AS-1 Kennel : Rudal Bongsor “Penakluk” Kapal Induk Belanda Karel Doorman
|Jauh sebelum era Exocet, Harpoon, C-802 dan Yakhont, TNI di tahun 60-an telah mengoperasikan rudal anti kapal lintas cakrawala, alias over the horizon. Rudal yang dimaksud adalah AS-1 Kennel. Rudal ini terbilang fenomenal dan kenangannya masih cukup menarik untuk disimak hingga saat ini,
Baca juga: Yakhont – Rudal Jelajah Supersonic TNI-AL
Alasannya adalah ukuran rudal jelajah ini yang super bongsor dan hanya Indonesia, negara di kawasan Asia Tenggara yang punya riwayat mengoperasikan rudal yang masuk kategori heavy missile tersebut. Walau teknologi dan platformnya ketinggalan jauh dengan rudal Tomahawk milik AS, tapi saat operasi Trikora dikobarkan Ir. Soekarno, daya deteren Kennel nyatanya mampu membuat pusing pihak Belanda, Amerika Serikat dan NATO.
AS-1 Kennel (dalam kode aslinya dari Uni Soviet disebut KS-1 Komet) merupakan rudal anti kapal permukaan yang diproduksi Uni Soviet pada 1953 dengan basis konstruksi pesawat MIG-15 dan MIG-17. Rudal yang disiapkan untuk dibopong bomber strategis Tupolev Tu-16 Badger B Ini dibuat setelah desakan AL Uni Soviet kala itu untuk memiliki rudal jelajah anti kapal. Tu-16 mampu membawa sekaligus dua rudal seberat lebih dari 3 ton ini di kedua sayapnya. AS-1 yang berkecepatan sub sonic ditenagai mesin turbojet yang mampu membuatnya mampu menjangkau sasaran sejauh 100 km.
Baca juga: MiG-17 Fresco – Si Perontok Phantom
Baca juga: Tu-16 (1) – Awal Kehadiran Pembom Termasyur TNI-AU
Dengan bobot 3 ton, AS-1 dibekali hulu ledak seberat 600 Kg high explosive. Tak ayal dengan daya hantam yang menakutkan membuat Belanda harus berpikir sepuluh kali jika berani melakukan perang terbuka dengan Indonesia. Bahkan beberapa analis menyatakan, kapal induk kebanggaan Belanda yang kala itu ikut mangkal di perairan Irian (HNLMS Karel Doorman) dapat dihancurkan dengan dua hantaman rudal Kennel.
Baca juga: Tu-16 (2) – Atraksi Ketangguhan Sang Bomber
AS-1 dirancang oleh A. Ya Bereznyak dari Mikoyan’s di kota Dhubna, Uni Soviet. Cara kerja rudal ini adalah setelah operator memprogram autopilotnya untuk diluncurkan dan menanjak dan menggunakan radar semiaktif untuk sistem terminal flight. Rudal ini diperkirakan mulai operasional pada sekitar tahun 1961. Sayang tidak ada informasi yang pasti tentang jumlah Kennel yang dibeli oleh Indonesia. Tapi bila sekedar ingin melihat sosok rudal ber-air intake ini bisa dijumpai di Museum Dirgantara Yogyakarta.
