Ada yang Spesial dari Kanon Rheinmetall Rh202 di KRI Barakuda 633
Di mata perompak dan penyelundup, sosok peluncur rudal anti kapal mungkin tak membuat mereka gentar, perompak yang cermat menyadari bahwa rudal anti kapal dengan harga belasan miliar tak bakalan diluncurkan untuk menghadapi sasaran dengan intensitas rendah alias low priority. Namun, sebaliknya perompak bersenjata akan berpikir dua kali untuk menghadapi kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) yang terpasang di kapal patroli. Pasalnya jika tahapan peringatan tak diindahkan, kanon PSU yang juga garang untuk melibas sasaran di permukaan tak segan-segam untuk mengumbar proyektil, semua dilakukan demi penegakan hukum laut di teritorial NKRI.
Baca juga: KRI Barakuda 633 – Dari Eksistensi Kapal Kepresidenan Hingga Kapal Cepat Andalan TNI AL
Lebih spesifik tentang kanon PSU di kapal perang TNI AL, Indomiliter.com pernah mengupas kanon lawas Oerlikon 20mm/70 MK4 yang ada di KAL, Vektor G12 yang ada di korvet Diponegoro Class dan Rheinmetall Rh202 yang menjadi arsenal senjata di FPB-57. Meski beda generasi dan teknologi, ketiga kanon yang disebutkan punya kesamaan, yakni mengadopsi kaliber 20 mm NATO. Dan dikesempatan yang istimewa, Indomiliter.com belum lama ini berkesempatan menyambangi kapal patroli andalan Satuan Kapal Cepat (Satkat) Komando Armada I (Koarmabar), KRI Barakuda 633.
Kesempatan bertandang ke KRI Barakuda 633 yang saat itu sedang sandar di Dermaga JICT Tanjung Priok, terasa istimewa, pasalnya kapal patroli ini baru saja pulang dalam misi Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2018 di Perairan Lombok. Saat itu KRI Barakuda 633 berperan kunci sebagai kapal pembawa rombongan VIP dan menjadi lead pada inspeksi armada.
Seperti halnya kelengkapan sistem senjata di tiap FPB-57, KRI Barakuda 633 (FPB-57 Nav IV) dibekali dua pucuk kanon Rheinmetall Rh202 pada geladak helikopter. Bersama dengan elemen Satkat lainnya, pada 2014 silam, KRI Barakuda 633 dipercaya dalam misi patroli untuk menangkal kapal nelayan asing yang mencuri ikan di perairan Indonesia. Bahkan bila dicermati lebih detail, kanon Rheinmetall Rh202 di KRI Barakuda 633 ikut menjadi bagian penting dalam foto ‘bersejarah,’ tatkala Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti terekam kamera sedang bersantai rebahan di plat pijakan Rheinmetall Rh202, setelah manyaksikan proses penenggelaman kapal pencuri ikan milik nelayan Thailand di Perairan Tanjung Pinang.
Ingin tahu lebih detail tentang Rheinmetall Rh202, Indomiliter.com pun mendapat keterangan langsung dari Komandan KRI Barakuda 633, Mayor Laut (P) Aria Candrayuda M. Arifin. Menurut Mayor Aria, kanon ini memang efektif dan ampuh untuk memberi efek deteren, terlebih kanon dengan dua pengawak ini terbilang cepat disiapkan. Pengawak pucuk kanon masing-masing terdiri dari dua personel, yakni gunner dan loader. Meski kanon produksi 1988 ini dioperasikan secara manual, tapi kendali dan perintah penembakkan dilakukan secara terpadu dari PIT (Pusat Informasi Tempur). Di PIT terdapat seoerang perwira yang memonitor dan memberi perintah pada unit pucuk kanon, caranya dengan menggunakan media intercom yang terpasang pada headset gunner.
Lantas seperti apa kemampuan Rheinmetall R202 di KRI Barakura 633? Jarak tembak efektif kanon ini mencapai 2.000 meter, sementara kecepatan tembaknya 880 sampai dengan 1.030 proyektil per menit. Menyasar sasaran, kecepatan luncur proyektil ada di rentang 1.045 meter per detik, 1.100 meter per detik dan 1.1050 meter per detik. Jenis munisi yang dapat dihantarkan terdiri dari HE-T/AP dan APDS-T.
