dan kecepatan tertinggi 27 kntos. Kapal induk DSME mampu membawa hingga 16 pesawat tempur short take-off and vertical landing (STOVL), seperti Lockheed Martin F-35B Joint Strike Fighter di dek penerbangan dan 12 lainnya di hanggar.
Baca juga: Mantap Jadi Blue Water Navy, Inilah Desain Kapal Induk Ringan Korea Selatan
Sementara HHI mengungkapkan, rancangan kapal induk dalam model skala 1:400 punya panjang panjang 270 meter dan lebar 60 meter. Nah, pada rancangan kapal induk HHI, diadopsi model ski-jump. Dilengkapi deck untuk pengoperasian drone, kapal induk rancangan HHI punya bobot 45.000 ton, serta dapat membawa 16 jet tempur F-35B pada decknya dan 8 sisanya disimpang pada hanggar. (Bayu Pamungkas)
Bisa juga nih untuk di nego buat ditaruh drone sukur klo as mengijinkan Indonesia beli f35 B bisa di taruh di kapal itu,, atau bisa nego kapal induk ringan lungsuran Italia klo bisa beli yg baru sekalian mistral clas
Kalau lihat kapal induk kelas Queen Elizabeth, desain twin tower karena posisi cerobong asap terlalu jauh. Mau digabung mengganggu aliran udara landasan, di bikin lebih dekat mengganggu layout internal. Kalau alasannya sama, berarti posisi mesin ketiga kapal ini lumayan berjauhan.
Indonesia gak beli/bangun LHD juga nih mumpung lagi punya duit 1700 T?? Dipasang Emals kayak saran Dhek Rukimin biar bisa nerbangin KF-21/IF-21 Rajawali loh.
Emang Emals mau ditenagai apa? Kf 21 biaya pengembang belum dibayar mau nambah proyek pengembangan lagi. Yg realistis aja fokus modernisasi TNI AL dan reformasi.
Dipasang nuklir lah. Masak punya dana 1700 T gak keurus semua termasuk IFX??
K-Fx, tururan, pengembangan & seri selanjutnya mungkin bs dpkao di Kapal induk. Kita Siapkan dana sj
kemenhan saat ini nyata jelas engak punya konsep dalam pembangunan dan modernisasi alutsista padahal ahli ahlinya😏
semua seolah hanya isu tanpa ada kepastian dan penjelasan karna semua tidak dikonfirmasikan pada publik benar atau tidak nya semua itu,seolah olah penuh misteri 😁 bak mak lampir adanya dengan misteri gunung merapi nya😅.
sedang kita tau semua pengadaan frigate dan pespur yang mendesak tapi malah dijadikan gorengan politik semata,bahwa urgensi nya pertahanan yang perlu di modernisasi adalah hal mutlak yang harus dilakukan segera baik demi citra dan martabat bangsa serta keselamatan awak pengunanya.
pemilihan frigate dengan spesifikasi sama seharusnya lebih difokuskan pada satu pabrikan dalam satu pesanan agar lebih mudah mengklasifikasikan dan dalam perawatan,juga lebih bisa mendapatkan nilai ofset yang lebih besar termasuk tot nya.
jadi pembelian frigate iver dan fremm jelas kurang mengutungkan pihak indonesia.
Pendapat anda justru disangkal sendiri oleh pernyataan anda.
Pengadaan frigate dan pespur mendesak tapi disangkal dengan spesifikasi sana dan pabrikan yang sama.
Helloooooo….
Kalo dari pabrikan yang sama itu berapa tahun produksinya? Satu fregat itu makan waktu pembangunan minimal 2 tahun itu kalo cepat. Kapasitas galangan berapa unit kapal? PT PAL mampukah menyelesaikan pembangunan fregat dalam 2 tahun? Bikin KCR 60 meter aja lebih dari 2 tahun lamanya. Apalagi fregat yang besarnya lebih dari 10 x besar KCR 60 meter?
Sementara waktu berjalan terus dan potensi ancaman dari utara terus membesar.
Sudah benar itu ambil fregat dari 2 atau 3 pabrikan. Begitu pula untuk pespur bisa dari 2 atau 3 pabrikan.
