Ada ‘Merah Putih,’ Uji Tembak Skyguard 3 Air Defence Dikira di Wilayah Indonesia
Sebuah video di akun YouTube Rheinmetall Defence yang diposting 14 Agustus 2020 telah menyita perhatian netizen di Tanah Air. Pasalnya dalam video berdurasi 2,5 menit ditampilkan uji tembak sistem hanud Oerlikon Skyguard 3 Air Defence yang terasa ganjil, lantaran ada bendera merah putih, ditambah sejumlah awak lokal berkulit sawo matang, plus kondisi geografis pegunungan hijau khas Indonesia. Yang membuat bingung, sejauh ini tidak ada rencana akuisisi sistem hanud tersebut oleh Indonesia.
Baca juga: Korps Marinir Lalukan Uji Fungsi Kanon Hanud Type 90/35mm dan AF902 Fire Control System
Banyak netizen yang kekeh berpendapat uji coba Skyguard 3 memang dilakukan di Indonesia, selain ada bendera merah putih, juga terlihat sebagai sasaran yaitu JT-240 buatan PMRobotics. Bagi sebagian kalangan, target drone ini sudah dikenal sebagai sasaran saat uji tembak kanon Oerlikon Skyshield yang dioperasikan Detasemen Pertahanan Udara (Denhanud) Paskhas TNI AU. Kala itu JT-240 dijadikan sasaran tembak kanon Skyshield pada sesi uji coba yang diselenggarakan Denhanud 472 Paskhas di daerah Pandanwangi Pesisir Pantai Lumajang, Jawa Timur pada Mei 2016 silam.
Namun apakah benar video uji penembakan sistem hanud Skyguard 3 tersebut berlangsung di Indonesia? Jawabannya dipastikan bukan di Indonesia. Video dari Rheinmetall Defence itu dibuat di Thailand, tentang bendera merah putih, bisa dikatakan itu merupakan tanda/patok untuk satuan tembak. Bila diperjelas, pada salah satu truk angkutan juga akan terlihat aksara Thailand.
AD Kerajaan Thailand diketahui telah mengorder sistem hanud Skyguard 3 Air Defence pada tahun 2015. Pada awalnya, pihak Rheinmetall Defence tidak mempublikasikan rincian pesanana Thailand, namun situs armyrecognition.com pada Januari 2016 mengungkapkan, bahwa pesanan alutsista SHORAD (Short Range Air Defence) tersebut mencakup empat Oerlikon Skyguard 3 fire control unit (FCU) dan delapan pucuk kanon Oerlikon GDF007 Twin Guns kaliber 35 mm. Order Thailand juga mencakup amunisi AHEAD (Advanced Hit Energy & Destruction) airburst – proyektil pecah di udara.
Rheinmetall Defence menyebut, Thailand adalah salah satu pelanggan baru kanon hanud 35 mm di Asia Tenggara. Sebelumnya, Singapura dan Indonesia diketahui telah mengoperasikan sistem hanud Oerlikon di kaliber yang sama.
Satu unit Skyguard 3 FCU dapat mengendalikan sampai empat pucuk kanon Oerlikon GDF007 twin gun dan rudal hanud VSHORAD. Skyguard 3 FCU dapat diintegrasikan ke dalam sistem C4I (Command, Control, Communication, Computers and Intelligence) atau jaringan bersama dalam battlefield management system. Antar Skyguard 3 secara teori dapat dipisahkan hingga jarak 3 km guna membentuk area perlindungan udara yang efektif.
Skyguard 3 FCU dilengkapi multi-sensor tracking unit yang mengkombinasikan radar plus modul TV/laser/infrared dengan dinamika sensor tinggi untuk pelacakan presisi bebas interferensi. Dari sisi kemampuan, radar pada Skyguard 3 FCU dapat mendeteksi sasaran dari jarak 20 km.
Serupa tidak sama, Indonesia lewat Arhanud Korps Marinir juga tak asing dengan jenis senjata di atas. Meski bukan lansiran Rheinemtall Defence, Korps Marinir telah mengoperasikan empat pucuk kanon Norinco Type 90/35mm dan AF902 (Fire Control System). Type 90/35mm tak lain merupakan varian lisensi dari Oerlikon GDF007 Twin Guns dan AF902 tak lain serupa dengan Skyguard 3 FCU.
