Asisguard Songar – Drone Quadcopter dengan Integrasi Senapan Mesin
|Drone mini quadcopter dominan digunakan untuk misi pemetaan, pembuatan video sampai pengintaian taktis, pun ada juga rintisan yang dilakukan dunia militer dengan melengkapi drone ini dengan senjata, seperti Dislitbang TNI AD yang pernah merilis TOPX4-B132, prototipe quadcopter yang dilengkapi dengan pistol kaliber 9 mm dan roket anti tank C90-CR Instalaza. Namun, sejauh ini instlasi senjata di drone mini quadcopter kebanyakan masih dalam tahap uji coba dan pengembangan, lantaran bukan perkara mudah untuk melakukan pembidikan dan penembakan.
Baca juga: TOPX4-B132: Prototipe Quadcopter UAV dari Dislitbang TNI AD
Seperti dikutip dari slashgear.com (16/12/2019), disebutkan salah satu tantangan terbesarnya adalah bagaimana mempertahankan posisi saat penembakan dalam mode hovering (melayang diam di udara) tanpa kehilangan sasaran. Belum lagi mengatasi efek tolak balik (recoil) senjata yang harus diatasi.
Dan terkait hal tersebut, ada kabar terbaru datang dari Turki, diwartakan Asisguard sedang dalam proses mengirimkan drone quadcopter kepada militer Turki, drone yang diberi label “Songar” ini mirip dengan drone TOPX4-B132 dari Dislitbang TNI AD, namun yang menjadi bekal drone ini adalah satu pucuk senapan mesin kaliber 5,56 x 45 mm.
Sekilas model penempatan senjatanya seperti biasa-biasa saja, namun drone dengan bobot kosong 25 kg ini dibangun dengan mengusung desain four-armed carbon body dan two coaxially mounted large props pada ‘lengan khusus’ untuk mengatasi efek recoil. Meski tidak disebutkan jenis senjata yang dipasang, senapan mesin dipasang pada tilting mount yang berada di bawah fusegale. Model tilting mount memudahkan bagi operator/gunner untuk mengarahkan kendali tembakan, Asisguard menyebut bahwa mode kendali ini mudah dilakukan bagi operator yang terbiasa mengoperasikan kamera pada drone DJI Phantom.
Dari spesifikasi, senapan mesin di drone ini dapat melakukan penembakan dalam mode satu tembakan, 15x tembakan dan full auto. Dala uji coba, drone copter ini dilengkapi magasin berkapaitas 30 peluru. Assguard menyebut desain drone ini dapat membawa sampai 200 peluru, sudah barang tentu banyaknya peluru akan menambah payload, dan artinya membawa pengaruh pada kinerja si drone itu sendiri. Dalam pengujian, drone Songar dapat melakukan penembakan dari jarak 200 meter untuk sasaran 15 cm persegi.
Songar ditenagai oleh baterai dan sistem kendalinya mengandalkan Line of Sight (LoS) sampai jarak 10 km. Dukungan yang melekat pada drone ini mencakup GPS and GLONASS stabilized dan gimbals to stabilize vision. Sisten drone ini juga menawarkan sistem kendali double, yaitu double monitor masing-masing untuk pilot dan gunner. Bagi militer Turki, drone copter taktis ini digelar untuk memberikan perlindungan pada konvoi kendaraan tempur saat memasuki daerah rawan, atau drone dapat digunakan untuk merespon saat terjadi suatu penyergapan.
Baca juga: Integrasikan Roket C90-CR, TNI AD Tampilkan Drone Copter Penghancur Tank
Selain menawarkan Songar dengan senapan mesin, Asisguard juga tengah mengembangkan drone copter dengan senjata pelontar granat 40 mm. Dengan adopsi drone mini quadcopter oleh militer Turki, idealnya model drone copter bersenjata dapat direalisasikan oleh TNI.
Mengingat apa yang kerap dialami oleh pasukan TNI yang mendapat penyergapan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua, maka seyogyanya penggunaan drone jenis ini layak untuk segera diaplikasi. Selain efektif untuk memberikan tembakan balasan, tentu risiko prajurit gugur dapat ditekan. (Gilang Perdana)
Pengen punya jd kalau bunuh orang bisa dr jarak 10km g perlu keahloan khusus sniper. Kalau bisa jangkauan drone 100km jd sehabis nembak ga bakal ketahuan kan ga ada cctv d atas awan
Mungkin jika senjatanya didesign Custom khusus utk drone pengintai spt TOPX4-B132 dan laras senjata dilengkapi peredam, serta dilengkapi juga dng perangkat optik dan penginderaan malam maka akan komplit sebagai drone intai sekaligus bantuan penyergapan atau difungsikan sbg drone sniper.
Drone sulit stabil dan akurat saat menembak?
Itu sebabnya Turki dan Rusia menggunakan senapan mesin. Rentetan tembakan memiliki kemungkinan mengenai sasaran lebih besar.
Atau opsi lain: drone yang lebih besar membawa bom atau roket/rudal, meskipun tidak tepat kena sasaran, target masih memiliki kemungkinan terluka kena pecahan/fragmen ledakan.
Turki terus berkarya . . , mereka benar2 bekerja.