AD Filipina Pilih Tank Ringan Sabrah, Bagaimana Nasib Medium Tank Harimau?
|Anda masih ingat tentang rencana akuisisi tank untuk kebutuhan AD Filipina? Berdasarkan keterangan Kepala Pengembangan Produk PT Pindad Windu Paramarta, disebutkan bahwa akhirnya hanya ada dua perusahaan yang lolos dalam tahapan lanjutan program pengadaan kendaraan tempur lapis baja (tank) AD Filipina, yaitu PT Pindad dari Indonesia dan Doosan DST dari Korea Selatan.
PT Pindad manjagokan mediun tank Harimau, yang bahkan sempat dipinjamkan untuk pameran militer dan pengujian di Filipina, sementara dari Korea Selatan yang dijagokan adalah K-21 105 medium tank. Namun, ada kabar kurang enak buat kedua tank kontestan tersebut, pasalnya muncul kabar terbaru bila Filipina justru memilih tank ringan Sabrah buatan Elbit System dari Israel.
Mengutip dari israeldefense.co.il (8/10/2020) yang merujuk informasi awal dari blog MaxDefense, disebutkan bahwa pada awal 2020, otoritas di Filipina telah memutuskan untuk membeli Sabrah dari Israel, namun karena meluasnya pandemi Covid-19, proses penandatanganan perjanjian menjadi tertunda. Tidak disebutkan berapa unit Sabrah yang akan dibeli, tapi kabarnya nilai kontrak awal untuk pengiriman pertama tank ringan tersebut mencapai US$30 juta.
Dalam proposal, Elbit Systems menawarkan varian tank tempur utama menengah – medium main battle tank (MMBT) ASCOD 2 dan panser (roda ban) Pandur II varian Fire Support Vehicle (FSV), dimana keduanya mengusung kubah meriam kaliber 105 mm. Sebagai imformasi, ASCOD 2 dan Pandur II adalah produksi General Dynamics European Land Systems.
Untuk Sabrah dari varian ASCOD 2, Elbit menggunakan kubah tank OTO Melara Hitfact 105 mm, tetapi meriam dan subsistem dipasok oleh Elbit Systems. Elbit juga memasukkan menara ASCOD ke dalam paner FSV Pandur II, semuanya untuk memenuhi persyaratan proyek akuisisi oleh Angkatan Darat Filipina.
MaxDefense melaporkan bahwa pada satu titik, sebenarnya pihal AD Filipina lebih memilih untuk memberikan proyek tersebut kepada Hanwha-Otokar, namun akhirnya kandas karena beberapa masalah teknis.
Elbit Systems kemudian merevisi tawarannya dan mengusulkan tank ringan Sabrah. Tank ringan ini dilengkapi dukungan teknologi dari divisi pengembangan MBT Merkava dan pabrikan kubah meriam dari Afrika Selatan. Sabrah masih menggunakan ASCOD 2 dan Pandur II sebagai platform, tetapi sekarang dengan busur elevasi lebih tinggi dan sistem pemuatan munisi otomatis.
Untuk menakan harga, awalnya Elbit menawarkan Sabrah dengan keberadaan loader (pengisian munisi manual), dimana seorang loader yang terlatih dapat memuat enam munisi per menit. Tapi kemudian Elbit memutuskan mengikuti persyaratan AD Filipina, bahwa Sabrah hanya diawaki oleh 3 personel, yang artinya kubah mengadopsi automatic loading munition.
MaxDefense menyebut bahwa ada beberapa nilai strategis yang dimiliki Elbit dalam paket penawaran kepada Filipina. Seperti adopsi sistem C4 Elbit, termasuk Battle Management System (BMS), dan sistem kendali dan komando Combat NG. Sistem tersebut saat ini sudah digunakan di APC M112A2, towed howitzer 155mm, self-propelled howitzer ATMOS 155mm, dan M113 varian mortir yang telah di-upgrade oleh AD Filipina.
Baca juga: Di Filipina, Medium Tank Harimau dan Panser Anoa 6×6 Berganti Nama dan cat
Belum lama ini, Elbit System telah mengumumkan kontrak baru untuk memasok aplikasi radio E-Lynx yang kompatibel dengan sistem C4 yang terdapat tank ringan Sabrah. (Gilang Perdana)
Paling tidak, kebutuhan TNI dapat dipasik oleh Inhan dalam negeri sendiri dan semoga local contentnya terus bertambah dari tahun ke tahun. Juga unit tank harimau ini bisa jadi dasar dari type2 tank lainnya sesuai kebutuhan TNI.