Baca juga: Norinco AF902 FCS – Jadi Jantung Baterai Kanon Hanud Type 90/35mm Korps Marinir
Kecepatan reaksi menjadi andalan senjata penangkis ini, dalam waktu hanya 6 detik, kanon mampu bereaksi pada sasaran di udara. Dengan pola kerja gas operated, kanon 35 mm/90 ini dapat melontarkan 550 proyektil per menit. Kecepatan luncur proyektilnya mencapai 1.175 meter per detik. Berapa jarak tembak efektifnya? Disebutkan bisa mencapai 3.200 โ 4.000 meter. (Haryo Adjie)
Related Posts
-
QF-16 Zombie Viper – Saatnya F-16 Fighting Falcon Berubah Menjadi Drone
5 Comments | Nov 26, 2019
-
Bersaing di Program “CIWS-II,” LIG Nex1 dan Hanwha Systems Tampilkan Rancangan Kanon Reaksi Cepat
3 Comments | Jun 10, 2021
-
Pensiunkan Kondor Class, TNI AL Pilih Frankenthal Class Sebagai Kapal Penyapu Ranjau Terbaru
9 Comments | Sep 12, 2017
-
Desain Tuntas di 2024, Taiwan Percepat Program Pengembangan Jet Tempur Masa Depan
6 Comments | Jul 15, 2021
mantap pisan
wowoooowww,,, keren sekali senjata ini
Bung admint tolong dong bahas kedatangan jdam kits dari Amerika di lanud Iswahjudi , menurut sumber, Kemenhan memesan 102 unit bom pintar presisi tinggi ini , ingat kata bung @ayam jago ,dengan pembelian F-16 viper ada TOT y yaitu 50% perakitan jdam kits , nanti kalo admint posting insyalloh bung@ayam jago hadir dan menjadi saksi atas ucapan y itu ๐
Wah iya tuh udah lama banget dia bikin janji kayak gitu. Gak @ayamjago gak @tukang ngitung ph.d sama2 meleset semua. Kayak ngarang2 bebas gitu, imajinasi semua
Kalo TOT jdam kits seperti y benar ,di lihat fotoy pengiriman smart bom y terpisah , kemungkinan di rakit di kita , dan pengadaan F-16 viper pun seperti y tinggal TTD
Kak ayam๐
Aduuh ketipu dah ,udah seneng banget pas awal lihat video di YouTube soaly mulai dari bendera merah putih , geografis alamy , ada orang fisik Asia tenggara , dan kolom komentar di channel tersebut di nonaktifkan , berharap tadinya di akuisisi TNI terkhusus untuk marinir melengkapi yang sudah ada buatan China ๐ฐ
Kalo dibandingin produk China Ama Barat, ntar ada yg protes lagi. Dasar bapaknya Cebong.
Jng pake esmosi mbah…pake segitunya dibawa baper….xicixicixicixi
Torpedo poseidon Rusia sdh siap pakai mbah, gak bisa dihalau pakai THAAD loyo dan Patriot mandul mbah…xicixicixicixi
Program eMLU F-16 selesai 2 pesawat (TS-1610 dan TS-1601)
Radar APG-68v9 berjangkauan 269 km..melebihi jangkauan Su-27SKM yang memakai N001VE yang hanya 150 km dengan RCS sama
Sudah bisa menggotong AIM-9X, AIM-120C7 dan JDAM, SNIPER
Semuanya dikerjakan di Lanud Iswahyudi dengan teknisi kita sendiri (ToT)
Ternyata satu satunya di dunia pengerjaan eMLU yang dikerjakan di setingkat Skatek.
Kalau kita serius adopsi penuh Skyguard/Millenium..mendingan di lisensi aja agar bisa dibuat di Indonesia…beserta pelurunya
Menurut pendapat saya. Lisensi produk alutsista adalah cara terbaik untuk TOT, sebagaimana yang diamanatkan UU. Tidak ada cara lain. Akan tetapi, memang ada konsekuensinya, yaitu tidak bisa beli ketengan. Namun, melihat kembali kepada kondisi dan kebutuhan alutsista TNI, seharusnya kita tidak membeli ketengan. Kita butuh banyak. Dengan cara TNI berbelanja sekarang, semua produk campuran gado-gado, jelas pasti ngeteng. Sinkronisasi antara sistem blok barat dan timur yang cukup sulit ditambah lagi dengan maintenance cost yang tinggi tidak lah efektif. Lihat saja bagaimana alutsista buatan Rusia yang setiap kali maintenance harus di kirim ke Rusia. Ada baiknya bila kita melihat bagaimana cara dan tehnik India berbelanja.
Iya setuju. Seharusnya kita lisensi bikin SU-35 aja di Indonesia. 100% TOT dan perawatan cukup di Indonesia saja, tidak perlu dikirim lagi ke luar negeri.
Ganti Twin Gun Giant Bow dari Norinco China degan Skyguard 3 dari Rheinmetall ini..kasian produk China sdh mkn korban TNI 4 orang waktu uji coba..
Kecelakaan serupa jg pernah menimpa tentara afrika selatan ketika sedang latihan menggunakan meriam hanud Oerlikon GDF pada tanggal 12 Oktober 2007 dan ada sekitar 9 prajurit yg tewas.
setuju ganti semua Giant Bow, Meriam ZuR yang sudah tua dengan Oerlikon Millenium dan Sky Guard 35mm kalau bisa sekalian ToT kayak China bisa bikin Norinco 35 mm.
Komposit bisa dengan sistem rudal NASAMS 2, Starstreak atau Mistral….