Ada Teknologi Saab di Jet Tempur Tejas
Nama Tejas beberapa waktu lalu sempat santer diperbincangkan, pasalnya jet tempur single engine produksi Hindustan Aeronautics Limited (HAL) tengah dipertimbangkan pengadaannya oleh pengambil kebijakan di Indonesia. Meski India baru dalam tahap mempersiapkan briefing technical aspect kepada TNI AU, berita tersebut sontak menjadi kontroversi, tanggapan bermunculan yang umumnya menyangsikan kemampuan jet tempur yang baru resmi diluncurkan pada 17 Januari 2015.
Baca juga: HAL Tejas – Penempur Bersayap Delta, Bersiap Gantikan F-5 E/F Tiger II TNI AU
Kontroversi tentu sah-sah saja, namun Tejas kami anggap sebagai fenomena yang menarik, terlebih pada totalitas pemerintahan Negeri Bollywood dalam mendukung kemandirian industri pertahanan dalam negeri. Tejas yang juga dikenal sebagai LCA (Light Combat Aircraft) telah mendapat kontrak pengadaan 103 unit dalam berbagai varian untuk AU. Ditargetkan AU India akan diperkuat 14 skadron Tejas, kini satu skadron Tejas (45 Squadron – Flying Daggers) telah beroperasi di Bangalore, Karnataka. Meski masih dalam penyempurnaan, AL India menyatakan membutuhkan setidaknya 40 unit Tejas yang mampu beroperasi dari kapal induk.
Sejak terbang perdana pada Januari 2001, sampai saat ini HAL telah meluncurkan empat varian Tejas, yaitu LCA Tejas AF (Air Force) MK1, LCA Tejas AF MK2, LCA Tejas Navy MK1, dan LCA Tejas Navy MK2. Dan keempatnya baru-baru ini telah diperlihatkan ke publik pada Pameran Dirgantara Aero India 2017 di Bangalore. Bila di artikel terdahulu telah disinggung tentang kemampuan dan persenjataan Tejas, maka satu hal yang dicapai dalam Aero India 2017 adalah kesepakatan pihak HAL dan Saab AB untuk uji coba instalasi sistem radar AESA (Active Electronically Scanned Array) dan perangkat EW (Electronic Warfare) pada Tejas MK1A.
Baca juga: DRDO Netra AEW&C Tidak Terkait Teknologi Radar AESA dari Saab
Dalam sebuah konfrensi pers di Aero India 2017, Chairman and Managing Director HAL, T Suvarna Raju telah mengonfirmasi bahwa antara HAL dan Saab telah menyepakati uji coba instalasi sistem radar AESA dan perangkat EW yang dijadwalkan selesai pada tahun 2018. Masih di Aero India 2017, secara khusus Ann Kullberg, Head of M&S Business Unit Airborne Surveillance Saab menyebut bahwa jenis radar yang akan ditawarkan untuk Tejas adalah dari teknologi AESA terbaru. Lebih detail lagi, radar AESA lansiran Saab untuk Tejas dikembangkan dari basis teknologi Gallium Nitride (GaN) and Silicone Carbide (SiC), teknologi ini memberikan kinerja optimal radar dalam lingkungan sinyal yang padat.
Radar AESA untuk Tejas memiliki mode suite untuk misi udara-ke-udara, dan kemampuan deteksi udara ke darat dan udara ke laut. Built-in memori juga disediakan untuk merekam besaran data dari informasi penerbangan. Integrasi antar perangkat elektronik menjadi tantangan dalam implementasi, mengingat ruang (radome) yang terbatas, kapasitas daya, dan elemen pendingin yang diperlukan.
Sementara bicara tentang EW, paket yang ditawarkan Saab untuk Tejas mencakup pemasangan radar warning receiver (RWR) dan AESA jammer pod. Yang disebut terakhir mengusung fitur Self-protection dari basis Wideband Digital RF Memory (DRFM), teknologi ini menjamin teknik jamming yang lebih canggih dalam berbagai gelombang dan sinyal.
Meski Saab menawarkan radar AESA dari teknologi terakhir, namun karena ukuran radome Tejas yang lebih kecil dari jet Gripen, maka dari aspek jangakauan radar AESA Tejas masih dibawah Gripen. Dari segi harga, paket sistem radar AESA untuk Tejas dipastikan juga akan lebih murah, alasannya harga jual Tejas memang lebih murah dibanding jet tempur lansiran AS dan Eropa Barat.
