Beechcraft King Air 350i: Pesawat Turboprop VIP dengan ‘Reputasi’ Intai Maritim
Ternyata ada persamaan ‘selera’ antara Puspenerbad TNI AD dan Puspenerbal TNI AL, untuk urusan pesawat angkut VIP/VVIP, kedua kesatuan ini mempercayakan pada pesawat produk Beechcraft, yakni manufaktur pesawat yang berbasis di Wichita, Kansas, Amerika Serikat. Meski begitu, Puspenerbad menggunakan Beechcraft 390 Premier I, yang notabene adalah pesawat jet. Sementara Puspenerbal memilih pesawat bermesin turbopropeller, Beechcraft King Air 350i.
Baca juga: Beechcraft 390 Premier I – Pesawat Jet VIP Puspenerbad TNI AD
Tentang Beechcraft 390 Premier I telah kami kupas di artikel terdahulu, dimana tautannya dapat Anda simak di atas parafraf ini. Sedangkan Beechcraft King Air 350i, adalah pesawat yang terbilang anyar, dan baru pada Jumat (13/10/2017), satu unit King Air 350i dengan nomer U-6401 diresmikan penggunaannya dalam jajaran Skadron Udara 600 Puspenernal di Base Ops Lanudal Juanda, Surabaya.
Meski terbilang kondang sebagai pesawat charter untuk segmen pebisnis papan atas, namun King Air 350i punya reputasi yang tinggi sebagai pesawat angkut utility. Debut seri Beechcraft King Air telah dimulai sejak Mei 1963, dan sampai saat ini King Air telah dirilis dalam puluhan varian dalam jumlah produksi menembus 3.100 unit. Diantara varian King Air, terdapat varian untuk kebutuhan militer, seperti EU-21A yang dipakai US Army sebagai pesawat radio relay dalam Perang Vietnam. Dan kiprah varian militer kini lebih dominan ditawarkan sebagai solusi pesawat angkut taktis dan intai maritim.
Dan versi yang diakuisisi Puspenernal adalah King Air 350i, merupakan versi sipil murni. Desain King Air 350i sudah lebih modern, termasuk bekal winglet pada sayap utama. Walau tak ada perbedaan yang revolusioner dari keluarga King Air, tapi bekal fitur pada elemen navigasi pada turbopropeller ini sudah sangat maju, sebut saja avionic suite yang disokong Rockwell Collins Pro Line 21, three screen electronic flight instrument System (EFIS), integrated flight information system, engine indicating system (EIS), dual air data computers and altitude encoders, dual attitude heading reference systems(AHRS), flight management system (FMS) with database input unit dan MDC-3000 maintenance diagnostic computer.
Baca juga: WESCAM MX-20HD – Dongkrak Kemampuan Boeing 737 Patmar TNI AU ‘Setara’ Poseidon
Sementara untuk interior dalamnya, mungkin tak perlu dikupas, pasalnya beragam kemewahan kelas atas sudah disematkan di pesawat ini, seperti 10.4-inch personal HD video display, Apple iPod Classic docking station, optional Aircell Axxess II Iridium satellite communications dan Private aft lavatory/optional vanity.
Spesifikasi Beechcraft King Air 350i
– Role: Multi role light transport, low-level tactical and maritime navigation trainer
– Crew: Two pilots
– Engine: Two Pratt and Whitney PT6A-60A turboprops driving 4-blade propellers (1,050 horsepower each)
– Length: 14,2 meter
– Height: 4,4 meter
– Wingspan: 17,7 meter
– Weight: 6,894 kg (basic operations), 1,600 kg payload
– Cruise Speed: 570 km per hours
– Range: 3.400 km
– Ceiling: 10.668 meter
– Capacity: Up to eight passengers
Baca juga: Ocean Master 400 – Radar Intai Canggih Untuk CN-235 220 NG MPA TNI AL
Laris Sebagai Pesawat Intai Maritim
Bila Puspenerbal menggunakan King Air 350i sebagai angkut VVIP di Skadron Udara 600, sebaliknya TUDM (Tentara Udara Diraja Malaysia)/RMAF mengoperasikan varian lain dari pesawat jenis ini untuk tugas meronda laut. Persinya TUDM mengoperasikan empat unit Beechcraft King Air B200T MPA. Sebagai peronda laut, King Air milik AU Malaysia ini sudah dilengkapi radar Ocean Master 400 serta AMASCOS (Airborne Maritime Situation Control System), serupa dengan yang dipakai pada CN-235 220 NG MPA yang dioperasikan Skadron Udara 800 TNI AL. Lain dari itu, King Air B200T MPA juga disematkan Telephonics RDR-1700 radars.
Terkait misi intai mengintai, Beechcraft juga menawarkan varian Special Missions yang dijejali perangkat surveillance teknologi tinggi. Masih ada beberapa varian intai yang cukup maju dari keluarga King Air, sebut saja adopsi perangkat electro optics yang dipakai pada varian yang dipakai penjaga perbatasan AS dan Inggris. (Gilang Perdana)
ngomong2 om admin…iklan2 banner yang ada disamping kanan kiri ini agak mengganggu, karena sebagian menutupi tulisan artikel. jadi kalau bisa dipindahin tempat iklannya.
Coba lakukan zoom out pada layar di desktop PC/laptop terlebih dahulu 🙂
Koq nggak beli di PTDi aja yah,,?
Setanding sama n 219. Tinggal diganti mesinnya yang lebih besar kemampuannya dan ruang bahan bakarnya di tambah. Aneh pesawat kaya gini kok radiusnya luas amat hingga 3.000 km lebih. Ternyata mengorbankan kemampuan daya angkutnya. Cuma 1,6 ton doang. Sedangkan n 219 hingga 2,5 ton.
Kalau menurut saya untuk urusan angkut VIP serahin aja ke TNI AU. TNI AL fokus aja sama Kapalnya dan TNI AD fokus sama Tanknya, kecuali TNI AL udh punya kapal induk nanti buat naroh tuh pesawat, efisiensi lah itu kan uang rakyat haduh haduh ?
Apa memang harus setiap matra punya pesawat angkut VVIP ya bung afmin.? Knp tidak disatukan saja atas nama mabes TNI dng jumlah yg disesuaikan kebutuhan. Toh utk fungsi yg sama sbg angkut VVIP.
Menurut bung Admin gmn.?
Kalo menurut pribadi saya sich.tidak tahu apa2, soaly saya hanya sebagai komentator di sini jadi selanjuty saya serahkan kepada user
Sudah dari zaman bung karno 3 matra dan bahkan polri juga punya squadron vvip.
Tentu semua ada pertimbangannya ya, sepanjang dalam unit yang terbatas rasanya masih wajar, mengingat tupoksi masing2 angkatan berbeda, termasuk mobilitas pimpinan antar angkatan yang mungkin harus mendapat fasilitas khusus.
beda dong mas, kursinya lebih empuk yang VVIP coba sampeyan googling, beda jauh sama yang biasa. masa panglima atau komandan, nggak bisa diam-diam memeriksa pasukan di lini depan, lokasi terpencil dan perbatasan saat kondisi perang atau damai. kalau pakai hercules ya, terlalu besar, karena kapasitasnya besar, harus banyak orang.