Update Drone KamikazeKlik di Atas

Angkatan Darat Venezuela Pasang Kanon eks Jet Tempur F-5 di Ranpur Lapis Baja ‘Anti Drone’

Angkatan bersenjata Venezuela dikenal kreatif ‘mengoprek’ alutsista tuanya. Sebut saja seperti yang dilakukan pada tank ringan AMX-13 buatan Perancis. Di tangan Angkatan Darat Venezuela, muncul varian AMX-13 dengan senjata tanpa tolak balik, AMX-13 varian penghancur ranjau dan AMX-13 self propelled MLRS kaliber 160 mm. Dan kini ada ranpur lapis baja 4×4 serupa dengan Cadilage Cage V-150 Commando, yang ditampilkan sebagai ranpur anti drone.

Baca juga: Venezuela Tampilkan Modifikasi Tank AMX-13 Varian Penghancur Ranjau

Ranpur yang dimaksud adalah Dragoon 300LFV2, yang secara tampilan ‘bersaudara’ dengan M1117 Guardian dan V-150. Oleh Angkatan Darat Venezuela, Dragoon 300LFV2 yang dibekali dengan meriam Cockerill MK2 kaliber 90 mm, ditambah perannya sebagai ranpur anti drone. Meski dapat dikatakan meriam Cockerill 90 mm tidak akan mampu berbuat banyak untuk tugas anti drone.

Menyandang peran sebagai ranpur anti drone, Dragoon 300 yang merupakan produksi Textron Marine & Land Systems, bagian dari Textron Inc, pada turret-nya selain tetap mempertahankan meriam Cockerill 90 mm, pada sisi kanan dan kiri turret dipasangi kanon kembar M39 kaliber 20 mm.

Adanya kanon M39 inilah yang membetot perhatian, pasalnya kanon ini tak dibeli baru, melainkan berasal dari copotan kanon M39 yang sebelumnya menjadi kanon internal pada jet tempur F-5A yang telah dipensiunkan sejak lama.

kanon laras tunggal M39 sudah dikembangkan oleh Agkatan Udara AS (USAF) pada akhir tahun 40-an. Inspirasi senjata ini berdasarkan kanon Mauser MG213C buatan Jerman pada era Perang Dunia Kedua. Desain senjata resminya dilakukan oleh Ford Motor Company, dan berlanjut diproduksi oleh Pontiac.

M39-A3 20mm: Ini Dia “Taring” Sang Macan F-5 E/F Tiger TNI AU

Tipe pertama, M39-A1 mulai diproduksi pada 1950 untuk memenuhi beberapa pesawat tempur AU dan AL AS. Kemudian pada tahun 1964 diluncurkan versi M39-A2/A3, di versi inilah kanon M39 disematkan pada F-5, awalnya adalah pad tipe F-5A/B Freedom Fighter, kemudian berlanjut di tahun 1973, kanon ini diadopsi untuk jenis F-5E/F Tiger II.

Panjang M39 secara keseluruhan 1,83 meter dengan bobot 80,9 kilogram. Untuk kemampuan tembaknya, dapat memuntahkan 1.700 proyektil per menit dengan kecepatan luncur proyektil 1.030 meter per detik. Jangkauan tembak efektifnya adalah 1.000 meter. Dalam operasional, jet F-5 membawa dua magasin, yang masing-masing magasin terdiri dari 280 amunisi.

Dragoon 300LFV2 sebelum dimodifikasi.

Pada Dragoon 300LFV2, dua boks magasin juga disematkan pada turret. Dan kehadiran kanon M39 yang dianggap dapat efektif untuk menghancurkan drone di ketinggian rendah.

Modifikasi pada Dragoon 300LFV2 ditangani langsung oleh Cavim, manufaktur persenjataan milik pemerintah. Selain instalasi kanon M39, pada ranpur anti drone ini juga dibekali reflektor LED dan pada bagian kabin dipasang dua layar berukuran 32 inchi untuk memantau pengoperasian. Pada bagian belakang kendaraan, nampak perangkat seperti Gunshot Detection System, yang mungkin dapat diperankan untuk memantau arah kedatangan drone berdasarkan arah suara.

Desain Dragoon 300 memang memiliki kemiripan dengan V-150 yang juga digunakan oleh kavaleri TNI AD., karena keduanya adalah bagian dari evolusi kendaraan lapis baja yang dikembangkan oleh perusahaan yang sama atau penerusnya.

Awalnya, V-150 dikembangkan oleh Cadillac Gage, yang kemudian menjadi bagian dari Textron Marine & Land Systems, dengan mengambil alih produksi dan pengembangan kendaraan lapis baja setelah mengakuisisi Cadillac Gage. (Gilang Perdana)

Cadilage Cage V-150 Mecar Gun 90mm: Mengenal Panser ‘Penggebuk’ Andalan YonKav 7 Pragosa Satya