Baca juga: Network Centric Warfare – Kemampuan Yang Selayaknya Hadir di Jet Tempur Terbaru TNI AU
Saab dengan tema “Teaming Up With India” mengambil misi khusus di Aero India 2017, selain menawarkan solusi paket sensor dan radar untuk Tejas, manufaktur persenjataan asal Swedia ini juga tengah menawarkan jet tempur Gripen E untuk kebutuhan AU India. Sebagai informasi, AU India tengah membuka tender untuk pengadaan 400 unit jet tempur. (Haryo Adjie)
Kalau lihat kemampuan STOL, Tekno & Persenjataannya mending pilih Gripen NG (E/F).
Disamping itu akan lebih mudah untuk dideploy ke pangkalan2 aju yg panjang landasan nya terbatas.
Pandangan saya sih Tejas itu cocoknya buat pengganti Hawk 109/209 TNI au yang sudah berumur
Mending tu t50 golden, masih kosongan. Aesa pas buat t50. Instal senapan gatling internalnya. Cocok jadi kuda beban
Radar Aesa dari saab, sepertinya boleh juga untuk di pasang di T-50 kita.
Teknologi material GaN (gallium nitrade) sebenarnya jg ada di sekitar kita, contohnya bluray yaitu sbg dioda penghasil laser utk membaca disk bluray,solar sell satellite jg menggunakan material ini yg stabil dlm lingkungan beradiasi dan jg di gunakan dlm peralatan optoelectronic, optronic sndri berdasrkan quantum mekanik yg mana paparan cahaya thd material elektronik terutama semikonduktor yg menghasilkan medan listrik di mana ada medan listrik di situ ada medan magnet dimana ada medan magnet di situ ada frekuensi dan besar kecilnya frekuensi tergantung dari arus listrik yg mengalir apakah kuat atau lemah,,ble,,ble,,dst. Alat optronick bisa dari optical to electrical atau electrical to optical,intinya sebuah transducers.
Di masa depan material ini kemungkinan akan mengantikan silicon karena sangat efisien dan ramah lingkungan. karena menawarkan high operating frequency,high operating temperature,high voltage,high efficiency
Kecanggihan elmune mas….neng kene gak enek sing mudheng
Sayangnya US Tidak mengizinkan kita untuk mengganti Radar lama dengan Radar GaN AESA pada T50. US mengontrol Penuh Source Code dan Spek T50, Cuma Hanya pabriknya aja yg di Korea.
Pingin MiG-35…..
Sama
ngimpi mig-35
tak mungkin!
sdh trsingkir di fase kualifikasi
Heavy fighter tetap su35 yg d ambil,.
Kemungkinan tejas akan bersaing dengan FA50 untuk mengisi bangku hawk mk53
Untuk kelas multirole Viper masih bersaing ketat dengan gripen,..
Squadron baru yg akan di buka mungkin akan di isi Su34 jika pemerintah memang menjalankan visi negara sebagai POROS MARITIM DUNIA,..”itu juga kalo bukan cuma slogan cuap cuap bibir”
halah scrap itu lelucon bernama Su-35, pensiunin sekalian Su-27/Su-30 ganti sama Eurofighter Typhoon sebagai stop gap sebelum IFX, virus janggal dalam sistem itu Sukhoi, worst quality aja dibangga-banggain, gak nyambung Sukhoi buat poros maritim dunia. Liat RAAF sama RSAF tipe pespurnya simple jenisnya, dikira pakai Sukhoi terus semua takut, hah wtf. mereka juga tahu segala petaka di Sukhoi, di era misil BVR, AEWC, dan network centric warfare semua tetek bengek tentang manuver kobra tinggal jadi lelucon atau peti mati melayang. Indonesia lebih butuh single engine kayak F-16 atau Gripen daripada double engine apalagi garbage bernama Sukhoi
ngomong apa mas?? gk mabuk minum aqua kan??
@Tomcat ??? lho kok nggak ngerti sih masak tingkat inteligensia nya serendah itu buat mahamin ucapan saya, belum pernah juga saya baca artikel kesehatan kalau orang bisa mabuk minum produk air mineral, jenius sekali anda, dari bahasa terketik terus mendadak ngeluarin praduga diagnosis ” mabuk karena produk air mineral tertentu “
lagian air & ginjal paling ngomongnya filtrasi ginjal, elektrolit, konduksi kerja jantung, dll tapi baru kali ini baca dikaitkan ” mabuk ” dan refleks muntah
tapi udahlah saya balik jadi silent reader aja, out of the context lama-lama. saya ketawa aja pas mulai ” a little bit odd “
Si bongsor lonewolf sukhoi, sayang duit kita kalau masih tetap dibeli
koment td cm joke santai saja sedikit
tanggapan anda lucu dan kurang masuk akal
manuver cobra cm satu2nya andalan sukhoi?? memangnya sukhoi mati kutu di perang bvr? apa sukhoi gk bisa perang secara bvr dan taunya cm bisa dogfight? dalam hal apa sukhoi gk cocok buat poros maritim?
