AU Australia Perpanjang Usia Jet Tempur F/A-18F Super Hornet Hingga Satu Dekade Mendatang
|
Meski saat ini masih masuk kategori sebagai jet tempur ‘tercanggih’ di kawasan Asia Pasifik, rupanya Angkatan Udara Australia (Royal Australian Air Force/RAAF) sudah mulai mempersiapkan strategi untuk kelanjutan masa depan jet tempur multirole F/A-18F Super Hornet. Seperti diketahui, No.1 Squadron RAAF kini mengoperasikan 24 unit Super Hornet dari basisnya di Lanud Amberley, Queensland.
Baca juga: Gagal Lepas Landas, Dua Awak F/A-18F Super Hornet AU Australia Berhasil Melontarkan Diri
Seiring dengan konsentrasi AU Australia yang dalam waktu dekat akan mengoperasikan tiga skadron (72 unit) jet tempur stealth F-35A Lightning II, maka menjadi tanggungan tersendiri untuk memikirkan nasib armada F/A-18F Super Hornet yang hanya terdiri dari satu skadron. Dikutip dari aviationweek.com (13/7/2023), Angkatan Udara Australia kini membuka apa yang disebut sebagai program RAAF Eyes Super Hornet Extension.
Program tersebut adalah upaya untuk memperpanjang umur penggunaan F/A-18F Super Hornet setidaknya sampai satu dekade mendatang, setelah itu akan dibuka kompetisi baru untuk pengadaan jet tempur generasi terbaru. Hal tersebut diuatarakan oleh KSAU Australia Marsekal Udara Robert Chipman.
Rencana tersebut artinya tidak menjamin bahwa Lockheed Martin bakal memasok untuk pesanan lanjutan 28 unit F-35A lagi untuk AU Australia. Pasalnya, ada wacana untuk kelak menggantikan armada Super Hornet dengan F-35A Lightning II, menjadikan nantinya RAAF mengoperasikan empat skadron tempur yang berisi satu jenis pesawat saja.
RAAF awalnya memutuskan untuk membeli 24 unit F/A-18F pada tahun 2007 sebagai pengganti sementara untuk pembom tempur General Dynamics F-111 yang pensiun. Yang terakhir seharusnya diganti hanya oleh F-35A, tetapi penundaan program pada tahun 2007 membuat RAAF membutuhkan satu skadron Super Hornet.
“Kami sedang melihat kemampuan Super Hornet, dan saat ini sedang mempertimbangkan untuk mempertahanan Super Hornet hingga pertengahan dekade berikutnya,” kata Chipman, di sela-sela acara Global Air and Space Chiefs Conference.
Rencana perpanjangan usia operasional Super Hornet kemungkinan akan merujuk pada peningkatan Super Hornet Australia ke standar Block III yang ditawarkan Boeing. Keputusan itu juga mendorong pesanan penggantian armada F/A-18F pada pertengahan 2030-an. F-35A diharapkan oleh Pentagon masih dalam produksi pada saat itu, tetapi beberapa desain dan pendekatan tempur lainnya untuk pertempuran udara juga mungkin tersedia pada saat itu.
Meski tidak dijamin sebagai pengganti Super Hornet di Australia, namun, F-35 tetap menjadi kandidat pengganti Super Hornet, meski RAAF juga akan mempertimbangkan alternatifnya. Pada pertengahan 2030-an, saat itu Australia mungkin akan masif menggunakan drone tempur kolaboratif seperti Boeing MQ-28 Ghost Bat buatan Australia, atau tidak menutup kemungkinan Australia untuk mengadopsi jet tempur generasi keenam, seperti yang saat ini tengan dirancang oleh oleh AS, konsorsium Inggris-Jepang-Italia, dan grup Prancis-Jerman-Spanyol.
Merujuk dari sejarahnya, unit perdana F/A-18F Super Hornet tiba di Australia pada 26 Maret 2010. Dan sampai saat ini, AU Austalia telah mengoperasikan 24 unit Super Hornet yang ditempatkan di No.1 Squadron di Lanud Amberley.
Baca juga: AU Australia Rayakan 10 Tahun Pengabdian F/A-18F Super Hornet
Selain 24 unit Super Hornet, RAAF juga mengoperasikan 11 unit jet tempur spesialis peperangan elektronika yang juga keluarga Super Hornet, yakni EA-18G Growler (No.6 Squadron). Awalnya, Australia memiliki 12 unit, namun satu unit Growler mengalami kecelakaan saat mencoba lepas landas di Lanud Nellis, Nevada, pada Januari 2018. (Gilang Perdana)