Australia Canangkan Program Pembuatan Rudal Nasional, Bisa Serap 2.000 Lapangan Kerja Baru
|Cara Australia untuk mendongkrak industri pertahanan di dalam negeri, boleh jadi bisa membuat warganet Indonesia iri, pasalnya dengan perencanaan yang jelas, ditambahkan sokongan anggaran yang besar, pemerintahan Negeri Kanguru sanggup menggandeng beragam manufaktur alutsista global untuk mau diajak berivenstasi di dalam negeri, yang secara langsung membuka lapangan pekerjaan baru.
Lewat program yang kini tengah berjalan bersama beragam vendor, sebut saja dalam pengembangan drone Loyal Wingman, kapal selam Attack Class sampai program pengadaan IFV (Infantry Fighting Vehicle) dalam Land 400 Phase 3, kesemuanya mengharuskan pembukaan fasilitas produksi di Australia, bahkan beberapa komponen juga berhasil ‘dipaksa’ untuk dibuat oleh perusahaan asal Australia.
Dan masih dari soal investasi, kabar terbaru dari pemerintahan Perdana Menteri Scott Morrison, yaitu bakal ada program pengembangan alutsista jangka panjang dengan periode 10 tahun. Yang dimaksud Morisson adalah Australia akan merancang dan memproduksi rudal (peluru kendali) buatan sendiri, maklum selama ini Australia masih berstatus sebagai negara pembeli untuk segmen rudal.
Dikutip dari scmp.com (31/3/2021), Morisson menyebut program rudal jangka panjang itu akan menelan biaya investasi sekitar Aus$1 miliar (US$761 juta). “Kami ingin meningkatkan kedaulatan di tanah Australia, dan ini sangat penting untuk menjaga keamanan setiap warga,” kata Morrison. Isu tentang agresivitas Cina tak bisa dikesampingkan dari program rudal ini.
Untuk maksud di atas, Departemen Pertahanan Australia akan memilih mitra industri strategis yang akan dikontrak untuk mengoperasikan fasilitas manufaktur. Beberapa nama telah masuk sebagai mitra potensial untuk program rudal nasional, di antaranya adalah Raytheon Australia, Lockheed Martin Australia, Kongsberg dan BAE Systems Australia. Sejauh ini, belum ada lokasi yang diidentifikasi untuk fasilitas tersebut.
Meski belum dipastikan keterkaitan atas program rudal nasional, Departemen Pertahanan Australia belum lama ini mengumumkan telah bermitra dengan Amerika Serikat untuk mengembangkan dan menguji rudal jelajah hipersonik yang diluncurkan dari udara, dimana rudal tersebut punya kecepatan sampai Mach 8.
Menteri Pertahanan Peter Dutton mengatakan, Australia akan bekerja sama dengan AS dalam proyek peluru kendali domestik yang baru. Sementara Menteri Industri Pertahanan Melissa Price mengatakan rudal yang diproduksi di dalam negeri akan menambah teknologi senjata yang ada di Australia, termasuk Nulka decoy missile dan pabrik bahan peledak di Benalla dan Mulwa.
