30 Skadron Drone Tempur (UCAV) MQ-9 Reaper Gelar Simulasi Operasi Khusus di “Laut Cina Selatan”
|Bagi militer sekelas Amerika Serikat, maka lumrah bila digelar latihan berskala besar yang melibatkan komponen drone tempur (UCAV) secara masif. Seperti pada tanggal 5 dan 6 September 2024, lebih dari 30 skadron yang mengoperasikan UCAV MQ-9 Reaper berkumpul di Hurlburt Field di Florida.Ini merupakan latihan rutin tahunan dalam tajuk “Reaper Smoke”, yang telah berjalan lima kali. Namun, ada yang tidak biasa dalam ‘gathering” MQ-9 Reaper terbaru ini.
Baca juga: Gegara Patch Skadron MQ-9 Reaper, Cina Dibuat Meradang
Yang tidak biasa dalam “Reaper Smoker 2024” adalah digelarnya simulasi operasi di atas pulau buatan, yang menyiratkan berada di kawasan Laut Cina Selatan yang tengah bergejolak.
Meskipun gathering MQ-9 Reaper mungkin tampak biasa saja, namun foto yang dipublikasikan dari latihan tersebut menunjukkan pulau buatan Cina yang dibangun di atas Mischief Reef di Laut Cina Selatan sebagai fokus untuk operasi drone tempur Reaper. Peneliti intelijen sumber terbuka (OSINT) @IntelWalrus adalah orang pertama yang menarik perhatian pada acara tersebut di akun X.
AFSOC hosted an exercise for MQ-9 reaper pilots and operators at Hurlburt Field, featuring simulated missions & strikes over Mischief Reef in the Spratlys. ‘Reaper Smoke 24’ included “tactical scenarios aimed to test their abilities and decision-making” such as the one pictured. pic.twitter.com/24O8lU0cHs
— IntelWalrus (@IntelWalrus) September 12, 2024
Pemeriksaan lebih dekat terhadap foto-foto yang dipublikasikan menunjukkan tampilan komputer yang menampilkan peta yang mencakup Mischief Reef, sebuah atol yang terletak di Laut Cina Selatan di sebelah timur Kepulauan Spratly yang disengketakan. Mischief Reef ditampilkan di beberapa layar.
Meskipun Angkatan Udara AS belum memberikan pernyataan, namun peta dalam foto-foto tersebut tampaknya menunjukkan bahwa terumbu karang tersebut mungkin merupakan target simulasi dalam latihan drone Reaper.
Beijing telah membentengi pulau tersebut dan membangun instalasi militer untuk membangun kendali teritorial atas wilayah tersebut, seperti beberapa fitur lain di laut yang disengketakan, di mana Cina mengklaim kedaulatan yang hampir lengkap yang bertentangan dengan norma-norma internasional.
Di antara banyak karakteristiknya, pangkalan militer Cina di Mischief Reef memiliki fasilitas bandara, sistem rudal hanud, rudal anti kapal, dan teknologi pengacauan (jammer). Selain itu, Mischief Reef juga terletak di dekat Second Thomas Shoal, area pertikaian utama lainnya yang telah menyaksikan interaksi yang meningkat antara pasukan militer Filipina dan Penjaga Pantai Cina (CCG) beberapa waktu lalu.
Seiring meningkatnya ketegangan antara Cina dan Filipina, ada kekhawatiran yang meluas bahwa keterlibatan agresif antara kedua belah pihak dapat berubah menjadi konflik bersenjata. Jika itu terjadi, AS akan dipaksa untuk memasuki konflik melawan Cina karena kewajiban perjanjiannya dengan Manila.
Drone kemungkinan akan beraksi dalam konflik di Indo-Pasifik, meskipun terbatas atau intensitasnya rendah. Ini menunjukkan bahwa simulasi Reaper yang dilakukan di Mischief Reef lebih penting daripada yang diketahui sebelumnya.
Sebagai drone tempur (UCAV) dengan kemampuan medium altitude long endurance (MALE). MQ-9 Reaper dapat terbang selama 14 jam dengan jarak 1.900 km. Bahkan dengan tangki bahan eksternal (mengurangi jumlah senjata), MQ-9 Reaper dapat terbang sejauh 4.171 km. Namun, dalam dinamika operasi militer, bisa saja Reaper dituntut untuk melakoni sesuatu yang lebih.
Dari spesifikasi, MQ-9 Reaper tidak memiliki kemapuan untuk menerima pengisian bahan bakar di udara, namun, pada Agustus 2022, untuk pertama kalinya, MQ-9 Reaper dari Ground Task Force 23 melalukan pengisian bahan bakar langsung dari MV-22 Osprey milik Korps Marinir di Marine Corps Air-Ground Combat Center, Twenty-nine Palms, California. Ini menandai momen pertama MQ-9 Reaper Angkatan Udara AS yang diisi bahan bakar oleh platform dari pesawat lain di darat.
Mischief Reef
Mischief Reef, atau dalam bahasa Cina disebut Meiji Jiao, adalah terumbu karang yang terletak di Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan. Lokasi ini menjadi sengketa karena beberapa negara mengklaim kedaulatan atasnya, termasuk China, Filipina, Vietnam, dan beberapa negara ASEAN lainnya.
China mengklaim sebagian besar Laut Cina Selatan berdasarkan “sembilan garis putus-putus” (nine-dash line), yang mencakup Mischief Reef. Namun, negara-negara lain seperti Filipina dan Vietnam juga mengklaim wilayah ini berdasarkan Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS), yang menyatakan bahwa terumbu karang tersebut berada di zona ekonomi eksklusif (ZEE) Filipina. (Gilang Perdana)
tindakan cina memonopoli laut cina selatan sebenarnya tidak salah, karena disebutnya saja “laut cina selatan” yang secara harfiah berarti laut milik cina bagian selatan, jadi ya negara² yang tidak mengganti nama teritorinya dan tetap menyebutnya “laut cina selatan” rasa²nya terdengar aneh, namanya ngga diganti tapi diklaim cina langsung protes, dan untuk Indonesia sendiri langkah yang diambil sudah tepat dengan mengganti nama laut teritorial dengan nama laut Natuna