Australia Akuisisi MC-55A Peregrine, Sang “Konduktor” Peperangan Elektronika

Angkatan Udara Australia telah memiliki seabreg alutsista kelas atas, sebut  dari jet tempur F-35A Lightning II, pesawat intai AEW&C E-7A Wedgetail, EA-18G Growler, pesawat intai maritime P-8A Poseidons, dan  drone intai HALE (High Altitide Long Endurance) Northrop Grumman MQ-4C Triton. Yang disebut di atas adalah etalase utama AU Australia (RAAF), terkhusus dalam meladeni perang elektronika (electronic warfare), maka selain Amerika Serikat, nyaris di kawasan tiada yang sepadan menandingi kedigdayaan militer Negeri Kangguru tersebut.

Baca juga: E-7A Wedgetail – Stasiun Radar Terbang Perisai Ruang Udara Australia

Tapi itu semua masih dirasa kurang, dalam sebuah wawancara pada 2017 dengan FlightGlobal, KSAU RAAF, Marsekal Udara Leo Davies mengatakan, bahwa ada fungsi koordinasi peperangan elektronik yang tidak diisi. Ia pun menyebut diperlukannya elemen konduktor, seperti halnya konduktor dalam sebuah orkestra. Dan yang dimaksud dari Sang Konduktor adalah sosok MC-55A Peregrine, yang tak lain adalah pesawat untuk peran electronic warfare yang berasal dari konversi pesawat jet eksekutif Gulfstream G550 .

Dikutip dari flightglobal.com (18/3/2019), disebutkan bahwa telah ada kesepakatan bersama antara dua petinggi pemerintahan Australia, yaitu Menteri Pertahanan Christopher Pyne dan Menteri Industri Pertahanan Linda Reynolds untuk mengakuisisi empat unit MC-55A Peregrine. Christopher Pyne menjelaskan jika pesawat ini memang dibutuhkan sebagai integrator antara joint warfighting networks Kementerian Pertahanan dengan elemen intai dan tempur di lapangan. Pyne menyebut MC-55A dapat mensinergikan critical link dari beberapa platform, sebut saja dari jet tempur F-35A, E-7A Wedgetail, EA-18G Growler dan elemen tempur laut serta amfibi.

Baca juga: EA-18G Growler – Jurus Australia Menghadapi Potensi Perang Elektronika dari Utara

Meski tak diketahui apa saja perangkat yang ditanam pada MC-55A Peregrine, namun teknologi yang diusung melibatkan solusi dari L3 Communications Mission Integration. Tiga tahun lalu disebutkan Kemhan AS telah menyetujui penjualan 5 unit Gulfstream G550 ke Australia yang akan dilengkapi sistem intelligence, surveillance, and reconnaissance (ISR) dan electronic warfare. Dan pada Juni 2018, Kemhan AS telah mengontrak dua jet Gulfstream untuk dikonversi menjadi pesawat dengan misi khusus. Sampai saat itu tidak dijelaskan negara yang akan menerima pesawat hasil konversi tersebut, meski kuat dugaan adalah Australia yang membelinya lewat skema Foreign Military Sales (FMS).

Nilai akuisisi keempat unit MC-55A mencapai AUS$2,46 miliar (US$1,75 miliar) dan akan mencapai biaya operasional AUS$2 miliar dalam program penggunaan selama 25 tahun. Dua unit MC-55A hasil konversi nantinya akan diserahkan pada pertengahan tahun 2021. Proses konversi akan dilakukan di Greenville, Texas, dan nantinya armada MC-55A akan ditempatkan di Lanud Edinburg, Australia Selatan.

Baca juga: Gulfstream G550 CAEW – Stasiun Radar Terbang Conformal Perisai Ruang Udara Singapura

Selain Australia, Singapura juga mengandalkan platform Gulfstream G550 untuk misi pertahanan udara, persisinya Negara Kota itu mempunyai Gulfstream G550 CAEW yang berperan sebagai stasiun radar terbang conformal, menggantikan keberadaan E-2 Hawkeye. (Bayu Pamungkas)

6 Comments