Akibat ‘Kerja’ Terlalu Berat, Sejumlah Masalah Menimpa Pembom B-1B Lancer

Kerja terlalu berat, bahkan diforsir menjalankan tugas diluar fungsi asasi, rupanya menimbulkan sejumlah masalah pada pembom strategis B-1B Lancer milik AU Amerika Serikat. Dari segi usia, pun armada B-1B Lancer tak lagi muda, dimana rata-rata adalah produksi era 70/80-an. Dari basisnya di Texas dan Kansas, pembom dari era Perang Dingin ini ibarat kuda beban yang mewakili efek deterens AS di Pasifik kala menghadapi Cina sampai kampanye di kawasan Baltik saat menghadapi kekuatan Rusia.

Baca juga: AGM-158 JASSM di Pembom B-1B Lancer – Sebuah ‘Pesan’ dari Trump untuk Xi Jinping

Bahkan belakangan B-1B Lancer tengah dipersiapkan guna menggotong rudal jelajah hipesonik. Dikutip dari TheAvionist.com (4/7/2020), disebutkan di sepanjang 2018 ada sejumlah kasus mekanis yang menimpa B-1B Lancer. Seperti pada Juni 2018, ditemukan masalah kebakaran mesin dan kursi pelontar. Kemudian pada Maret 2019, ditemukan masalah pada drogue chute dalam sebuah inspeksi rutin.

Namun fakta yang mengejutkan, bahwa pembom bersayap ayun ini telah digunakan untuk beragam misi diluar asasinya. Di antara misi diluar fungsi esensi B-1B Lancer adalah menjalankan close air support (CAS), termasuk terbang pelan di ketinggian tinggi, dimana sayap ayun terpaksa dikembangkan. Mode operasi ini dikatakan menambah beban tekanan pada sayap, wing roots dan kerusakan sweep mechanism.

Beragam masalah di atas, disebut-sebut telah menurunkan tingkat kesiapan tempur hingga 50 persen dari armada pembom buatan Rockwell International ini. Meski tak terkait langsung dengan berita di atas, TheAvionist.com memposting sebuah insiden yang menarik perhatian, yaitu roda pendarat sebuah B-1B Lancer dilaporkan mengalami ‘pecah ban.’

Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh COMBAT LEARJET (@combat_learjet) pada

Sumber anonim dari akun Instagram @combat_learjet memposting rangkaian foto insiden yang menimpa B-1B Lancer. Disebutkan pembom naas tersebut tengah dalam misi latihan terbang, namun setelah 30 menit mengudara, B-1B Lancer mengalami masalah pada sistem kelistrikan, sebagai akibatnya, pilot memutuskan return to base untuk melaksanakan pendaratan darurat. Tidak ada penjelasan level darurat yang dihadapi, namun ada yang menyebut ada masalah pada sistem pengereman, yang kemudian berujung dua ban meletus.

Seperti terlihat pada foto, yang mengalami kerusakan adalah ban luar dari roda pendaratan utama sebelah kiri. Meksi ada kemungkinan terjadinya kebakaran pada rem (brake fire), namun opsi pendaratan darurat ini dianggap lebih aman, terutama saat pesawat membawa payoad bernilai strategis yang lumayan berat. Beberapa ban di B-1B Lancer adalah buatan Michelin dan Goodyear.

B-1B Lancer di Indonesia AirShow 1996 (Sumber: Repro Majalah Angkasa)

Pada tahun 1994, juga pernah terjadi pendaratan darurat B-1B Lancer di Lanud Rhein-Main, Jerman. Akibat pendaratan yang keras, ban dilaporkan pecah dan menciptakan brake fire.

B-1B Lancer adalah besutan Rockwell International (kini Boeing), pesawat ini ditenagai empat mesin turbofan General Electric GE F-101-GE-102 afterburner. Setiap mesinnya mampu menghasilan daya dorong 13.605 kg. Pesawat pembom dengan sayap model swing-wing ini dapat melesat dengan kecepatan jelajah Mach 0.92 dan kecepatan maksimum Mach 1.25.

Baca juga: Kembali “Terjun” di Timur Tengah, B-1B Lancer Pernah Empat Hari Pukau Warga Jakarta

Menyandang predikat supersonic strategic heavy bomber, total payload senjata yang dapat dibawa B-1B Lancer mencapai 57 ton. Sebagai catatan, B-1B Lancer bukan pembom stealth, ini terlihat dari adanya enam eksternal hardpoint yang dapat dimuati bom pintar dan bom konvensional seberat 23 ton. Tapi itu bukan yang utama, B-1B Lancer punya tiga internal bomb bay dengan kapasitas 34 ton. (Bayu Pamungkas)

2 Comments