AN/APS-143C(V)3 OceanEye: Generasi Radar Intai Maritim Terbaru Untuk CN-235 220 NG MPA
|Apa yang menarik dari keberadaan pesawat intai maritim? Sebagaian besar orang mungkin akan merujuk pada sosok radarnya, khususnya pada radar intai maritim yang menjadi pananda asasi dari sang pesawat. Umumnya radar intai maritim dibungkus dome (kubah) yang mencolok perhatian. Dan bicara tentang update radar intai maritim, platform CN-235 220 MPA (Maritime Patrol Aircraft) produksi PT Dirgantara Indonesia (PT DI) menjadi yang paling dominan di Tanah Air, setelah TNI AU dan TNI AL menjadi operatornya. Dan menapaki jejak radar intai maritim pada CN-235 220 MPA, setidaknya sudah ada tiga tipe radar intai yang digunakan.
Generasi perdana CN-235 220 MPA produksi PT DI menempatkan radar intai maritim pada hidung (nose dome). Persisnya ada satu unit CN-235 220 MPA “Si Hidung Pinokio” yang kini telah dioperasikan oleh Skadron Udara 5 di Lanud Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Butuh jeda waktu cukup lama, kemudian menyusul Puspenerbal TNI AL mengoperasikan CN-235 220 MPA NG (Next Generation), adanya label NG ditandai dengan pemasangan winglet pada sayap utama. Dan lewat CN-235 220 MPA TNI AL, posisi radar intai maritim tak lagi berada di nose dome, sebagai gantinya posisi radar intai disematkan dibawah perut pesawat, atau dikenal dengan sebutan belly dome.


CN-235 220 MPA “Si Hidung Pinokio” menggunakan jenis radar intai maritim Ocean Master 100. Sementara di era CN-235 220 MPA TNI AL dengan belly dome menggunakan Ocean Master 400. Antara Ocean Master 100 dan Ocean Master 400 dibedakan dari besaran average power, yakni 100 watt untuk Ocean Master 100 dan 400 watt untuk Ocean Master 400. Dimana keduanya punya jangkauan deteksi yang berbeda.
Baca juga: C-130H MP Hercules – Pesawat Intai Maritim TNI AU Dengan Kemampuan Long Endurance
Ocean Master 400 besutan Thomson-CSF, Perancis, beroperasi di frekuensi I-band dapat menjalankan peran intai kapal permukaan, ASW (Anti Submarine Warfare), pengintaian ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif), misi SAR (Search and Rescue), anti penyelundupan, hingga dapat memindai jejak tumpahan minyak di lautan lepas. Radar intai ini pun bisa men-scan 200 target dalam waktu bersamaan. Lalu bagaimana dengan jarak jangkauan radar ini? Ocean Master dapat di setting untuk moda long range/short range/small target. Secara terori untuk deteksi jarak jauh bisa mencapai 200 nautical mile (setara 370,4 km).
Dikutip dari ainonline.com (14/8/2014), disebutkan hanya ada satu pesanan CN-235 220 NG MPA Puspenerbal yang menggunakan Ocean Master 400 (P-860). Untuk pesawat kedua dan ketiga dikabarkan menggunakan jenis radar intai maritim AN/APS-143C(V)3 OceanEye. Dan mengikuti jejak TNI AL, pesanan tambahan CN-235 220 MPA untuk TNI AU pun ikut menggunakan radar intai AN/APS-143C(V)3 OceanEye yang diproduksi Telephonics dari Amerika Serikat.

Baca juga: Ocean Master 400 – Radar Intai Canggih Untuk CN-235 220 NG MPA TNI AL
Bila kecanggihan Ocean Master 400 telah kami kupas di artikel terdahulu, kini seperti apa kemampuan AN/APS-143C(V)3 OceanEye? Radar ini pada hekekatnya punya kemampuan yang setara dengan Ocean Master 400, terlebih pada jarak deteksi yang juga 200 nautical mile dan dibekali fitur IFF (Identification Friend or Foe). OceanEye tak hanya untuk dipasang pada pesawat sayap tetap, di helikopter pun radar ini bisa dipasang, salah satunya digunakan pada Sikorsky S-70 milik AL AS.

