Australia Pesan AGM-158C LRASM – Rudal Anti Kapal Jarak Jauh dengan Artificial Intelligence

Senjata strategis Australia di masa depan akan bertambah dahsyat lagi, kali ini dengan adopsi rudal anti kapal jarak jauh super canggih yang disebut sebagai AGM-158C Long Range Anti-Ship Missiles (LRASM). Berbeda dengan rudal anti kapal kebanyakan, AGM-158C yang punya sifat standoff air-launched cruise missile ini dapat beroperasi otonom dan punya jarak luncur 560 km.

Baca juga: AL Turki Lakukan Uji Tembak Atmaca, Rudal Anti Kapal Produksi Dalam Negeri

Ditangan AU Australia, nantinya akan menjadi kelengkapan sistem senjata pada jet tempur F/A-18 E/F Super Hornet, dan tidak menutup kemungkinan rudal ini untuk kelak diluncurkan dari pesawat intai maritim Boeing P-8A Poseidon. Dikutip dari Janes.com (10/2/2020), US Defense Security Cooperation Agency (DSCA) pada 7 Februari lalu telah meloloskan persetujuan penjualan 200 unit rudal AGM-158C kepada Australia dengan nilai mencapai US$900 juta. Akuisis alutsista strategis ini disebut-sebut menggunakan program Foreign Military Sales (FMS).

AGM-158C tergolong rudal anti kapal generasi baru. Dirancang oleh Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) pada tahun 2009, rudal ini dikembangkan ke dalam dua jalur yang berbeda. Pertama adalah LRASM-A, yaitu rudal jelajah subsonic yang didasarkan pada AGM-158 JASSM-ER milik Lockheed Martin. Kedua adalah LRASM-B, yaitu rudal supersonik yang terbang di ketinggian medium, rancangan rudal ini tak lain untuk menandingi rudal anti kapal Brahmos yang dikembangjan India-Rusia, tetapi program ini kemudian dibatalkan pada Januari 2012.

Dengan harga per unit mencapai US$3 juta, kemudian AGM-158C LRASM masuk kedinasan AU AS dan AL AS pada tahun 2018. Sebagai manufakur, dipercayakan kepada Lockheed Martin. Karena masih tergolong senjata anyar, baru beberapa jet tempur dan bomber yang kini lolos uji coba melepaskan rudal ini, diantaranya F/A-18 Super Hornet, pembom strategis B-1B Lancer dan jet tempur stealth F-35 Lightning. Lain dari itu, LRASM dapat pula diluncurkan dari kapal perang permukaan lewat Mark 41 Vertical Launch System.

Meski pengembangannya didasarkan pada AGM-158B JASSM-ER yang telah digunakan AS di Suriah, namun AGM-158C LRASM dilengkapi sensor frekuensi radio multi-mode, new weapon data-link and altimeter dan uprated power system. LRASM akan terbang menuju sasarannya di ketinggian menengah kemudian turun ke ketinggian rendah (sea skimming) untuk pendekatan pencarian guna melawan pertahanan rudal anti kapal.

Untuk memastikan kemampuan bertahan dan efektifitasnya terhadap target, LRASM dilengkapi dengan sistem pencarian dan pemandu rancangan BAE Systems, integrating jam-resistant GPS/INS, passive RF and threat warning receiver, imaging infrared (IIR infrared homing) seeker with automatic scene/target matching recognition, data-link, passive Electronic Support Measure (ESM) dan radar warning receiver sensors. Kesemuanya perangkat tadi disinergikan dengan aplikasi artificial intelligence.

Baca juga: Floating Decoy System – Kecoh Serangan Rudal Anti Kapal dengan Teknologi Reflektor

Dengan kecepatan high subsonic, AGM-158C LRASM dapat melesat sejauh 560 km. Bahkan bila hulu ledaknya dipangkas (450 kg), maka jangkauan rudal anti kapal ini bisa mencapai 1.600 km. Rudal dengan bobot 1,1 ton ini dilengkapi hulu ledak dengan pemicu blast fragmentation penetrator. (Bayu Pamungkas)