Kalo 16 fregat baru dan 9 kapal selam baru selesai dalam waktu 10 tahun itu sudah plausible untuk ukuran Indonesia. Sementara itu untuk pengadaan penggantian 24 kapal korvet bisa menyusul.
nahh ini yang menlintir fakta namanya,😁
memengal komen semena mena…comment diatas iver dan fremm yang jadi kata kunci nya…oke
jadi kalou pesan dua iver sama fremm maka cepat pengerjanaanya apa…???
saya engak usah lah menjabarkan nya dengan panjang kali lebar sama dengan luas…semua tau…oke
kalou mau cepat ya beli satuan pada semua produsen galangan kapal toh…dan engak perlu diribetkan pada urusan tetek bengek macam ofset segala dan itu harus uang kontan…oke…
jadi kata “cepat” jangan disederhanakan…semua harus disertakan dalam konsep yang seharuanya…baik proses pengadaan dalam menuju kemandirian …itu garis besarnya…oke
jangan sampai dua tahun hanya minat saja lantas dengan dalih urgensi pengadaan semeraut dan semau maunya termasuk barak bekas juga jadi buruan…bak kolektor arkeologi atau malah pengepul rongsokan…😅
Konsep seperti apa yg dimaksud?? Perencanaan alutsista itu sudah ada sejak dulu ditambah dengan MEF, yg diganti itu beberapa spek alutsista yg disesuaikan dg kondisi dan situasi ancaman yg ada. Gak mungkin tiba-tiba ada perencanaan baru terus minta utang 1700T. Ibaratnya itu rencana yg udah masuk laci mau dieksekusi semua, dihitung semuanya dari pinjaman, dihitung juga anggaran yg ada berkaca dari prospek pertumbuhan ekonomi dalam kondisi pandemi.
Nggak ada yg namanya mandiri 100% Dhek bahkan sekelas USA atau Raja Copy China. Semuanya tetap butuh subsistem atau sparepart dari tempat lainnya. Kalo kemandirian dalam rancang bangun gak masalah, toh dengan anggaran yg besar bisa minta ToT kayak gaya India. Kalo mau cepat, itu lain cerita. Beli bekas buat nambal gpp selama yg utama berjalan sesuai jadwal.
Kalo fremm bisa dibuat cepat krn menggunakan sistem modul, layaknya martadinata class.
Demikian jg klo jadi akuisisi yg dari jepang dng sistem yg sama.
Jd ada nilai positifnya bagi Indonesia terutama PT. PAL.
Sementara utk iver, PT. PAL akan mendapatkan ilmu membuat utuh kapal fregate dng tonase yg besar, dari mulai awal sampai akhir. Saya pikir iniah nilai plus yg didapat Indonesia.
yang jadi pertanyaan saya sulit dipahami kah komen diatas….???
sehingga sekelas pengamat internasional juga salah menafsirkanya…😅
saya engak ngebahas buku putih pengadaan alitsita baik jumlah kebutuhan atau jumlah sista yang di targetkan…😏
Kalo berita soal alutsista asing yang di posting pasti sepi yang minat koment kecuali ada giveaway nya 😁😁😁, tapi sebaliknya kalo berita yg di angkat soal akuisisi alutsista Wahid oleh TNI pasti rame yang koment bejubel sampe antri baca y ,padahal tidak ada iming2 giveaway 🤦🤦🤦
ya pasti lah, sudh lama pengamat militer sini (walaupun abal-abal) yg sudh lesu mendengar berita rencana demi rencana tanpa kontrak atau biasanya cuman baca berita pengadaan negara lain, sekalinya ada berita penambahan alutsista untuk tni serasa ditiup angin sepoi-sepoi sejuk yg dpt melupakan beban hidup walaupun hanya sesaat, njir jdi puitis
Jangan salah, disini banyak pengamat militer asli yg menilai dari keilmuan masing-masing loh, gak kalah dari Bu Connie atau pengamat militer yg suka ada di berita sana. Bedanya disini low profile semua walo ada yg ngawur beneran.
