Balas Gertakan Korea Utara, Korea Selatan Sukses Luncurkan Rudal Balistik Hipersonik Hyunmoo-V
|Selama ini Korea Utara kerap menggertak Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang dengan kemampuan rudal balistik, khususnya rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mampu melesat hipersonik dengan ukurannya yang jumbo. Meski tak segarang Korea Utara, Korea Selatan juga punya arsenal rudal balistik, termasuk yang diluncurkan dari kapal selam.
Merujuk informasi dari akun X @mason_8718 (7/1/2024), Korea Selatan telah melakukan uji coba rudal pada Desember 2023 dengan meluncurkan rudal strategis Hyunmoo-IV-1 dan Hyunmoo-V. Rudal Hyunmoo-V dilaporkan memiliki firepower 11 ton dan Korea Selatan berencana untuk melengkapinya dengan munisi berkemampuan Maneuverable Re-entry Vehicle (MaRV) dan Multiple Independently Targetable Re-entry Vehicle (MIRV).
Rudal Hyunmoo-V berpotensi membawa salah satu rudal balistik dengan hulu ledak terbesar di dunia, dengan berat hingga 8 ton, yang efek ledaknnya dapat berpotensi meniru efek senjata nuklir.
Rudal Hyunmoo-IV-1 dan Hyunmoo-V, keduanya dikenal sebagai High Power Missile (HPM), dua rudal ini dirancang untuk secara efektif menetralisir fasilitas yang ada di bawah tanah. Rudal Hyunmoo-V memiliki desain unik yang dimaksudkan untuk meledak di atas fasilitas in. Propelan padatnya cukup kuat sehingga memerlukan mekanisme peluncuran dingin (cold-launch mechanism)
Cold-launch mechanism adalah cara peluncuran proyektil atau rudal dari suatu sistem dengan memulai peluncuran dari keadaan diam atau saat istirahat. Ini berbeda dengan hot-launch mechanism di mana proyektil atau rudal diluncurkan dari sistem saat sedang bergerak atau dalam keadaan panas, yaitu mesin roket atau motor sudah aktif sebelum peluncuran.
Dalam cold-launch mechanism, rudal biasanya ditempatkan dalam suatu wadah atau tabung yang tertutup. Saat peluncuran, wadah atau tabung tersebut kemudian terbuka, dan rudal dikeluarkan dari dalamnya. Metode ini dapat memberikan beberapa keuntungan, termasuk lebih fleksibel dalam penempatan sistem peluncuran dan dapat mengurangi risiko terjadinya kebakaran atau ledakan pada sistem peluncuran.
Selain itu, semua rudal balistik Hyunmoo dilengkapi dengan sistem penghindaran yang dirancang untuk melawan sistem pertahanan udara yang digunakan oleh Korea Utara dan negara lain.
Rudal Hyunmoo-V berbobot 36 ton dan mengikuti ‘lintasan Lofted’, terbang melalui eksosfer untuk meningkatkan kemampuan penetrasinya. Korea Selatan juga telah melakukan uji coba terhadap hypersonic cruise vehicles, dengan upaya pengembangan berkelanjutan yang difokuskan pada Hypersonic Glide Vehicle (HGV).
Hyunmoo-IV-1 size comparison and test fire. pic.twitter.com/I8OnXYc0IL
— ハク Mason (@mason_8718) January 7, 2024
Hyunmoo-V memiliki kecepatan luar biasa, mencapai targetnya dengan kecepatan lebin dari Mach 10. Meskipun jangkauan maksimum yang tepat dari Hyunmoo-V masih dirahasiakan, para ahli berspekulasi bahwa rudal tersebut berpotensi mencapai jarak hingga 3.000 kilometer atau bahkan lebih jauh, sehingga menempatkannya dalam kategori rudal jarak menengah.
Dilansir Armyrecognition.com, Korea Selatan saat ini memiliki persediaan lebih dari 20 rudal Hyunmoo-V, dan produksi massal rudal seri HPM sedang berlangsung. Korea Selatan menggunakan istilah ”Extreme Precision, High Power Missile” alih-alih sebutan yang lebih konvensional seperti IRBM (Intermediate-Range Ballistic Missile) – rudal balistik jarak menengah atau ICBM (Intercontinental Ballistic Missile) – rudal balistik antarbenua.
