Update Drone KamikazeKlik di Atas

Australia Pesan Jenis Amunisi ‘Khusus’ APEX PGU-47/U untuk Kanon 25mm di F-35 Lightning II

Sejak pertengahan Desember 2024, Australia resmi menjadi pengguna jet tempur stealth F-35 Lightning II terbesar di luar Amerika Serikat dalam hal jumlah yang mencapai 72 unit. Selain diproyeksi untuk membekali F-35 dengan berbagai jenis senjata strategis, Angkatan Udara Australia (RAAF) juga serius untuk meningkatkan kemampuan kanon intrnal pada F-35A.

Baca juga: Batch Terakhir Tiba Pengiriman Tuntas, Angkatan Udara Australia Kini Punya 72 Unit F-35A Lightning II

Persisnya, Departemen Pertahanan Australia telah menandatangani kesepakatan besar untuk mempersenjatai armada jet F-35A Lightning II dengan amunisi APEX (Armor Piercing Explosive) PGU-47/U kaliber 25 mm x 137 produksi Nammo, perusahaan pertahanan yang berbasis di Norwegia.

Kontrak tersebut bernilai AUD 22,9 juta (US$14,2 juta), yang disebut merupakan penjualan besar pertama amunisi kanon yang secara khusus dirancang untuk jet tempur generasi kelima F-35.

Perjanjian tersebut baru-baru ini diumumkan oleh Nammo, dengan konfirmasi yang diberikan oleh juru bicara Departemen Pertahanan Australia pada tanggal 15 Januari 2025.

APEX PGU-47/U dikembangkan melalui kolaborasi antara Nammo, Badan Materiel Pertahanan Norwegia (FMA), dan Lembaga Penelitian Pertahanan Norwegia (FFI). Entitas tersebut telah mendedikasikan hampir dua dekade untuk penelitian, pengembangan, dan pengujian guna memastikan kesiapan amunisi bagi jet tempur F-35A.

Produksi APEX PGU-47/U pesanan Australia dijadwalkan akan dimulai tahun ini, dengan pengiriman diharapkan akan berlanjut hingga 2027.

Amunisi APEX PGU-47/U dirancang untuk digunakan pada kanon internal GAU-22/A empat laras yang ada di F-35A. Juru bicara Departemen Pertahanan Australia mengatakan amunisi APEX akan menawarkan sejumlah manfaat operasional, termasuk kemampuan lebih efektif terhadap berbagai target dan meningkatkan kinerja dan akurasi hulu ledak.

Australia Raih Lisensi Produksi Munisi Kanon untuk Jet Tempur F-35

Sebagai catatan, F-35B, yang dirancang untuk lepas landas pendek dan pendaratan vertikal (STOVL), dan varian angkatan laut F-35C tidak dilengkapi kanon internal. Namun, keduanya dapat dilengkapi dengan pod kanon yang dipersenjatai dengan kanon laras putar GAU-22/A, yang menampung hingga 220 peluru.

Amunisi APEX menawarkan solusi mutakhir untuk pertempuran udara modern, yang dirancang khusus untuk jet tempur F-35. Proyektil canggih ini dirancang untuk menargetkan berbagai macam ancaman, mulai dari target udara hingga target darat lunak dan berlapis baja.

Menurut situs web produsen, proyektil PGU-47/U berbobot 222 gram dan memiliki kecepatan luncur 970 meter per detik saat ditembakkan. Proyektil ini menawarkan dispersi maksimum kurang dari 0,5 mils dari satu laras. Dalam hal penetrasi, proyektil APEX dapat menembus baja setebal 14 mm pada sudut 45° pada ketinggian 9.000 kaki atau rolled homogeneous armor (RHA) setebal 8 mm pada sudut dan ketinggian yang sama.

Tracer pada amunisi ini memiliki waktu pembakaran lebih dari 3 detik, dan proyektil dirancang untuk beroperasi dalam kisaran suhu layanan -62°C hingga +80°C. Desain amunisi ini juga menggabungkan sekering pengaman ganda (FMU-171/U) untuk memastikan persenjataan yang aman pada jarak tertentu dari pesawat, dengan penundaan peledakan saat target mengenai sasaran.

Yang membedakan APEX dari jenis amunisi lainnya adalah kombinasi efek penembus lapis baja dan ledakan dalam satu putaran. Penetrator karbida tungsten memberikan kemampuan penembus lapis baja yang tangguh, sementara hulu ledak peledak memastikan kerusakan internal yang dahsyat saat terjadi benturan.

Putaran proyektil tetap efektif bahkan saat mengenai target pada sudut tertentu, yang membuatnya andal untuk serangan menyerempet, tidak seperti amunisi tradisional yang memerlukan serangan langsung untuk dampak maksimal.

[Video] Jet Tempur F-35B Korps Marinir AS Lakukan Penembakan Kanon di Lepas Pantai Somalia

APEX biasanya memiliki inti keras yang terbuat dari material seperti tungsten atau uranium yang dideplesi (DU), yang memberikan kemampuan penetrasi superior. Bahan peledaknya dirancang untuk meningkatkan efek destruktif setelah penetrasi, menghancurkan target internal seperti elektronik atau sistem senjata di dalam kendaraan lapis baja.

Sepintas tentang Nammo, perusahaan ini didirikan pada tahun 1998 sebagai hasil merger antara tiga perusahaan Eropa yang beroperasi di industri pertahanan, Raufoss ASA dari Norwegia, Celsius AB dari Swedia, dan Patria Industries dari Finlandia.

Nammo memiliki beberapa fasilitas produksi di berbagai negara, termasuk Norwegia, Swedia, Finlandia, Jerman, dan Amerika Serikat. Fasilitas-fasilitas ini memungkinkan Nammo untuk memproduksi berbagai jenis amunisi dalam jumlah besar. (Bayu Pamungkas)

(Lagi) Ada Masalah Pada Kanon di Jet Tempur F-35, Kali ini Berakibat Fatal

One Comment