Update Drone KamikazeKlik di Atas

Amerika Serikat Ingin “Beli” Sistem Hanud S-400 dari Turki

Amerika Serikat rupanya menyadari ada peluang untuk memanfaatkan hubungan “mesra tapi membara” antara Turki dan Rusia. Seperti diketahui, hubungan Turki – Rusia terlihat mesra dalam program pengadaan senjata, salah satunya tercermin dari penjualan sistem hanud S-400, bahkan Rusia ada potensi untuk menawarkan produksi S-400 di Turki. Namun, disisi lain, hubungan Turki – Rusia membara dalam konflik bersenjata di Suriah. Bahkan, drone-drone asal Turki, secara terang-terangan mempermalukan Moskow atas serangan sistem hanud Pantsir-S1 di Suriah.

Baca juga: Rusia Bantah Klaim Turki yang Telah Hancurkan Delapan Unit Hanud Pantsir S-1

Dalam kasus hubungan bilateral seperti Turki – Rusia, rupanya menarik minat dari politisi di Washington untuk mengusulkan sesuatu yang terdengar tak lazim. Dikutip dari defensenews.com (30/6/2020), disebutkan anggota senat John Thune, telah mengusulkan amandemen National Defense Authorization (NDA) Act 2021 tentang program pembelian rudal lewat akun AD AS. Namun poin menarik yang dikemukakan sang senator adalah, kemungkinan AS untuk bisa mengakuisisi sistem hanud S-400.

Tentu saja dalam konteks di atas, S-400 tidak didapatkan AS dari tangan Rusia langsung, melainkan AS ingin mendapatkan S-400 dari tangan Turki. Gagasan tersebut rupanya mendapat respon positif dari Jim Townsend, mantan pejabat Pentagon untuk kebijakan Eropa dan NATO.

“AS secara rutin memang membeli teknologi asing untuk kepentingan eksploitasi dan menguji taktik pertempuran, dan ide tentang S-400 adalah sangat tepat,” ujar Townsend. Ia menambahkan, “Dengan membeli S-400 dari Turki adalah solusi yang tepat untuk mengeluarkan Erdogan dari masalah yang ia lakukan,” kata Townsend. Semenjak pengadaan S-400, Turki telah dikeluarkan dari program pengembangan jet tempur siluman F-35 Lightning II.

Sejauh ini belum ada respon dari Ankara atas kabar tersebut. Meski ada peluang, namun bukan perkara mudah untuk memboyong S-400 ke AS. Pasalnya, langkah ini akan membuka front terbuka antara Turki dan Rusia. Pun tipis kemungkinan, usulan ini akan mendapat persetujuan dari parlemen AS. Lewat kegiatan spionase saat era Perang Dingin, AS beberapa kali telah mendatangkan alutsista asal Uni Soviet. Jenis yang paling laris di datangkan adalah jet tempur, seperti rumor eks MiG-21 AURI, yang beberapa unit kabarnya ada yang dikirim ke AS.

Salah satu eks MiG-21F-13 AURI yang kini berada di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Berdasarkan kontrak pengadaan pada akhir 2017 senilai US$2,5 miliar, Turki pada tahun 2019 telah menerima keseluruhan sistem rudal hanud S-400 Triumph dalam dua gelombang.

Komposisi sistem hanud S-400 Turki mengandalkan 30K6E battle management system, sementara untuk pilihan rudal terdiri dari 48N6E3 dan 48N6E2. Dalam satuan peluncur, S-400 juga didukung 30Ts6E maintenance facilities.

S-400 Triumph pada prinsipnya mampu melibatkan target baik secara mandiri maupun bekerja sama dengan pos komando yang lebih tinggi atau sumber data dari radar eksternal. Pada sistem hanud organik, S-400 mengandalkan radar 92N6E “Grave Stone.” Radar ini ditempatkan pada platform truk MZKT-7930 8×8 ini berjalan di frekuensi I/J-Band multi-function phased-array. Radar ini menggunakan antena microwave yang memiliki lobus samping rendah sebagai perlindungan dari noise jammers dan rudal anti radiasi.

Baca juga: F-16 Turki Tantang Kemampuan Sistem Radar Hanud S-400, AS dan Rusia Dibuat H2C!

Washington menaruh perhatian ekstra pada S-400, setelah Turki melakukan serangkaian latihan militer menggunakan radar S-400 untuk mendeteksi kemampuan jet tempur buatan AS, seperti F-16 Fighting Falcon. (Bayu Pamungkas)

45 Comments