Antelope Air Defence System – Perisai Udara Jarak Dekat Taiwan Saat Menghadapi Agresi Cina
|Tensi ketengangan antara Cina daratan dan Taiwan kembali meningkat, pasalnya Beijing dalam waktu dekat ini bakal menggelar latihan militer di Selat Taiwan, yaitu area selebar 180 km yang memisahkan antara pesisir Cina daratan dan Pulau Formosa. Dengan dilangsungkannya latihan di wilayah tersebut, secara otomatis Cina bakal menghadirkan armada tempurnya di zona identifikasi pertahanan udara Taiwan (ADIZ).
Baca juga: Menhan Taiwan: Cina Berencana Terapkan ADIZ di Kawasan Laut Cina Selatan
Beberapa jet tempur yang akan diikutkan dalam latihan plus provakasi militer itu, mencakup Sukhoi Su-30/Su-35 dan Chengdu J-10. Meski diliputi ketengangan, perisai udara Taiwan dipercaya cukup mumpuni untuk membendung ambisi ofensif Beijing. Lepas dari elemen jet tempur garda depan seperti F-16 dan Mirage-2000, sistem rudal hanud Taiwan juga dikenal kokoh.
Guna menetralisir jet tempur/pembom sampai rudal balistik dari jarak jauh, Taiwan punya baterai rudal Patriot. Pun jika masih belum cukup, Taiwan punya sosok Patriot dengan ‘kearifan’ lokal, yaitu rudal Sky Bow III yang dikembangkan oleh National Chung-Shan Institute of Science and Technology (NCSIST). Sky Bow III ditenagai oleh solid-fuel rocket motor mampu melesat sejauh 200 km dengan kecepatan Mach 7.
Patriot dan Sky Bow III adalah andalan rudal hanud jarak jauh, lantas bagaimana dengan segmen rudal hanud jarak dekat? Rupanya Taiwan juga tak kalah gesit dalam pengembangan di lini rudal hanud jarak pendek. Masih digawangi oleh NCSIST, sejak tahun 2009, Arhanud AD Taiwan telah mengaktifkan apa yang disebut sebagai Antelope air defence system.
Antelope air defence system terdiri dari empat peluncur rudal Sky Sword 1 (TC-1L), dimana plaform Antelope dipasang pada rantis truk/jip 4×4. Antelope air defence system dapat beroperasi sebagai pertahanan udara titik yang berdiri sendiri (stand alone) atau bisa juga terintegrasi dengan area hanud yang terintegrasi.
Antelope air defence system terdiri dari komponen penargetan, panduan, komponen komunikasi dan rudal itu sendiri. Merujuk dari sejarahnya, Sky Sword 1 mulai dikembanhgkan pada tahun 1995, rancangan merupakan terusan dari progran rudal Tien Chien-I. Antelope air defence system hanya membutuhkan dua awak, yaitu penembak dan seorang pengamat (observer).
Sistem hanud ini dapat dikontrol dari kabin truk atau dari konsol kontrol bergerak yang dapat ditempatkan hingga 70 meter dari kendaraan peluncur untuk meningkatkan keselamatan dan kemampuan bertahan operator. Unit peluncur Antelope sudah terdiri dari radar CS/MPQ-78 yang terintegrasi. Radar ini mengadopsi teknologi 3D pulse doppler dan mampu mendeteksi sasaran sejauh 46,3 km pada ketinggian maksimum 30,4 km.
Komponen utama, yaitu rudal TC-1L beroperasi dengan mengandalkan pemandu infrared, dan harus diakui, rancangan TC-1L identik dengan rudal AIM-9 Sidewinder, dan khususnya lagi, Antelope air defence system tak lain dari reverse engineering dari sitem hanud MIM-72 Chaparral buatan Amerika Serikat. Bila dipertajam lagi, Taiwan juga merupakan pengguna rudal MIM-72 Chaparral yang diadopsi pada platform ranpur roda rantai M113.
Bicara tentang kinerja rudal, TC-1L pada Antelope air defence system disokong oleh solid propellant motor, dimana rudal SHORAD (Short Range Air Defence) ini dapat menguber sasaran dengan kecepatan Mach 2 sampai jarak 9 km. Pada latihan militer tahun 2019, Taiwan telam menempatkan baterai Antelope di sisi Timur Pulau Formosa.
Seperti halnya Sidewinder besutan Raytheon, NCSIST menghadirkan TC-1 dalam berbagai varian.TC-1 merupakan varian rudal udara ke udara yang dipasang pada wingtip jet tempur, kemudian Sea TC-1, adalah varian rudal hanud untuk dipasang pada kapal perang dalam platform Sea Oryx system. Dan yang terakhir TC-1L, yaitu varian yang dirancang sebagai rudal hanud yang diluncurkan dari kendaraan di darat. (Gilang Perdana)
Well, reverse engineering dari platform rudal AIM-9 Sidewinder
it’s very nice
Reverse engine kita kok ndak muncul muncul ini ayo yg punya info share rnss
Ada bung, rudal AL1 reinkarnasi strella…..cm ya begitu katanya……
Klo revers engineering sekelas strela ya ga mampu meraba body mulus pesawat vlo seperti f35 atau drone dan loitering ammunition yg vlo
Negara2 yg merasa terancam ato terindtimidasi oleh tetangga ato lingkungan sekitarnya pasti bagus2 RND alutsistanya. Klo negara kita maah kaga ada yg dtakutin makannya santai2 aja. Statement-nya selalu “siapa sih yg mo ato brani nyerang negara dgn pnduduk 300juta jiwa?”
Coba aja itu klo dhajar pake tomahawk ato kalibr sekali meledak bisa matiin brapa ratus orang. Ato MOB ato FOB. Hhhmmm…
jadi ingat perkataan prof salim said
Korea Selatan, Taiwan, Singapura maju karena mereka ada yang ditakuti. Taiwan takut sama Cina daratan. Korea Selatan takut sama Korea Utara. Singapura takut karena dia mayoritas masyarkat Tionghoa di tengah lautan Melayu. Israel takut karena berada di tengah ‘lautan’ Arab maka dia takut dikremus.
(Tapi) Indonesia, tidak ada yang ditakuti. Tuhan pun tidak ditakuti (di sini),’’
Ya kan sekramg supremasi RRT di kawasan bisa mengancam kedaulatan jadikan itu memedi.
Kebanyakan bukan takut Tuhan tapi takut neraka akhirnya tanah tuhan mau diserobot dan dikapling2
Taiwan sangat bagus dlm konsep pertahanan, R&D alutsista yg didukung universitas & pemerintah,Alusista tidak gado2 ditambah lagi adanya fasilitas MRO&U yang besar
coba lihat berita militer cina, amerika mencurigai cina sedang uji coba ledakan nuklir mini. kebocoran ujicoba cina pada tahun 2018.. artinya mencegah kerusakan lbh besar, cuma menghancurkan pangkalan secara maksimal dgn ledakan nuklir mini..
Perang sungguhan lah sehari saja kita mau lihat sehebat apa persenjataan masing2 negara buat dievaluasi, yang jelas senjata virus buatan cina dah terbukti keandalannya, tinggal perkakas2 keras yg dimiliki Taiwan dan cina belum ada yg teruji. Supaya negara kita bisa segera tentukan apakah butuh miliki senjata2 baru atau cukup yg dimiliki seperti sekarang jadi tak ada lagi kegamangan berkepanjangan mengenai pengadaan alutsista.