Tak masalah, yang utama adalah bahwa kita sudah mampu buat sendiri tank ringan, produksi saja seperti rencana 100 unit buat kavaleri TNI AD, kalau boleh usul segera kita juga harus bisa modif Harimau Pindad seperti tank K30 Biho yang dipersenjatai dengan dual heavy machine gun 30 mm dan rudal jarak dekat buat lahap drone, tank ini wajib disertakan dalam pergelaran operasi beberapa unit Harimau
Menurut saya keputusan TNI untuk beli cuma 18 unit dulu terbilang tepat. Memang terkesan pelit atau tidak cinta produk buatan sendiri. Tapi ingat, Harimau yang sekarang adalah generasi pertama. Dari Gen I biasanya muncul kekurangan yang baru diketahui setelah operasional penuh. Nah, dari penggunaan 18 unit ini, maka nanti dibuat penyempurnaan menuju generasi II. Kalau langsung beli banyak, misal 100 unit, nanti TNI-AD bakal gigit jari memakai 100 tank yang masih banyak bug. Anggaran belanja alutsista kita terbilang minim, setiap rupiah sangat berharga.
K2 $8 jt
Leopard 2A7 $7jt
Leo 2A4 $700rb
Harimau klo pasang harga $7jt per unit hrs menawarkan kelebihan dr mbt2 yg diatas
Harimau itu mahal karena masih produk baru. Kalo yg beli lebih dari 500 unit ntar juga harganya bisa turun.
Pertanyaanya siapa yang beli sampai 500 unit ? wong tak ada yang beli selain TNI, sedang tni saja hanya beli 18 biji, paling nanti tambahan 50 biji doang.
jadi harganya tetap , bahkan cenderung naik lagi karena inflasi
Tank Harimau kemahalan…pas di tawarin ke Negeri Duterte yg anggaran militernya tidak terlalu besar…pastinya harga jadi pertimbangan buat mereka….
Gpp….semangat pindad. Semoga kedepannya bisa lolos. Atau….mungkinkah masih ada kesempatan menikung? Wkwkwkwk
Bagian marketing PT.PINDAD mesti lincah nawarin proposal dan tawaran menarik buat customer tapi sy tetap yakin dgn skill personil pt.pindad yg memberikan spek yg terbaik buat tank harimau, maju terus pindad7
Dari sisi teknis/spek tidak ada yang meragukan.
Masalahnya ada di sisi ekonominya.
Harganya mendekati MBT M-1A2 Abrams yang sekitar US$ 8 Juta dan Jauh lebih murah MBT T-90MS yang hanya US$ 5 juta.
Pasti akan diketawain pabrikan MBT, akan sangat bijaksana bila PINDAD memperbaiki Manajemen Produksi Tank Harimau.
Kalau tidak , sampai kapanpun tak kan berhasil melakukan Ekspor.
Masalah di Indonesia itu ketika akan membuat produk jadi, tidak dipersiapkan dahulu industri pendukung di bagian hulu nya. Misal tank ini, siapa yang bikin larasnya? Turretnya? Roda rantainya? Peralatan elektroniknya? Mesinnya? Alkom? Sensor? Dll, dll, dll. Kalau semuanya import, ya jadi mahal. Minimal 50% komponen seharusnya buatan lokal kalau mau murah.
Harimau Hitam dibuat di turki bung, itu masalahnya, tidak ada jalur maupun mesin produksi harimau hitam yang dimiliki pindad.
Betuls om… ni tank harimau harga nya 7 juta dollar ya cmiiw… sabrah hrg brp ya ada yg tau ga? Klo VT5 katanya 2jt dollar… gile murah bener… high tech juga tu vt5….
Vt5 stabilisatornya lemah klau diliat dari tesnya, mahalnya turret cockerill ada di fire control systemnya dan jeroan system yg lain.
Bung Ruskey kemana ya ? Tumben gak Nongol – nongol dibeberapa artikel ? Kangen ama komentar – komentarnya yang “Mengguncang” situs situs militer….
Kena banned mereun. Atau lagi ada acara. Yah semoga Dhek Rukimin baik baik saja.
Sayang bget atw S.T.U.P.I.D pdhal Medium tank Harimau Hitam lebih unggul secara Spek drpada Tank Sabrah,
Tp klo disanding dgn Merkava udh psti Tank Harimau yang kalah. pertanyaanya ada apa dengan Filipina ?
Mungkin jg Israel bisa kasih pinjaman dengan bunga rendah wkwkwk, dijamin bank Israel
Mgkn krn philippines melihat tni sndiri smp skrg blm jelas mau ambil brp ini tank. Tidak ada angka pasti pesanan massal tni atas barang ini ya pasti negara lain jg mikir2. Beda dengan maung yg lgsg psan 500 atau anoa dgn skema batch yg jelas
Kalah disisi ekonomisnya, Gabada yg salah dgn mereka
wah paling ngawur tamtam,seperti kebijakan pengadaan barang rongsokan.
liat harga nya aja orang lain dah males,
tank mbt aja kalah harganya.
banyak inport komponen jadi payah bersaing terutama harga.
Klo h@rga harimau bener 7 juta dollar perunit.. Sama dgn MBT K2 buatan Korea dong…
Harus diakui kalo tank Sabran/ASCOD ini punya banyak varian bahkan bisa dipasang meriam kaliber 120mm jadi Medium MBT atau diganti ama kaliber 155 mm buat artileri swagerak. Wajar kalo Indonesia kalah, moga aja Tank Harimau Hitam bisa dibuat varian kayak tank Sabran ini.