Aero L-29 Delfin: Generasi Pertama Jet Latih Tempur TNI AU

DSC00868

Tak hanya jet tempur MiG-21, MIiG-17, MiG-15 dan pembom Tu-16 yang nasibnya tereliminasi akibat perubahan haluan politik di Indonesia pasca tahun 1965. Ada lagi jenis jet latih tempur yang nasibnya harus berakhir begitu cepat di Tanah Air. Padahal, saat itu jet latih tempur ini usianya tergolong sangat muda dan modern pada jamannya. Inilah Aero L-29 Delfin, atau populer juga disebut L-29 Dolphin dalam bahasa Inggris.

Eksistensi jet tempur ini lumayan besar pada masanya, lantaran Aero L-29 Delfin menjadi jet latih militer standar untuk negara-negara Pakta Warsawa di era 60-an. Bila disejajarkan di lingkup NATO, L-29 sekelas dengan keluarga jet Hawk besutan British Aerospace. Uniknya, L-29 bukan buatan Uni Soviet, melainkan diproduksi oleh Aero Vodovochy dari Chekoslowakia.

Baca juga: T-33A Bird – Jadi Ikon Komik Hingga Operasi Tempur di Timor Timur

2726

Baca juga: Hawk MK.53 – Perjalanan dari Jet Latih, Penempur Taktis Hingga Andalan Tim Aerobatik TNI AU

Pengembangan L-29 diawali dari permintaan Uni Soviet akan sebuah pesawat latih bermesin jet. Permintaan ini dijawab oleh perusahaan Aero Vodovochy. Purwarupa L-29, dengan kode nama XL-29 pertama kali mengudara pada 5 April 1959 dan menggunakan mesin Bristol Siddeley Viper dari Inggris.

Aero L-29 kemudian menjadi pesawat jet latih standar bagi blok timur. produksi pertama pesawat jet ini dikirim pada April 1963. Tak mau ada sentuhan barat, L-29 lantas diganti mensinnya menggunakan M701, rancangan asli Cekoslowakia. Sampai tahun 1976 Aero terus memproduksi L-29 Delfin. Total L-29 telah diproduksi sebanyak 3.500 unit.

16_3_b1

Baca juga: MiG-17 Fresco – Si Perontok Phantom

aero-l-29-dolphin

Mesin Cekoslowakia M701 dengan tujuh ruang pembakaran memiliki daya dorong mencapai 1.960 lbs, serta kecepatan maksimum 820 km/jam. Patut dicatat, M701 merupakan mesin pesawat jet pertama yang mempunyai kompresor sentrifugal fase tunggal dimotori oleh flow turbin axial fase tunggal. L-29 dapat mengudara selama 2 jam 30 menit dengan jarak jelajah hingga 894 km, menggunakan tip tank pada sayap.

Aero L-29 Delfin memiliki desain maksimal untuk pesawat kelas sub-sonik dengan posisi tempat duduk tandem dengan sayap lurus. Pesawat ini mampu mengangkut dua drop-tanks 150 kg, 100 kg bom, dengan pod yang masing-masing berisi empat roket 67 mm atau dua pod senapan mesin 7,62 mm. Kecepatan maksimal dengan persenjataan penuh di bawah sayap mencapai 0,7 Mach dan 0,75 Mach tanpa persenjataan.

aero-l-29-dolphin-nose-digi191-i-1024Dlkab8

Dari 3.500 unit yang di produksi. 3000 pesawat dikirim ke Uni Soviet, sedangkan sisanya dikirim ke negara blok-timur atau negara non-blok yang memiliki hubungan pertemanan dengan Uni Soviet, termasuk Mesir, Irak dan Indonesia.

Indonesia menempatkan Aero L-29 Delfin pada Skadron Udara 15 (pada waktu itu bernama Kesatuan Pendidikan 017) di Lanud Adi Sucipto, Yogjakarta. Pasca pergantian Orde baru, pada tahun 1965 Kesdik 017 melakukan grounded L-29 karena konotasinya yang erat dengan Uni Soviet. Saat ini, L-29 TNI AU masih dapat dilihat di Museum Pusat TNI AU Mandala Dirgantara, Yogyakarta. (Deni Adi)

Spesifikasi
• Kru: siswa dan instruktur
• Panjang: 10,81 m
• Rentang sayap: 10,29 m
• Tinggi: 3,13 m
• Luas sayap: 19,8 m²
• Berat kosong: 2280 kg
• Berat isi: 3286 kg (7244 lb)
• Berat maksimum saat lepas landas: 3540 kg
• Mesin: 1 × Motorlet M-701C , 8,7 kN (1960 lbf)

10 Comments