Baca juga: Perkuat Dua Lanal, TNI AL Resmikan KAL 28 dengan Kanon Oerlikon 20mm/MK4
Dalam sikap tempur, satu pucuk Rheinnetall Rh202 dilengkapi box magasin besar dengan kapasitas 200 butir munisi. Untuk proses reload, Mayor Aria memberi penjelasan, “jika laut tenang, reload munisi bisa disiapkan dalam tempo waktu 3 menit, sementara jika laut bergelombang tinggi, butuh waktu 5 – 7 menit.” Secara keseluruhan, bobot satu pucuk Rheinmetall Rh202 mencapai 193 kg. Panjang larasnya mencapai 1,5 meter dan tinggi kanon dari dek 1 meter. (Haryo Adjie)
Related Posts
-
Untuk Bertarung di Ukraina, AU Rusia Mendapat Pasokan Penempur Baru, Sukhoi Su-30SM2 dan Pesawat Latih Yak-130
13 Comments | Nov 22, 2022
-
Airbus Kirim Unit Perdana C-295 Pesanan AU India, Jadi Contoh Program ToT Maksimal
7 Comments | Sep 13, 2023
-
Textron AT-6E Wolverine – Andalan Terbaru AU AS di Segmen Pesawat Tempur Ringan Turboprop
23 Comments | Feb 21, 2021
-
Dilengkapi Teknologi Stealth, Malaysia Targetkan Rilis Jet Tempur Nasional di 2030
45 Comments | Apr 21, 2018
@zul udah pasti
Mohon penjelasan bedanya munisi dan proyektil
terima kasih
Contoh amunisi : peluru utuh yang belum ditembakkan, di peluru itu ada proyektil yang terpasang pada selongsong, ada selongsong, dan ada mesiu di dalam selongsong.
Saat peluru ditembakkan, mesiu meledak, selongsong terlempar keluar dari ruang peluru sebuah senjata dan proyektil melesat keluar dari ujung laras senjata menuju sasaran.
Semoga cepat diganti dengan marlin 30 mm
Kanon ini sama ya min dengan kanon di Marder?
Gak bakaan tembus dong kalau perompaknya pakai rompi balistik, dgn catatan pas di tembak berdiri di belakang tank Leopard… Hehehehe. Plat APC aja bisa jebol di hajar cal 20 apalagi badan manusia.
Marder tahan sampai kaliber 25 mm
Mas Admin,
Ini KRI Barakuda tadinya khan nomor lambung 814 (8xx KRI patroli), sekarang kok jadi nomor 633 (6xx KRI kapal cepat rudal), tapi saya cari dudukan rudalnya kok nggak ada ya ?
Apa admin tahu alasannya dipindah dari 8xx ke 6xx padahal nggak ada rudal ?
Bung @Tukang Ngitung: Persisnya 6xx memang kode yang menggolongkan kapal cepat di Satuan Kapal Cepat (Satkat), namun 6xx tidak melulu hanya KCR (Kapal Cepat Rudal), melainkan masih ada FPB-57 KCT (Kapal Cepat Torpedo). KRI Barakuda 633 sendiri ‘diangkat’ sebagai Satkat karena mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya memiliki fasilitas helipad dan satu2nya FPB Nav4 yang mempunyai Pusat Informasi Tempur (PIT).
Terima kasih admin.
Tolong indomiliter buat ulasan tentang Arhannud terkait dengan Ancaman Negara Lain terhadap indonesia. Dikaitkan juga dengan lapan baik radar satelit, roket dan rudal.ini akan menjadi tulisan menarik dan yakin kemnterian Hankam akan mengapresiasi tulisan ini.
Kalo ukuran kapal kayak nya minimal 20mm lah kalibernya, kalo cuma browning 12,7 kayak e kurang ganas. Kalo di darat pertempuran jarak 1km sudah jauh, kalo di laut jarak 3-4km perompak sudah tau ada kapal aparat langsung kabur.
Kl nembak perahu kayu mempan ga? Trs kl kena kepala perompak nya gimana tu 20mm..
Mungkin film RAMBO 5 (2008) bisa memberi sedikit gambaran efek daya hancur heavy machine gun pada tubuh manusia.
mempan lah gan plat besi aja jebol…
Kalo perompak pake rompi balistik tembus juga?