AS Berencana Jual Jet Tempur F-15EX ke Mesir, Ditentang Sejumlah Anggota Senat

Meski belum menjadi keputusan, di Washigton kini tengah terjadi pembahasan serius, yaitu tentang upaya Amerika Serikat untuk bisa memasok jet tempur F-15EX ke Mesir. Seperti diketahui, Mesir bersama dengan Aljazair telah membatalkan pesanan atas jet tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia, dan ada peluang bagi AS untuk menggantikan ‘posisi’ Su-35 dengan F-15.

Baca juga: Seperti Indonesia, Mesir dan Aljazair Juga Tinggalkan Rencana Pembelian Sukhoi Su-35

Dikutip dari politico.com (16/3/2022), Komandan pasukan AS di Timur Tengah mengatakan bahwa AS berencana untuk menyetujui penjualan jet tempur F-15 ke Mesir. Jenderal Frank McKenzie, head of US Central Command mengatakan kepada Senat Komite Angkatan Bersenjata, bahwa kesepakatan yang akan datang untuk jet tersebut mengikuti proses yang mungkin berlarut-larut. “Dalam kasus Mesir, saya pikir kami memiliki kabar baik karena kami akan memberi mereka F-15, yang merupakan kerja keras yang panjang dan sulit,” kata McKenzie kepada para senator.

Mengapa penjualan ke Mesir bakalan sulit? Masih dari sumber yang sama dikatakan, rencana penjualan F-15 ke Mesir kemungkinan besar akan memicu pertengkaran lain di Capitol Hill, pasalnya Mesir dianggap punya catatan buruk seputar hak asasi manusia. McKenzie tidak memberikan rincian lebih lanjut. Departemen Pertahanan AS belum secara terbuka memberitahukan penjualan pesawat tempur ke Mesir, dan seorang juru bicara tidak memberikan secara spesifik.

“Sebagai kebijakan, Departemen tidak mengomentari atau mengkonfirmasi penjualan pertahanan yang diusulkan sampai mereka secara resmi diberitahukan kepada Kongres,” kata juru bicara Dephan AS.

Beberapa anggota parlemen kemungkinan akan berusaha memboikot rencana penjualan jet tempur buatan Boeing tersebut atas catatan hak asasi manusia di Mesir. Penjualan pesawat tempur—yang jumlahnya bisa mencapai miliaran dolar—juga akan menguapkan bantuan militer senilai US$130 juta yang ditahan oleh Pemerintahan Biden karena kekhawatiran dengan kurangnya kemajuan dalam hak asasi manusia oleh Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sissi.

F-15QA 3315 di bandara Bangor (Foto: Scramble.nl)

Pembelian pesawat tempur, jika disetujui melalui proses foreign military sales (FMS), masih perlu diberitahukan kepada Kongres, memberi kesempatan kepada anggota parlemen untuk memblokirnya.

Sebelum ini, AS telah memberikan lampu hijau kepada Mesir untuk pembelian 12 Unit C-130J Super Hercules dan paket Radar 3D. Konkritnya pada 25 Januari lalu, US Defense Security Cooperation Agency (DSCA) telah memberi persetujuan untuk penjualan 12 unit pesawat angkut C-130J Super Hercules produksi Lockheed Martin. Bukan itu saja, nagara di Afrika Utara ini juga mendapatkan persetujuan untuk pembelian 3 unit SPS-48 land based radar (LBR) produksi L3 Harris Surveillance Systems.

Disebutkan nilai penawaran untuk 12 unit C-130J ke Mesir mencapai US$2,2 miliar dan paket 3 unit radar SPS-48 senilai US$355 juta.

Baca juga: Mesir Dapat Lampu Hijau untuk Pembelian 12 Unit C-130J Super Hercules dan Paket Radar 3D

Pasca pembatalan pesanan Mesir atas Sukhoi Su-35 dari Rusia, Mesir mulai mendapat perhatian dari Washington. Namun, khusus untuk rencana penjualan F-15EX dipandang oleh sebagian anggota parlemen tidak sama, pasalnya pengadaan pesawat angkut seperti C-130J dominan untuk keperluan pertahanan dan logistik, sementara F-15EX masuk ke dalam lethal weapon, dan hal tersebut yang kini menjadi perdebatan di level petinggi pertahanan AS. (Gilang Perdana)

14 Comments