AgustaWestland AW101 VVIP: Mengintip Calon Helikopter Kepresidenan RI Terbaru
|Meski sempat mengundang polemik, namun bila tak ada aral melintang, di HUT TNI AU ke-70 pada 9 April 2016 akan tiba pesanan pertama helikopter kepresidenan “Air Force One” terbaru AgustaWestland AW101 sebagai pengganti heli kepresidenan NAS 332 L1/L2 Super Puma di Skadron Udara 45 yang bermarkas di Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma. Rencananya TNI AU akan mendatangkan tiga unit AgustaWestland AW101, mengikuti konfigurasi NAS 332 Super Puma VVIP (very very important person) yang juga ada tiga unit.
Baca juga: NAS 332 L1/L2 Super Puma – Helikopter “Air Force One” Republik Indonesia
Baca juga: Airbus Helicopters EC 725 Super Cougar – Andalan SAR Tempur Paskhas TNI AU
Mengutip pernyataan KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna di situs beritasatu.com (25/11/2015), rencana pengadaan helikopter kepresidenan sudah masuk dalam rencana strategis TNI AU periode 2015 – 2019 atau masuk MEF (Minimum Essential Force) tahap II. Menghadapi tentangan dari sejumlah kalangan, seperti mengapa tidak membeli varian Super Puma terbaru?, menurut KSAU pemilihan AgustaWestland AW101 sudah melewati kajian yang mendalam, dan akhirnya diputuskan untuk membeli AW101. Dana pengadaan ketiga helikopter diambil dari anggaran renstra TNI AU, sementara bila nanti digunakan untuk operasional kepresidenan, akan menggunakan dana Sekretariat Negara (Setneg).
Baca juga: Hiller 360 – Legenda Helikopter Perdana Sang Proklamator Republik Indonesia
AgustaWestland AW101 jelas helikopter yang asing di Indonesia, maklum selama ini kebanyakan heli yang wara wiri di angkasa Indonesia berasal dari turunan Airbus Helicopters atau Bell Textron yang produksinya digarap PT Dirgantara Indonesia (DI). Meski sama-sama di kelas helikopter kelas medium, tapi AW101 punya spesifikasi yang lebih besar dari keluarga Super Puma. Yang paling kentara bisa dilihat AW101 mempunyai tiga mesin, jumlah bilah baling-baling ada 5, dan tersedianya ramp door di bagian belakang. Adopsi ramp door helikopter sejatinya bukan barang bagi TNI, tercatat heli angkut berat Mi-6 TNI AU dan Mi-17 Puspenerbad TNI AD sudah menggunakan ramp door.
Baca juga: Mi-6 – Legenda Heli Raksasa TNI-AU
Baca juga: Mil Mi-17-V5 – Helikopter Angkut Multi Peran Andalan Puspenerbad
AgustaWestland, perusahaan hasil merger Agusta (Italia) dan Westland (Inggris) pada dasarnya membagi penawaran AW101 kedalam tiga rancangan, yakni head of government state transport, Combat SAR, SAR (Search and Rescue), dan utility. Nah, dalam konteks helikopter VVIP maka yang jadi acuan adalah setting head of government state transport. Bila di versi utility ruang cargo dapat dimuati 38 pasukan bersenjata lengkap, maka saat ruang cargo disulap untuk rombongan presiden, maka konfigurasi hanya diperuntukkan untuk 10-13 kursi saja.
Berdasarkan paparan di situs resmi agustawestland.com, pada versi VVIP digunakan tiga mesin tipe General Electric CT7-8E turboshaft dengan teknologi Full Authority Digital Engine Control (FADEC). Teknologi FADEC memungkinkan heli untuk terbang dengan satu mesin dengan tetap mempertahankan high performance. Secara umum, AW101 dapat terbang selama 6,5 jam. Bahkan dimungkinkan untuk melakukan pengisian bahan bakar di udara (air refuelling). Dengan kapasitas bahan bakar 4.094 liter, AW101 VVIP sanggup terbang sejauh 1.360 km dan kecepata jelajah 278 km per jam.
Baca juga: Autorotation – Jurus Selamat Kala Helikopter Alami Kegagalan Mesin


Sebagai varian untuk pejabat tinggi dan kepresidenan, AW101 VVIP yang demo unitnya pernah ditampilkan di ajang Helitech 2013, dilengkapi tingkat keselamatan tinggi, baik pada proteksi anti peluru dan proteksi terhadap benturan bila terjadi crash. Kabarnya poin anti peluru menjadi elemen prioritas untuk heli kepresidenan RI ini. Bahkan bila anggaran memungkinkan, AW101 TNI AU bisa juga dipasangi perangkat anti jamming, anti rudal, dan lainnya.