Baca juga: Bertarung di Negeri Kanguru, Ranpur IFV Lynx KF41 dan Redback Tampil dalam Demo Statis
Menurut analisa industri pertahanan, perusahaan nasional yang kelak akan dibangun bisa bernilai Aus$40 miliar untuk produksi lokal dan ekspor selama 20 tahun ke depan. Program produksi rudal nasional juga akan menciptakan 2.000 lapangan pekerjaan di beberapa lokasi yang berbeda di Australia. (Gilang Perdana)
Kepanikan komentator disini sangst wajar, krn australia sangat berdekatan dg indo. bangsa kita masih direpotkan dg ekonomi yg blm mapan. Ekpor yg naik turun, impor ygsulit trkendali. Krn covid aj impor bs ditekan. Seandainya ekonomi yakin pengembangan2 bid pertahanan ikut maju, trlebih dg konflik lcs, semua blok barat ikutan memajukan inhan dg embel2 penciptaan lapangan kerja. Singapore ketakutan dg cina Krn kerjasama mmbuat terusan di thailand. Bgt jg australia yg kalah pengaruh dg cina tinggal indo apakah masi non blok atau brmain politik yg ciamik dg blok barat atau china ataukah si kuda hitam india, jepang korea dll. Bs jd mmbuat gebrakan sendiri mmbuat blok asean?? (tp gk mgkin krn rata2 negara2 tetangga hanya cari untung spt malay, viet, pinoy atau yg lainnya…. Ya salam, semoga ad cara utk brmain cantik dn mandiri dmi kedaulatn bangsa
Bismillah alhamdulillah jika australia mencanangkan program rudal dalam negeri punya arti Indonesia boleh dong ikut joint partner buat buka lapangan kerja
Sebenarnya saya kepinginnya begini :
Ada kebutuhan ground based arhanud jarak pendek untuk 701 titik di seluruh Indonesia. 701 titik itu termasuk 514 daerah tingkat II yang ada di Indonesia. Selain itu ada banyak aset arhanud kita yang sudah mencapai usia senja. Jika 701 titik itu butuh 1 baterai AA gun dan 1 baterai rudal shorad, maka dibutuhkan 701 baterai AA gun dan 701 baterai rudal shorad. Nilai pengadaan untuk 701 pasang baterai arhanud itu saya hitung bisa mencapai usd 17,9 – 18 billion belum termasuk hitungan inflasi mata uang, suku cadang dan amunisi tambahan. Nilai signifikan yang bisa bikin para produsen pada ngiler. Seandainya itu dimasukan dalam program jangka panjang dan andai kita bisa membujuk produsen2 hanud ternama seperti MBDA, Oerlikon dll untuk mendirikan pabrik atau fasilitas produksi di Indonesia dengan menggunakan sebagian besar pekerja lokal maka nilai ekonomi yang kita peroleh bisa signifikan.
Itu baru untuk hanud titik saja.
Kalo mau lebih kreatif lagi kita bisa menggandeng produsen naval gun terkemuka seperti oto melara untuk membangun produksi meriamnya di sini mengingat ada kebutuhan meriam untuk target jumlah kapal 274 KRI dan 317 KAL, belum termasuk kapal2 patroli untuk BAKAMLA, BC dll.
Dari mana angka 701 itu?
66 obyek vital
30 bandara setara bandara internasional
10 kota metropolitan
7 pangkalan terluar
15 kodam
11 lanuma
14 lantamal
34 ibukota propinsi
514 kota madya/kabupaten/administratif
66+30+10+7+15+11+14+34+514 = 701
Jepang aja yg obvitnya banyak banget gak nimbun shorad titik sebanyak itu tuh. Karena 2/3 wilayah Indonesia itu laut ya perbanyak aja Kaprang AAW kayak Jepang. Lagian kalo yg Dateng Rudal jelajah ratusan biji melayang ke Ibukota emangnya hanud di Ibukota udah bisa nangkisnya??
Itu mau koleksi apa lagi nafsu??? Sistem pertahanan udara yang sangat dibutuhkan itu justru yang mobile… jika terjadi perang sendiri situasinya pasti sangat dinamis, dan pihak yang diam akan lebih rentan untuk di hancurkan… termasuk sistem hanud itu akan menjadi target utama untuk dihancurkan…
Dulu Jakarta diancam mau dibombardir sama austra pake pesawat pembom.
Ntar besok2 akan diancam dengan rudal balistik nya.
Terus kata pakde gak ada perang dalam 20 THN kedepan.terus bilang semua kawan gak ada musuh Hua,…….wkwk…….mmmm
Santuy bro ,……….ntar kok Uda disalvo rudal baru mampus
“Kayaknya ente salah mabok orang……..pong 😏”
https://amp.kompas.com/nasional/read/2009/10/20/1308159/sby.million.friends.zero.enemy
Jika yg dimaksud adalah perang total seperti perang teluk atau yg terjadi di Afghanistan jelas tidak akan terjadi dalam waktu dekat di Indonesia. Tapi kalo modelnya skirmish seperti di Khasmir atau Falkland bisa saja terjadi. MEF berjilid-jilid itu dibuat agar Indonesia bisa bertahan dg total defense saat terjadi perang terbuka dg konsep penaklukan menyeluruh.
