Angkatan Udara Korea Selatan Rayakan “100.000 Jam Penerbangan Bebas Kecelakaan” FA-50 Fighting Falcon
|Selain F-35 Lightning II dan Dassault Rafale, maka jet tempur yang laris di pasar ekspor dalam satu tahun belakangan adalah FA-50 Fighting Falcon, yakni pesawat tempur ringan single engine produksi Korea Aerospace Industries (KAI). Dikembangkan dari jet latih tempur T-50 Golden Eagle, ada kabar bahwa Angkatan Udara Korea Selatan – Republic of Korea Air Force (RoKAF), belum lama ini merayakan momen “100,000 Accident Free Flight Hours.”
Baca juga: Dengah Hasil Memuaskan, Polandia Tuntaskan Pengujian FA-50 Fighting Eagle
100,000 accident-free flight hours atau 100.000 jam penerbangan bebas kecelakaan, dirayakan oleh AU Korea Selatan dan diumumkan pada halaman Facebook RoKAF. Momen tersebut adalah tonggak penting bagi jet tempur serang ringan FA-50 yang diproduksi di dalam negeri. Angkatan Udara Korsel menyatakan pada tanggal 6 Oktober 2023, bahwa armada FA-50 secara kolektif telah mencatat 100.000 jam terbang bebas kecelakaan.
Angkatan Udara Korea Selatan mengatakan pencapaian 100.000 jam bebas kecelakaan terjadi pada 5 Oktober 2023, yang mana sebuah FA-50 yang dioperasikan oleh 8th Fighter Wing di Wonju, yang terletak 87 kilometer tenggara Seoul, berhasil menyelesaikan penerbangan.
Selama dekade terakhir, sekitar 60 unit FA-50 yang dioperasikan oleh Angkatan Udara Korsel secara kolektif telah menempuh jarak 55 juta kilometer. Sebagai gambaran, jarak ini kira-kira setara dengan 140 kali jarak antara Bumi dan Bulan.
Berasal dari desain jet latih tempur T-50 yang juga dioperasikan oleh Skadron Udara 15 TNI AU, pengembangan FA-50 mendapat manfaat dari dukungan teknis yang diberikan oleh perusahaan kedirgantaraan AS, Lockheed Martin.
Saat ini, 60 unit FA-50 berada dalam pelayanan aktif di 8th Fighter Wing dan 16th Fighter Wing yang ditempatkan di Yecheon, yang terletak 161 kilometer sebelah tenggara Seoul. Mayor Kim Nam-young, penerbang FA-50 yang memecahkan rekor 10.000 jam mengatakan, “Rekor penerbangan 100.000 jam bebas kecelakaan ini mencerminkan kerja keras dan keringat para pilot dan mekanik FA-50.”
“Saya akan melakukan yang terbaik untuk melindungi wilayah udara kami dengan kebanggaan khusus dalam menerbangkan jet tempur yang dibuat dengan teknologi kami sendiri,” tambahnya. Sementara bintara teknik, Sersan Cho Suk Hee, yang bertanggung jawab atas pemeliharaan FA-50 di 8th Fighter Wing menekankan, “Kami akan memeriksa dan merawat pesawat FA-50 lebih dekat sehingga pesawat dapat lepas landas dan mendarat dengan aman.”
FA-50 Fighting Falcon melakukan penerbangan perdananya pada bulan September 2013 dan sejak itu berkembang menjadi salah satu produk industri pertahanan Korea Selatan yang paling sukses. Untuk pasar ekspor, Filipina adalah pengguna pertamanya yang mengakuisisi 12 unit pada tahun 2015.
FA-50 telah ditingkatkan berdasarkan kinerja dari jet latih tempur T-50, dengan menggabungkan fitur-fitur seperti Tactical Data Link, Precision Guided Munitions, dan Self Protection subsystems. FA-50 dirancang khusus untuk berfungsi sebagai platform jet tempur ringan supersonik canggih yang hemat biaya dan sangat efisien.
Dirancang untuk memenuhi kebutuhan pesawat tempur ringan angkatan udara di seluruh dunia, FA-50 menggabungkan sistem radar canggih, yang memberinya kemampuan deteksi yang mirip dengan pesawat tempur KF-16, versi produksi lisensi dari F-16 Fighting Falcon.
Dari segi dimensi fisik, FA-50 memiliki panjang 13,14 meter dan lebar 9,45 meter serta tinggi 4,82 meter. Dengan bobot kosong 6,47 ton, pesawat ini mampu lepas landas dengan bobot kotor maksimal 12,3 ton.
FA-50 dapat dilengkapi dengan berbagai amunisi, termasuk rudal udara-ke-udara jarak pendek AIM-9 Sidewinder, rudal taktis udara-ke-darat AGM-65 Maverick, GBU-38/B Joint Direct Attack Munitions ( JDAM), CBU-105 Sensor Fused Weapon (SFW), bom Low Drag General Purpose (LDGP) Mk-82, dan Cluster Bomb Units (CBU).
Selain itu, pesawat ini juga dilengkapi dengan kanon Gatling 20 mm tiga laras, dan dilengkapi tabung peluncur roket 2,75 inci LAU-3/A 19 yang digunakan untuk meluncurkan Folding-Fin Aerial Rockets (FFAR).
FA-50 ditenagai mesin jet turbofan General Electric F404-GE-102 yang menghasilkan daya dorong 17.700 pon yang mengesankan dengan kemampuan afterburner. Performa mesin ini diatur secara tepat menggunakan dual-channel full authority digital engine control (FADEC) system.
Baca juga: Raytheon Technologies Pasok Radar AESA PhantomStrike untuk FA-50 Fighting Eagle
Pada Mei 2023, Malaysia meresmikan kontrak dengan Korea Aerospace Industries (KAI) untuk mengakuisisi 18 unit FA-50M. Pengadaan ini, ditujukan untuk Angkatan Udara Kerajaan Malaysia (RMAF), memiliki nilai total MYR3,84 miliar, setara dengan $830,3 juta.Pada akhir Juli 2022, Polandia mengungkapkan rencananya untuk mengakuisisi 48 unit FA-50 Fighting Eagle sebagai bagian dari inisiatif pengadaan besar-besaran yang mencakup ratusan MBT K2 dan self-propelled howitzer K9. (Gilang Perdana)