Misi yang dapat dijalankan oleh AN/APS-143C(V)3 OceanEye mencakup Anti-Surface Warfare (ASuW), Small target detection, Search and Rescue (SAR) , Search and Rescue Transponder (SART) beacon detection, Long-range maritime surveillance and classification, Fisheries protection, Coastal surveillance, Contraband control and drug interdiction, dan Border surveillance. Perlu dicatat, radar ini bukan untuk mengendus keberadaan kapal selam.
Baca juga: FLIR SAFIRE III – Penjejak Berbasis Thermal Andalan CN-235 220 MPA TNI AL


Meski pada CN-235 220 MPA TNI AL dan TNI AU disematkan di belly dome, sejatinya radar ini pun tak masalah jika dipasang di hidung pesawat. Punya jangkauan scan 360 derajat, radar ini beroperasi di frekuensi 460 Mhz. Fitur pendukung lain dari AN/APS-143C(V)3 OceanEye adalah Synthetic Aperture Radar (SAR) and Inverse untuk penginderaan jarak jauh. Dan kemampuan radar ini memang menampilkan display range resolution pada jarak 60 nautical mile. Synthetic Aperture Radar, artinya SAR adalah termasuk kedalam salah satu jenis radar. Hanya saja, berbeda dengan radar konvensional yang mendeteksi dan menyajikan informasi lokasi atau jarak, SAR menyajikan informasi dalam bentuk citra atau gambar.
Kecanggihan lain dari AN/APS-143C(V)3 OceanEye adalah fitur Ground Moving Target Indicator (GMTI) untuk mengidentifikasi sasaran yang bergerak cepat di permukaan laut. Secara keseluruhan, bobot sistem radar ini mencapai 84,4 kg, bicara tentang efisiensi biaya operasional dan maintenance, main time before failure radar ini juga juga cukup panjang, yakni 1.400 jam untuk pesawat dan 800 jam untuk di helikopter. (Gilang Perdana)
Pesawat CN 295 sud5 cukup mumpuni untuk endurance patroli.yg penting radar yg dipasang seebaiknya yg multi mission biar lebih efisien.
Tni-AU kok ikut pesan Cn-235 juga. Mending yg seperti ini pasrah kan ke AL yg domain nya di laut. Untuk AU fokus saja ke superioritas udara, beli gripen 1 ska full plus pesawat peringatan dini seperti Thailand.
bung admin
out of topic, apakah radar AN/APS-143C(V)3 & OM400, bisa membimbing rudal exocet untuk mencapai target dalam radius maximal range nya.
Kayaknya hanya memberikan data baringan target kepada kaprang peluncur exocet om tumijo….setelah itu exocetnya yang bekerja sendiri alias fire and forget.
Padahal kemampuan ASW itu penting. Negara kepulauan dlm posisi silang sangat rawan serangan kapal selam.
mau tanya nih…..kenapa ya TNI AU ga fokus aja ke pesawat peringatan dini trus TNI AL ke pesawat Intai maritim, biar ga tabrakan gtu….apa saling melengkapi???
cukup sekian dan terimakasih…. Bravo TNI
Saya setuju dengan anda. kesannya jadi tumpang tindih, apa hanya karena harus ada yang dibeli supaya anggaran habis ya?
Thanks admin
Radar ini tdk pny kemampuan ASW…..pls info alutsista dgn kemampuan ASW selain yg disebutkan diatas 1 unit CN-235 220 NG MPA dgn ocean mastr 400
Ocean masterpun hanya punya kemampuan asw yang terbatas bung toni.
Baik ocean master maupun telephonics sama2 bisa mendeteksi (dg mode SAR) jejak snorkel kapal selam atau jejak “punuk/tonjolan permukaan air” akibat kapal selam yang berlayar dekat sekali dg permukaan (berlayar pd kedalaman snorkling)…tapi ketika kasel benar2 berada dikedalaman, kedua radar ini sdh tidak bisa mendeteksinya sama sekali
Setuju mas T Nikung,. Dan tugas sub hunting memang lebih d perankan oleh sonobuoy dan Magnetic Anomali Detector sperti ASQ 508 yg terdapat di CN 235 MPA.
Tapi saya baru lihat foto “daleman” cn-235 asw milik turki, ternyata benar spt yang dikeluhkan shg sekarang turki beralih ke platform ATR-72….bodi cn-235 kurang panjang !!!
Cn-235 hanya menyisakan sedikit ruang utk mengakomodasi dispenser sonobuoy (hanya sanggup menampung 6 dispenser tunggal sonobuoy tanpa ada rak untuk penyimpan sonobuoy tambahan)…didalam foto terlihat 2 operatornya duduk menghadap kebelakang, didepan jajaran 6 biji dispenser sonobuoy…agak sedikit. mirip dg tukang kerak telor yang mangkal di PRJ.
Thanks infonya
@Admin
Maaf keluar dari topik,kenapa kita tidak mengkonversi cn-235 jadi pesawat peringatan dini di lengkapi aew&c
@Kevin: karena biaya riset, pengembangan dan sertifikasinya terlalu mahal.
Bung admin apakah dgn menggantikan sistem radar dari thales ocean 400 ke AN/APS 143, manajemen tempurnya yg menggunakan Thales AMASCOS jg turut d gnti?? Trims
Ummmm, cms kan bisa mengintegrasikan berbagai sensor yang sesuai kebutuhan konsumennya….ibarat konduktor gitu
Mudah2an bisa membuat sendiri radar yang lebih baik.