Hanya saja, Indonesia takkan siap bila yg terjadi adalah pendudukan atas beberapa tempat atau pulau kecil yg strategis seperti Natuna misalnya. Alasannya jelas, jarak antara Natuna dg wilayah dg kekuatan penuh terdekat sekitar ratusan Km dan itu dibatasi oleh laut, otomatis untuk mengerahkan pasukan dg kondisi saat ini untuk merebut kembali Natuna bila lawannya sekelas China jelas mustahil. Untuk itu yg dibutuhkan Indonesia dalam pengembangan postur kekuatan dan Alutsista harus mengacu pada kemampuan Anti Access Area denial yg menitik beratkan pada kemampuan menahan laju musuh, dari jarak jauh dg senjata dan sumber daya sekecil mungkin. Itu bisa dilakukan dg Rudal jelajah jarak jauh, Rudal balistik MRBM yg diluncurkan dari darat, laut dan udara, kalau bisa buat Anti Ship Balistic Missile macam DF-21D atau DF-26 nah itu baru bisa mencegah musuh untuk berniat menyerang Indonesia.
nah kan gini enak om pengamat komenya😅…mencerminkan bahwa kita disini cukup berwawasan…engak kalah sama pengamat luar….gitu loh…🤗😘
Sebenarnya ada yang instan alias bisa beli… karena kalau menggunakan kemandirian teknologi jelas akan makan waktu lama, bahkan saat perang terjadi mungkin belum cukup mampu memproduksi sendiri… ada yang instan dan siap di gunakan tinggal beli, tapi ya itu dia
Justru kalo cuman beli, kalo senjatanya habis bakalan kelabakan. Beda cerita kalo bisa buat sendiri. Walopun pabriknya bisa dihancurkan asal SDMnya masih selamat ya bisa direlokasi pembuatannya di tempat lain.
Kalo IDN sih senang² aja perihal regional arms race.setidaknya nanti bakal ada alasan buat IDN untuk mengakuisisi Kinzhal – Tsirkon- S-400/500 dgn ToT short/medium range hypersonic missiles #MangEnak
Australia dengan program ini, Singapura dengan Blue Spear… Indonesia ? ngakak guing guing….
Indonesia punya proyek dg China lewat C-705 dan Ukraina lewat Rudal Neptune, turunannya Kh-35, yah sama kayak KCT-15 punya Vietnam lah tapi bisa jadi Indonesia bakal punya varian udaranya juga.
Bung Daryono terlalu skeptis dengan kemampuan Indonesia sendiri… padahal mestinya paham, teknologi rudal itu tidak semudah itu, terbukti hanya berapa negara yang mampu membuatnya… kalau mau Indonesia sehebat itu, mulailah dulu dari diri sendiri…
Punya pemimpin cerdas dan visioner serta jiwa nasionalisme yg tinggi.. Rakyatnya pasti beruntung.
australia produksi..lama2 australia arogan sama indonesia. menyerang indonesia dgn gempuran rudal2.. tdk seimbang. kayak arminena vs azerbaijan.. australia gak sabaran dan asyik utk jadi arogan ke indonesia..
heeee heeeee heeeeeee
mau kebalab lagi nih kayak kayaknya….ya ampiuuuun😆
apapun alutsistax ICBM masih di takuti hingga sekarang, cari target obyek vital spt Lanud, Pelabuhan, PLN, gudang pangan, gudang senjata dan kilang BBM semua target di kunci lalu pencet, Hujan ICBMpun meluncur dg mulus, anti dot ICBM yaitu Do’a dan Santuy ke Negara Tetangga
Sudah pasti sasa Bon tabur
Yang lain mundur
ICBM kalo gak punya nuklir ya percuma aja kayak Irak punya Scud dulu. Lebih ngeri drone MALE buat kamikaze, lebih susah but deteksi seperti punya Houthi.