Ada Masalah (Lagi) pada Mesin, Jet Tempur Stealth Chengdu J-20 Tunda Terbang Perdana dengan Mesin Baru

Ambisi Cina untuk menandingi Amerika Serikat di lini jet tempur stealth rupanya mendapat kendala lagi, bahkan kali ini cukup serius. Seperti diketahui, para perancang Cina sejak beberapa waktu lalu sesumbar bahwa Chengdu J-20 “Mighty Dragon” produksi Chengdu Aerospace Corporation punya kemampuan lebih baik dari F-22 Raptor.

Baca juga: Perancang Chengdu J-20 Sebut F-22 Raptor Sama Cacatnya dengan F-4 Phantom

Namun, ambisi Cina untuk mengembangkan Chengdu J-20 tidak berjalan mulus. Masalah yang menerpa J-20 masih seputar dapur pacu. Awalnya, J-20 menggunakan mesin Shenyang WS-10B, namun ada sumber lain yang menyebut varian awal twin jet ini menggunakan mesin buatan Rusia Salyut AL-31FM2 yang punya kekuatan afterburning 145 kN. Tapi rupanya Cina belum puas atas integrasi mesin tersebut, kemudian berlanjut J-20 dipasangi mesin WS-10. Apesnya dengan mesin WS-10 sang penempur dari generasi kelima ini gagal mempertahankan kecepatan supersonic-nya.

Harapan kemudian berlanjut pada adopsi mesin WS-15 yang disebut punya daya dorong 180 kN yang menjanjikan kecepatan supercruise yang substansial bagi J-20. Serangkaian uji coba di darat terus dilakukan dengan mesin WS-15.

Dikutip dari Topwar.ru (13/9/2021), uji coba terbang J-20 dengan mesin WS-15 mendapat penundaan beberapa kali, lantaran diketahui adanya masalah baru. Kabarnya itu berasal dari lapisan membran fullerene untuk turbin mesin pesawat, yang menjadikan mesin dapat beroperasi hingga suhu 1.800 derajat celcius. Dengan membran fullerene, sejatinya J-20 diharapkan dapat mengatasi masalah kehilangan daya dorong saat mesin mencapai suhu operasi. Selain itu, membran fullerene dapat menggandakan umur mesin saat dioperasian dalam kondisi kelembapan rendah.

Sayangnya, harapan Cina pada kemampuan lapisan membran fullerene terlalu tinggi, pasalnya saat mesin berada di suhu operasi, muncul proses yang mengarah pada penyerapan pada membran tersebut. Lapisan membran mulai menyerap zat yang bekerja, atau menjadi alasan penebalan dengan terjadinya reaksi kimia yang ‘tidak perlu’ hingga merujung pada konsumsi bahan bakar yang tinggi.

Pada awal September 2021, Cina berjanji untuk memperbaiki situasi dan membawa J-20 dengan mesin WS-15 untuk melakukan uji terbang. Namun, melihat eskalasi masalah yang belum teratasi, rencana uji terbang dengan mesin WS-15 akan mengalami penundaan.

Para ahli di Chengdu Aerospace mencoba memecahkan masalah penerapan lapisan fullerene dengan membuat ruang tambahan. Dalam hal ini, diasumsikan bahwa suhu akan terdistribusi secara merata pada peningkatan volume struktur, yang juga akan mengurangi sifat penyerapan membran. Tapi lagi-lagi, itu berdampak pada peningkatan ukuran mesin, tetapi juga ada fakta bahwa hampir seluruh sistem bahan bakar jet tempur ini harus dirancang ulang kembali.

Melihat konstelasi yang terjadi dengan Amerika Serikat, ada upaya dari Beijing untuk melobi Moskow, yakni untuk kemungkinan bisa memasangkan J-20 dengan mesin Product 117 – Saturn AL-41F1 afterburning turbofan yang digunakan pada Sukhoi Su-57 Felon. Mesin tersebut dikabarkan punya tenaga dorong yang lebih besar dengan maximum thrust 17-18 ton, tapi punya konsumsi bahan bakar 30 persen lebih hemat dibandingkan AL-41F-1S yang digunakan pada Sukhoi Su-35.

Baca juga: Alami Masalah Serius Pada Mesin, Cina Incar Mesin Sukhoi Su-57 untuk Chengdu J-20

Bukan hanya konsumsi bahan bakarnya yang menarik, bagi Cina nozzle dengan thrust vector control pada Saturn AL-41F1 yang dapat dibelokkan pada sudut besar adalah faktor pemikat Beijing pada mesin ini. Nozzle yang dapat dibelokkan memungkinkan manuver yang mengesankan untuk pesawat, dalam pertempuran udara jarak dekat, kemampuan ini bisa menjadi sangat penting. (Bayu Pamungkas)

18 Comments