Bahas Douglas A-1 Skyraider, Pesawat Serang Propeller Terakhir Milik Negeri Paman Sam
Namanya sudah harum sejak Perang Dunia II bergulir dan pesawat tempur baling-baling ini mendapatkan pamornya saat Perang Vietnam dalam membantu serangan darat hingga misi penyelamatan. Ya, A-1 Skyraider yang dibangun oleh Douglas Aircraft Company ini terkenal akan durabilitasnya sehingga mampu memberikan dukungan udara jarak dekat. Ternyata, A-1 Skyraider merupakan pesawat serang propeller terakhir yang dimiliki oleh Amerika Serikat.
Baca Juga: ‘Tebak-Tebak Buah Manggis,’ Suatu Negara (Bukan Ukraina) Kepincut A-10 Thunderbolt II
Mulanya, A-1 Skyraider didesain sepanjang Perang Dunia II untuk memenuhi kebutuhan Angkatan Laut Amerika Serikat terhadap pesawat berkursi tunggal, carrier based, mampu menempuh jarak jauh serta piawai sebagai pengebom selam dan torpedo. A-1 Skyraider sendiri digadang-gadang akan menjadi suksesor dari pendahulunya, A-1 Corsair.
Pertama kali mengudara 18 Maret 1945, A-1 Skyraider mulai dioperasikan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat setahun berselang yang didapuk untuk berbagaii misi strategis, seperti dukungan udara, pengintaian hingga misi penyelamatan.
A-1 Skyraider awalnya dinilai sebagai pesawat dengan desain yang tidak lumrah jika dibandingkan dengan pesawat tempur lain pada masanya. Kendati dicap seperti itu, namun desain sayap yang besar dan kemampuan membawa beban berat, membuat pesawat ini mampu untuk membawa banyak senjata dan terbang lambat, memungkinkan misi serangan lebih presisi dan akurat – menjadikan Skyraider memiliki keunggulan unik di medan perang, terutama dalam misi dukungan langsung.
Melansir dari laman nationalinterest.org, dengan sayap yang lurus, rendah, dan meruncing, A-1 Skyraider memiliki kemampuan manuver yang mengesankan pada kecepatan rendah, membuatnya mampu menyerang target yang sulit, seperti jembatan atau bendungan yang terletak di medan pegunungan, A-1 Skyraider mengandalkan teknik pengeboman “toss-bombing” atau “over-the-shoulder”.
Menilik dari kemampuannya, A-1 Skyraider dipersenjatai meriam M2 berukuran 4 X 20 mm, kapasitas super besar (hingga 3.600 kg) untuk membawa berbagai jenis bom, termasuk bom pintar serta roket FFAR (Folding-Fin Aerial Rocket) lengkap dengan peluru kendalinya.
Seperti yang sudah disinggung di atas, ternyata A-1 Skyraider tidak hanya memperoleh pamor di Perang Vietnam, tapi bisa dibilang pesawat yang mengandalkan dapur pacu mesin radial 18 silinder Wright R-3350-26W ini memegang peran kunci Amerika di Perang Korea; antara lain menyerang infrastruktur musuh hingga misi pengintaian.
Kegemilangan A-1 Skyraider di berbagai medan perang ternyata tidak bertahan selamanya. Ada kalanya pesawat memasuki masa pensiun dan digantikan oleh mereka yang lebih canggih dan kompeten. Ada beberapa poin utama mengapa Amerika masih menggunakan jasa A-1 Skyraider, setidaknya hingga tahun 1970-an awal.
Amerika Serikat terakhir menggunakan A-1 Skyraider dalam operasi militer pada awal 1970-an, dengan keterlibatan paling signifikan terjadi selama Perang Vietnam. Meskipun pesawat ini mulai pensiun dari dinas aktif pada tahun 1972, beberapa unit masih menggunakannya untuk misi khusus hingga 1973.
Peralihan ke era pesawat jet ternyata tak bisa terelakkan. Dengan banyaknya kemampuan yang lebih canggih yang ditawarkan oleh pesawat jet, membuat A-1 Skyraider seolah mati kutu. Kendati telah berjasa banyak bagi Amerika, A-1 Skyraider tetap diakui karena kehandalannya dalam misi serang dan dukungan udara. Ini membuatnya menjadi simbol akhir era pesawat propeller di Angkatan Bersenjata Amerika Serikat. (Nurhalim)
OV-10G+ Combat Dragon II: Lambang Supremasi Bronco dalam Jagad Pesawat COIN
Mengeja “PROPELLER” gitu yg benar gimana sih 🤔