sukhoi gk bisa network centric warfare? wajarlah gk bisa krn mayoritas persenjataan AU kiblat ke buatan barat. kalo mau lakukan network centric warfare mesti modifikasi biar bisa network centric warfare
anda berkomentar seperti itu tanpa alasan yg kuat untuk mendukung argumen anda seperti asbun. setidaknya coba jawab pertanyaan td
terima kasih
lho lucu ? saya nanggapin prtanyaan orang lain kok mengenai refleks muntah yg dihapus admin, duh berapa banyak sih misil BVR kita, teknologi Russia yang perubahan nya minim dari tahun 80an vs misil BVR standar NATO, ya ampun tipikal budget ineffective lagi and money wasting, mau memodifikasi pespur standar Russia ke sistem NATO, emang ganti avionik sama pasang FFI berapa biaya, pokoknya Sukhoi almighty deh
emang biaya operational & maintenance ” cocok ” yah buat poros maritim ? yang kita harus nge intercept pesawat lain, bukannya banyak yah airstrip pendek yang lebih cocok buat pesawat STOL, tapi udah deh toh buat kamu ” Sukhoi almighty “
keruntuhan uni soviet berimbas kekacauan ekonomi rusia yang mengakibatkan perkembangan alutsista mereka mangkrak sehingga tidak ada perubahan signifikan di teknologi mereka tp bukan berarti teknologi rudal bvr mereka jauh dari para pesaingnya
kata panglima sendiri sukhoi dibutuhkan dan cocok dalam poros maritim Indonesia, tentunya adanya argumen tersebut didasari berbagai pertimbangan
sy bukan fans sukhoi dan lainnya
berlarut2nya penandatangan kontrak sukhoi selain membahas tot jg membahas modifikasi agar bisa ngobrol dgn pespur buatan barat
@red banner
saya sependapat kok dengan anda , RAAF dan RSAF itu alutsistanya Apik, Sudah teratur, dan Jam Terbang pilotnya juga bersaing ketat. dibandingkan TNI AU, Masih gado gado tak karuan.
Penempur Double Engine Sukhoi lebih mahal biaya opnya ketimbang F15. BVR Missile ruski Masih Unproven.
TENDER 400 UNIT JET TEMPUR….
saya malah tertarik dng kalimat d paragraf akhir di artikel ini….
akan jd kalimat yg manis dn selalu d banggakan oleh rakyat mu tercinta Indonesia…
duite sopooooooooo….?????
Yang nyari tender 400 unit itu India bung
Mending JAS-39 Gripen aja sekalian, ditawarin bisa dibuat di Indo juga, HAL Tejas mah nanggung
Om mau tanya, dengan adanya proyek AMCA tejas gmana nasibnya ?
Apalgi mereka “pengennya” AMCA udah terbang pada 2023an. Nantinya mau dikembangin ke arah mana tejas ini ?
@Caan: Tejas ini sejatinya digadang untuk menggantikan armada MiG-21 Bishon yg saat ini masih beroperasi. Kalau kami lihat dari roadmap yang dipaparkan pihak HAL, AMCA (Advanced Medium Combat Aircraft) yang punya kapabilitas stealth dan dual engine sudah diproyeksikan pada kelas tersendiri utk AU India.
Dimensinya mungkin bakal enggak jauh beda sama kfx/ifx ya om ?
Nantinya mau bikin SKu baru atau ada yang mau diganti ya ?
@admin
tambahan saja. pengadaan 400 unit pespur mesin tunggal itu pd paragraf terakhir menggantikan mig-21 bison. 100 unit dijatah tejas sisanx jd duel antara viper & gripen
@caan
amca diproyeksikan utk menggantikan pespur mesin ganda sprti mig-29 & jaguar yg jlhnx cukup banyak serta mengantisipasi jika pakfa akhirnx mandek. prmasalahan pakfa justru pd estimasi kenaikan harga yg kemungkinan diatas usd 200 juta.
disisi lain rafale menggantikan mirage 2000n sbg platform nuclear strike
Disisi lain memang sepertinya pakfa belum jelas bakal operasional kapan.
Tejas the best lah
*buat kantong cekak
hail to tejas