Menurut Chosun Ilbo pada 29 Desember 2023, Menteri Pertahanan Nasional Korea Selatan, Shin Won-sik, baru-baru ini mengumumkan keberhasilan uji peluncuran rudal Hyunmoo-IV-1 dan Hyunmoo-V oleh Angkatan Darat Korea Selatan, tanpa mengungkapkannya waktu yang tepat untuk tes ini. Namun, seperti dilansir M51.4ever pada 7 Januari 2024, informasi mengenai pengujian tersebut seringkali diungkapkan melalui NOTAM (Notice to Airmen), yaitu pemberitahuan yang dikeluarkan untuk memastikan keamanan wilayah udara dan pesawat selama aktivitas terkait rudal.
NOTAM dikeluarkan untuk memberi tahu pilot tentang wilayah udara terlarang atau berbahaya yang terkait dengan peluncuran rudal. NOTAM ini berisi informasi seperti koordinat geografis, batas ketinggian, durasi, dan rincian terkait lainnya tentang wilayah udara terlarang.
Analisis M51.4ever terhadap NOTAM yang diaktifkan di Korea Selatan pada bulan Desember 2023 menunjukkan bahwa pengujian Hyunmoo-V kemungkinan besar dilakukan pada tanggal 26 atau 27 Desember. Uji coba tersebut dilakukan di lokasi uji coba dekat desa Jeongjuk-Ri di Pantai Barat, menargetkan sekelompok pulau sekitar 185 km selatan titik peluncuran, jarak yang hampir sama dengan jarak antara Seoul dan Pyongyang.
Korea Selatan Kembangkan VLS di Kapal Selam yang Mampu Luncurkan Rudal Balistik Seberat 10 Ton
Korean Air and Missile Defense (KAMD)
Sistem Pertahanan Udara dan Rudal Korea (KAMD) bertanggung jawab untuk mencegat rudal Korea Utara yang masuk, berfokus pada penyediaan pertahanan berlapis untuk fasilitas penting dan pusat populasi, mencegat ancaman udara, rudal, dan artileri. Dalam sistem KAMD, sistem pertahanan udara Long-Range Surface-to-Air Missile (L-SAM) yang diproduksi di dalam negeri akan digunakan sebagai pencegat tingkat atas untuk pertahanan berlapis.
Selain itu ada Korea Massive Punishment and Retaliation Plan (KMPR), yakni strategi pencegahan, dengan asumsi bahwa serangan Korea Utara, baik nuklir atau bukan, telah dimulai. Sebagai tanggapan, Korea Selatan akan membalas dengan kombinasi rudal presisi, pesawat tempur, dan kemungkinan pasukan khusus, yang menargetkan berbagai tujuan, termasuk serangan countervalue dan counterforce. (Gilang Perdana)
Saya jadi ingat ada Capres di Indonesia yg menyatakan ingin membuat dan mengembangkan Rudal Hipersonik bagi Pertahanan Indonesia. Menurut saya itu adalah ide yg sangat ambisius bagi negara sekelas Indonesia karena untuk mencapai itu dibutuhkan kerjasama erat dan RnD yg kuat dari berbagai pihak.
Masalahnya adalah RnD rudal di Indonesia masih belum berjalan dg baik, Rhan 450 saja masih jauh dari kata operasional padahal dari dimensinya saja sangat memungkinkan untuk dikembangkan sebagai MRBM. Belum masalah pengembangan seeker untuk navigasi rudal balistik hipersonik yg ingin dikembangkan oleh Indonesia.
Apakah Rudal Khan yg ingin diakuisisi oleh Indonesia bisa membantu Indonesia dalam pengembangan rudal Hipersonik atau tidak sepertinya masih jauh selain tentunya akan memancing reaksi negatif dari negara-negara tetangga hingga perlombaan senjata menjadi tak terkendali. Mungkinkah Indonesia sekalian bikin rudal nuklir karena rudal hipersonik pun kurang berefek Detteren tanpa adanya hulu ledak nuklir.