Baca juga: Bell 47G-3B-1 Soloy – Generasi Awal Helikopter Latih TNI AU
Untuk kenyamanan sang presiden, tersedia kabin yang terluas di kelas heli medium, yakni kompartemen dengan tinggi 1,83 meter dan lebar 2,49 meter. Seperti terlihat pada gambar, tersedia kursi mewah berikut perabotannya, pintu tangga samping VVIP, dan pintu belakang lewat ramp door untuk keluar masuk staf dan pasukan pengawal. Kelengkapan lain di ruang kabin mencakup sistem secure communication, kamar kecil/toilet, peralatan medis, kursi staf/pengawal, perangkat informasi/hiburan, dan perlindungan balistik. Kabin AW101 VVIP pun dipastikan punya fitur low noise dan efek getaran yang rendah.
Bagaimana dengan sistem avioniknya? Untuk sistem avionic mengacu pada AW101 versi Combat SAR, kedua pilot dilengkapi fasilitas Night Vision Goggle (NVG) yang kompatibel dengan glass cockpit, fully integrated communications, dan mission management systems yang memberi gambaran situasional nyata kepada pilot tentang situasi yang dihadapi.
Secara khusus AgustaWestland menawarkan defensive aids suite untuk AW101 VVIP, komponen yang disertakan terdiri dari Radar Warning Receiver (RWR), Laser Warning System (LWS), Missile Approach Warning System (MAWS), Countermeasures Dispensing System (CMDS), dan Directed Infra-Red Countermeasures (DIRCM). Namanya juga helikopter untuk kepala pemerintahan dan kepala negara, rasanya untuk urusan keselamatan memang harus jadi prioritas.
Sampai saat ini, AW101 VVIP telah digunakan oleh pemerintah Arab Saudi, Nigeria, Turkmenistan, dan Algeria. AW101 pun sudah sempat ambil peran dalam film layar lebar, yakni James Bond “Skyfall,” dalam film helikopter digunakan sebagai wahana penyerbu kastil tempat persembuyian James Bond. (Gilang Perdana)

Spesifikasi AgustaWestland AW101 VVIP
– Panjang: 19,53 meter
– Diameter rotor: 18,59 meter
– Pilot: 2
– Penumpang: 10-13
– Mesin: 3x General Electric (GE) CT7-8E turboshaft
– Kecepatan jelajah: 278 km/jam
– Kecepatan maks: 309 km/jam
– Kapasitas bahan bakar: 4.094 liter
– Ketinggian terbang maks: 4.572 meter
– Berat lepas landas maks: 15,6 ton
– Payload maks: 5,4 ton
– Jangkauan terbang: 1.360 km
– Endurance terbang: 6,5 jam
kalau membandingkan heli ini, seharusnya dengan EC-725 agar menjadi fair, jadi bukan Super Puma
anehnya Marsekal TNI Agus Supriatna adalah komisaris PT. DI khan ? seharusnyalah dia mempromosikan pesawat buatannya (PT. DI).
padahal PT. Di menyatakan sangat sanggup menyamai bahkan melebihi heli ini.
Keluarga (Sipil) Super Puma yang terbaru EC225 juga oke sebenarnya, tapi kalau yang jadi pertimbangan Pak KSAU urusan luasnya ruang kabin, jumlah mesin dan jangkauan terbang, memang si AW101 unggul secara komparatif.
di Wikipedia :
EC-725 jangkauan 857km ; AW101 jangkauan 833km
EC-725 bisa di ferry dengan airfueling hingga 1.325 km
jadi jangkauan lebih unggul EC-725
EC-725 meski hanya 2 mesin, tapi mesinnya sangat kuat 2.382 hp dibanding AW101 yang 2.100 hp
Luas cabin juga hampir sama
bahkan EC-725 versi VVIP bisa di stretching agak lebar
Betul mas, tapi khusus untuk varian AW101 VVIP ada perbedaan dengan varian utility yang di Wikipedia, itu merujuk ke agustawestland.com 🙂
EC-725 dan AW-101 heli sekelas yang memiliki kelebihan dan kekurangan. pihak user pasti sudah mempertimbangkan. tapi perlu di ingat harus ada “jatah” kontribusi bagi produk lokal seperti offset. kalau PT.DI juga ditunjuk sebagai mitra AW dalam tender ini …boleh boleh saja. tapi kalo enggak mending…pakai EC-725 aja…!
TNI-AU telah melanggar berat UU Th. 2012 Industri Pertahanan, maka dari itu isunya DPR akan membentuk panja masalah AW101 ini.
apalagi Marsekal TNI Agus Supriatna ini adalah komisaris PT. DI, seharusnya dia justru mempromosikan EC-725, bukan malah menjelekkannya, kelihatan aneh sekali
Mending bubarkan saja PT. DI
Su-35 juga kelihatannya sama kejadianya dengan AW101 ini, yaitu
pelanggaran berat UU Th. 2012 Industri Pertahanan
Beli su 35 salah apanya???????