jangan bilang pengamat abal abal dek…karna itu menyakiti perasaan simbah dan kawan kawan…😅
kalou mau kunci rendah atau rendah hati boleh saja dan bagus tapi jangan ngajak ngajak dan menyamakan semua sebagai abal abal…oke
kualitas tidak ditentukan pada media komersil apa tidaknya…komentar gratisan…bukan berarti tidak punya bobot sama sekali…oke
karna cara berpikir dan wawasan itu lebih penting ketimbang mempermasalahkan media nya…baik komersil dan tidak nya…oke
simbah dan kawan kawan mungkin siap diadu baik pola pikir wawasan dan gagasan nya termasuk yang menurut kamu profesional dan apa lah itu sebutanya…
dimana dan kapan pun…oke
simbah males ngomentari(komentator komersil)mereka karna mereka bukan penentu dan pembuat kebijakan…walau menurut simbah terkadang juga komentar dan usulan mereka engak masuk akal dan biasa biaasa aja…!!!
” ya pasti lah, sudh lama pengamat militer sini (walaupun abal-abal)”
———————————————–
Jng begitu dek cara pandang terhadap kawan2 disini. Abal2nya dari sisi mananya dek?
Asal adek tau aja. Yg adek sebut pengamat militer profesional dan sering muncul di TV akhir2 ini, cuma sales terselubung saja dek, sampe nekad minta ketemu menhan segala. Demi membawa pesan titipan dr sponsornya, bahkan terkesan memaksakan utk bisa menyelipkan pesan dng menggoreng issue yg berkembang.
Beda dng kawwn2 disini, yg tdk bawa pesan sponsor dr produsen alutsista manapun. Klo masalah pro dan kontra terhadap.alutsista buatan suatu negara, itu bagian dari warna warni yg meramaikan komentar disini.
Terkadang cara memandang dr sudut pandang yg sederhana lebih mudah memahaminya ketimbang cara pandang para profesional itu tp kuat muatan politis dan keberpihakannya.
waduh jadi ribet dan panjang nih thread, ane tau benar di sini banyak yg cerdas2 dan mmng paham apa yg mereka katakan, kayaknya harus parafrasing nih, “… sudah lama pengamat militer sini (walaupun BEBERAPA ADA YANG abal-abal)” tuh udh ane ralat wkwkwk, pesan saya yg di atas itu seharusnya dibaca dengan nada komedi seakan2 bahasa tongkrongan, ampun deh jgn sampe sesepuh disini ketriggered wkwkwk
Saya member lama tpi Bru komen aj.
Masih ingat jaman ny @naga dongkol @ayam jago @tukang ngitung @bang Rusli dll😂🤣.
BAHAS ANGARKAN ALPALHANKAM DONG MIN.
PASTI BANYAK Y KOMEN.🙏🙏🙏
Klo yg pake sky jump rancangan milik HHI akan membatasi gotongan pespur yg mau dibawa.
Klo yg design DSME kemungkinan menggunakan sistem peluncuran pesawat elektro-magnetik (EMALS) yg lg ngetrend dan hemat energi jika menggunakan tenaga nuklir. Tp biayanya lebih mahal. Mungkin lhoo…😄😄
Ya. Salaamm….😁😁😁
Enggak pake Emals Dhek, itu dah ditulis mereka bawanya pespur F-35B buat V/STOL sama kayak model LHD/LHA America class. Andaikan Korsel bisa buat EMals, pasti pakenya KF-21.
Ngetrend tapi belum proven. selevel amrik yg hampir 70tahun mengoperasikan kapal induk catobar masih ngebug emals mereka.
Hal bagus Korsel mengembangkan kapal induknya agar tidak kalah dengan negara tetangga walaupun ada negara tetangga Korsel yg menganggap kapal induknya sebagai kapal destroyer.
Oh yang itu ya… DDH in name only, aslinya CV. Yg udah reborn baru Kaga, nunggu Shoukaku, Zuikaku dkk
DDH sebenarnya lumayan akurat. Keempat kapal itu sebagai pengganti kelas Haruna dan Shirane dan berfungsi sebagai Perusak anti-Kapal Selam (Antisubmarine Destroyer). Izumo-class sama politisi mereka diminta diperbesar, tetapi akibatnya peralatannya didowngrade semua.
Ntar mereka buat kapal perang yg bisa meluncur ke luar angkasa juga kok, bisa nembakin laser lagi.
Space battleship Yamato