Airbus Beberkan Detail Keunggulan C-295W Varian SAR Pesanan Kanada
|Nama pesawat angkut sedang C-295 atau dalam versi PT Dirgantara Indonesia disebut “NC-295,” lumayan lekat dalam benak netizen pemerhati alutsista di Tanah Air, lantaran pesawat angkut produksi Airbus Defence and Space (ADS) ini dibangun atas dasar penyepurnaan dari CN-235 yang legendaris. Dan langsung dari Airbus Aircraft Military Center di Manching, Jerman, Airbus untuk pertama kalinya memperlihatkan detail fitur dan kemampuan dari varian tercanggih dan juga terkuat dari keluarga C-295.
Baca juga: Indra Tawarkan Paket Airborne EW Systems untuk C-295M TNI AU
Varian tercanggih dan paling tangguh ini justru bukan untuk tugas berperang, melainkan didedikasikan sebagai pesawat intai SAR di lautan lepas. Persisnya varian yang dimaksud adalah C-295W, yang merupan pesanan dari Kanada lewat program Fixed-Wing Search and Rescue (FWSAR). “Sebanyak 16 unit C-295W telah dipesan Kanada untuk mendukung misi SAR, dan satu unit kabarnya tak lama lagi akan diserahkan oleh Airbus,” ujar Ioannis Papachristofilou, Head of Marketing ADS dalam ajang Airbus Trade Media Briefing 2019.
Dalam livery kuning – merah khas Royal Canadian Air Force, Airbus memperlihatkan C-295W dalam sentuhan yang nampak sedikit berbeda dari C-295 varian angkut personel yang digunakan TNI AU.
Yang paling jelas terlihat perbedaaannya ada pada sayap utama, dimana memang penguatan pada struktur serta penggunaan winglet. Masih dari tampak luaran, C-295W bahkan tampil lebih komplit ketimbang pesawat intai maritim CN-235 220 milik TNI AU dan TNI AL, seperti terlihat pada foto di atas, C-295W sudah dilengkapi perangkat EVS (Enhanced flight vision system) pada depan kaca kokpit, modul sensor eletro optic FLIR pada bawah hidung, radar intai maritim (permukaan) dengan cover belly dome, dua konsol FITS (Fully Integrated Tactical System) di bagian atas fuselage, antena Satcom di bagian belakang, perangkat AIS, antena HF (High Frequency) dan layaknya pesawat yang bertugas meronda di atas lautan, C-295W dibekali bubble window untuk observasi.
Yang di atas adalah perangkat yang terlihat dari luar, sementara aspek peningkatan kemampuan di bagian dalam dipercayakan pada Collins Aerospace Pro Line Fusion avionics suite, dimana yang diperbaharui menyangkut adopsi layar sentuh ukuran 14.1 inchi pada kokpit yang kompatibel dengan penggunaan perangkat penglihatan malam – night-vision goggle (NVG).
Collins Aerospace juga memberikan dukungan pada peningkatan kesadaran situasional pilot/kopilot yang diwujudkan dengan tampilan head up display (HUD), enhanced synthetic vision system (ESVS), overland weather radar, terrain awareness and warning system (TAWS) dan FITS mission system tactical situation window yang menberikan umpan visual video ke kokpit. FITS didukung layar monitor ukuran 24 inchi dengan prosesor yang lebih kuat, plus tersedianya pasokan listrik yang telah ditingkatkan 50 persen dari C-295 varian standar.
Pemerintah Kanada rupanya punya stadar tinggi untuk urusan keselamatan awak, terbukti Airbus diminta untuk melakukan sejumlah penyesuaian guna menghadapi kondisi darurat, semisal terpaksa mendarat di laut (ditching). Sebagai wujudnya kini terpasang pintu darurat (hatch) ukuran 0,5 x 0,93 meter pada sisi atas kabin utama, yang memungkinkan awak dan penumpang untuk escape dari sisi atas pesawat. Untuk kondisi ditching, Airbus juga memberi penguatan pada rear lower fuselage structure.
Menghadapi kemungkinan pedararatan di landasan yang kurang layak, C-295W pada bagian roda pada nose landing gear dibekali gravel deflector untuk melindungi sistem pendarat selama beroperasi di medan operasi yang kasar.
Baca juga: C-295M: Pesawat Angkut Taktis Lapis Kedua TNI AU
Meski masih mempertahankan penggunaan mesin 2 × Pratt & Whitney Canada PW127G, namun pihak Airbus menyebut C-295 varian SAR ini punya kecepatan jelajah lebih tinggi berkat tersedianya pilihan mode baru pada mesin. Mengikuti jejak CN-235 220 yang lebih dulu mengadopsi winglet, menjadikan performa pesawat mengalami peningkatan pada endurance, selain tentunya dilakukan upaya fuselage aerodynamic enhancements. (Haryo Adjie – Manching, Jerman)
ass…sya pndstang bru,mau tanya ? ktnya psawat CN buatan DI bisa bawa torpedo, itu gmana ya klanjutanya?
Secara struktur telah dipersiapkan untuk membawa rudal anti kapal, bukan torpedo. namun baru sebatas menggotong dummy.
TNI, sdh bagus pake pesawat intai maritim CN-235 220. Kesemua item yg ada di C-295W ini bisa disematkan pada pesawat intai maritim CN-235 220 TNI AU dlm paket upgrade kelak. Yg terpenting Indonesia punya pesawat patroli maritim yg cukup canggih.
Yang lebih penting lagi dananya dong g ada dana kan cuma mimpi nanti
Usul buat admin,kapan2 bahas dong komparasi pasawat angkut CN 235 buatan ptdi sama C 27 spartan itali biar kita tau plus minusnya.
Saya penggemar indomiliter dari dulu,cuman jarang comen,hanya pembaca setia.
@Gusti – Terima kasih sudah sering mampir di Indomiliter.com, untuk komparasi mungkin lebih pas C-295M dengan C-27 Spartan. Menarik idenya untuk membuat komparasi diantara keduanya. Untuk sementara, mungkin bisa dibaca dulu tentang C-27 Spartan-nya Australia di https://www.indomiliter.com/c-27j-spartan-pesawat-angkut-taktis-lapis-kedua-raaf-pernah-jadi-incaran-tni-au/