Baca juga: Tu-16 (3) – Akhir Perjalanan Sang Bomber
AS-1 Kennel sendiri umurnya tak terlalu panjang, Uni Soviet hanya mengoperasikan rudal ini dalam rentang 1955 sampai 1961. Seiring hangat-hangatnya lomba senjata dalam Perang Dingin, pihak Uni Soviet lalu mengembangkan rudal lain dalam platform Kennel, yakni masing-masing SSC-2a Salish dan SSC-2b Samlet. Jika Salish diluncurkan dari kendaraan semitrailer yang menarik truk traktor peluncur KrAz-214, maka Samlet adalah rudal pantai yang diluncurkan dari truk ZIL-157V. Secara umum AS-1 yang selintas nyaris sebesar MIG-15 memiliki panjang 8,2 meter (MIG : 10,11 m), rentang sayap 4,9 meter dan kecepatan 0,9 mach. Sejauh ini yang diketahui mengoperasikan selain Uni Soviet (Rusia) adalah Indonesia dan Mesir. (Haryo Adjie)
Uji Coba Kennel
Hingga akhir pengabdiannya, Kennel bersaman dengan dihapusnya pengembom Tu-16 Ks, tidak pernah sekalipun digunakan dalam operasi militer. Tapi itu bukan berarti rudal bongsor ini tak pernah ditembakkan di wilayah Indonesia.
Kennel paling tidak pernah dilakukan uji coba penembakkan sekitar tahun 1964-1965. Kennel ditembakkan ke sebuah pulau karang di tengah laut, persisnya antara Bali dan Ujung Pandang. “Nama pulaunya Arakan,” aku Hendro Subroto, mantan wartawan TVRI. Dalam uji coba, Hendro mengikuti dari sebuah C-130 Hercules bersama KSAU Omar Dhani. Usai peluncuran, Hercules mendarat di Denpasar. Dari Denpasar, dengan menumpang helikopter Mi-6, KSAU dan rombongan terbang ke Arakan melihat perkenaan. “Tepat di tengah, plat bajanya bolong,” jelas Hendro.
Baca juga: Mi-6 – Legenda Heli Raksasa TNI-AU
Spesifikasi AS-1 Kennel
– Kode soviet : KS-1 Komet
– Propulsi : turbojet
– Pemandu : terminal active radar terminal homing
– Hulu ledak : 600 kg HE
– Penggerak : RD-500K turbojet
– Jangkauan : 140 km
– Berat lontar : 3000 kg
– Panjang : 8,29 meter
– Diameter : 1,20 meter
– Pabrik : Mikoyan
– Platform : Tu-16 Badger
“Tepat di tengah, plat bajanya bolong,” jelas Hendro…..
Buset dah, hulu ledak 600kg cuman dibilang plat bajanya bolong…,
mestinya bilang..”Tepat ditengah,….plat bajanya ilang total nDann….!!”
atau jangan jangan enggak kena ya…..hehehehe…
bangga indonesia…..
besar,kuat dan profesional.resminya ini cita2 TNI AL.tetapi sangat menjiwai keinginan seluruh anak bangsa akan bentuk TNI secara keseluruhan.begitulah seharusnya proporsi tubuh angkatan bersenjata kita.TNI pernah mencapai cita2 itu disaat masih banyak rakyat kita yg buang air di kali.knapa sekarang saat kita mengaku beradab dan modern malah arsenal kita yg jadi tempat buang air karena sudah tidak dapat dpakai lagi? tegakah kita melihat anggota hewan minta fasilitas mewah disaat keluarga marinir menangis pilu karena akibat BTR-50 yg umurnya 48 th tenggelam membawa korban 8 org marinir? acuhkah kita saat membiarkan tikus2 koruptor memakan uang pajak kita disaat petugas SAR sibuk mengumpulkan potongan tubuh prajurit AU yg jatuh bersama hercules yg tidak layak terbang akibat kurangnya suku cadang? saat ini kita lebih biadab dari zaman apapun karena membiarkan prajurit kita yg bertaruh nyawa untuk kita mati sia2!
JLEBBB !!! nancep banget masbro 🙂 ingat doktrin perang masa depan ada di 2 matra yaitu LAUT dan UDARA kalo indo ketinggalan terus secara alutsista,manajemen,logistik,taktik dan strategi sudah bisa dibayangkan mimpi buruk yang akan terjadi…ane denger MALON udah ngirim 2 scorpene mereka untuk “silent patrol” di daerah ambalat, kita liat gimana pemerintah+anggota D/hewan menanggapinya…