Yg tanda tangan pembelian kemenhan atas rekomendasi TNI AU jd yg melanggar siapa ya…
Presiden maupun TNI-AU seharusnya merekomendasikan pembelian helicopter produk dalam negeri seperti Super Puma, tp anehnya Marsekal TNI Agus Supriatna adalah komisaris PT.DI ? dan sebagai Kasau seharusnya merekomendasikan pesawat buatanPT. DI,padahal PT. Di sudah menyatakan sanggup menyamai bahkan melebihi heli Agusta Westland W-101.
Mantab ulasannya bung admin. Berita yang masih sangat hangat & naik daun.hehehe…..
Kebacut sekali KSAU kalo masih maksa buat beli Merlin daripada Cougar…
Pemilihan alutsista mmg urusan tni, tapi sebagai rakyat kecewa berat juga atas pemilihan AW101 drpd EC725. Walau keduanya produk luar tapi PTDI sudah mulai ikut mengerjakan perakitan EC725, bahkan dapat pekerjaan dan produksi bbrp bagian dr EC725 termasuk penunjukkan resmi perawatan ringan EC725. Itu menunjukkan ada nilai lokal yg ikut serta dalam pembelanjaan ratusan milyar uang rakyat.
Dengan pemesanan 6 EC725 sebelumnya, harusnya tipe VVIP juga dari heli yg sama, sangat2 memudahkan urusan perawatan dan komonalitas suku cadang.
Kualitas AW101 dan EC725 sama, tp EC725 banyak memberikan keuntungan kpd indonesia, urusan daleman vvip, bangsa indonesia juga ngga kalah, itu desain interior kereta cepat mewah eropa yg ngerjain anak indonesia.
Bukankan TNI kuat bersama Rakyat, tapi knapa rakyat tidak pernah diajak kerjasama untuk memperkuat TNI.. Uang Rakyat dipergunakan untuk memperkuat Rakyat lain.. Hilang kebanggan klo sampe terbang 9 April nanti, kurang pas walau lebih baik dari punya dalam negri..
kerenan Merlin donk daripada Cougar ! saya setuju dengan KASAU, apalagi PT DI ngaret melulubikin pesanan TNI AU.
Zaaman dahulu kala,PT Merpati Nusantara dipaksa memakai CN 235, ya ampun suku cadangnya dari PT IPTN susah banget….
Berarti anda ingin PT. DI dibubarkan, begitu ya ?
Kata siapa suku cadang CN-235 susah banget ?
Kan suku cadang bisa beli langsung ke pabriknya, contohnya mesin
kelihatan ngarang anda ini
lalu N219 ginama ? tidal laku dong kalau begitu ?
Merpati bangkrut karena banyak korupsi disitu (sapi perah)
banyak mark-up, makelar, sehingga apa apa susah
mungkin ada deal khusus mengenai Tot yang tidak dipublish, (berbaik sangka)
jika dirut PT DI mendukung, mungkin PT DI dapet offset dari pengadaan tersebut, lumayan untuk memperluas kerjasama dan pengalaman berpartisipasi membangun heli super mewah berharga ratusan milyar per unit, nggak melulu kerjasama dengan eurocopter dan airbus kan?
jika ada yang bandel tinggal pindah kelain hati yaitu agusta westland, 😀
tidak ada ToT bung Andar, dan tidak ada campur tangan PT. DI
maka dari itu Dirut PT. DI “Geregetan” dan terkesan marah, dan akhirnya memberi klarifikasi dalam Jumpa Pers kemarin
Dugaannya AW101 pesanan TNI-AU adalah limpahan pesanan dari India yang batal beli karena kasus Suap
Itulah kenapa kok bisa cepat, karena barangnya sudah jadi, tinggal merombak sedikit ke VVIP
Amerika yang kaya raya saja, membatalkan beli AW101 karena kemahalan
Yang keterlaluan adalah KASAU Agus, padahal dia adalah Komisaris PT. DI, kok malah mempermalukan PT. DI di mata Dunia dengan menghina PT. DI
KPK boleh masuk, untuk menyelidiki kasi AW101 ini
Akhirnya DIBATALKAN
Kata Presiden : Harga terlalu mahal (AS saja tidak mampu)
Kata Presiden : Meminta setiap pemesanan agar lebih Transparan
Kata Presiden : Agar diproduksi di dalam negeri
Tinggi aq 168 cm, klau berdiri di kabin ec 725, badan aq mentok ,, jd harus membongkok klau di dalam pswt nya…
Pemerintah Jokowi membeli AW 101 mirisnya Panglima TNI tidak tahu. Karena anggaran di atur olh kemenhan dengan peraturan menteri pertahanan no.25/2015. Panglima merasa kewenangannya dikebiri(tribun)