2S31 Vena Self Propelled Mortar: Mulai Dilirik Untuk Perkuat Artileri Marinir TNI AL
|Kekuatan artileri swagerak sudah menjadi ciri Korps Marinir dalam gelar operasinya, sebut saja dari era 60-an ada BM-14/17, berlanjut ke RM70 Grad dan yang terbaru RM70 Vampir. Itu semua masuk ke segmen self propelled MLRS (Multi Launch Rocket System). Lantas bagaimana dengan self propelled gun atau howitzer, seperti yang saat ini terdapat di etalase Atileri Medan TNI AD? Meski belum ada tanda-tanda kea rah penggunaan self propelled howitzer, namun ada kabar terbaru bahwa Korps Baret Ungu ini akan mengadopsi self propelled mortar system.
Baca juga: BM-14/17 – Generasi Pertama Self Propelled MLRS Korps Marinir TNI AL
Kabar ini mungkin membuat beberapa orang bertanya-tanya, terlebih ke penyebutan self propelled (swagerak) mortar system. Pertama analogi yang selama ini tertanam bahwa mortar (mortir) umumnya dikenal sebagai senjata bantu infanteri dengan desain tabung yang ‘simple.’ Kalau pun ada mortir yang ditempatkan di dalam platform kendaraan, seperti misalnya di panser Pindad Anoa 6×6, toh bentuk asli mortir masih nampak jelas, pun pengoperasiannya tak beda dengan mortir konvensional. Tapi lain halnya dengan self propelled mortar system yang bakal melengkapi etalase artileri Marinir ini.
Baca juga: Mortir 81mm – Mobilitas Tinggi Senjata Andalan Bantuan Infanteri
Label produk yang dimaksud adalah 2S31 Vena. Sekilas pandang, 2S31Vena tak ubahnya tank reguler yang sering Anda lihat. Tapi bila ditelaah, pada bagian kubahnya yang digunakan adalah laras mortir 2A51 gun kaliber 120 mm. Karena mengusung laras mortir, memang laras 2S31 tak setebal laras howitzer, begitu pun dalam hal jarak tembak, mortir tidak bisa sejauh tembakan dari howitzer. Mortir dengan larasnya yang halus (smoothbore) dan tekanan penembakan lebih rendah (low pressure), tak ayal menempati posisi sebagai senjata dukungan jarak dekat andalan bagi infanteri.
Baca juga: M43 120mm – Mortir Kaliber Besar Era Operasi Trikora
Korps Marinir TNI AL sejatinya taka sing dengan mortir kaliber besar (120 mm). Di era 60-an, tepatnya pada persiapan Operasi Trikora, Marinir sudah menggunakan M43 120 mm, mortir tarik buatan Rusia yang dilengkapi two wheel carriage. 2S31Vena pun tergolong fleksibel untuk urusan amunisi 120 mm. Vena dapat menembakkan aneka jenis proyektil mortir 120 mm termasuk proyektil mortir standar NATO, dan juga proyektil 120 mm untuk gun/mortar buatan Russia. Jenis-jenis peluru yang dapat ditembakkan diantaranya HEAT, Armor Piercing, HE-Frag, dan Kitolov Laser Guided Munition untuk penembakan presisi jarak jauh.
Baca juga: AMX MK61 – Howitzer 105mm Self Propelled Armed TNI AD
Dengan sudut tegak laras mencapai 80 derajat, laras Vena dapat menyemburkan proyektil hingga radius 7,2 – 12 Km. Untuk penembakan jarak jauh, munisi dengan tambahan roket (Rocket Assisted Projectile) dapat digunakan. Dalam keadaan terdesak, mortir Vena dapat ditembakkan langsung (direct fire) untuk menghajar tank, dan proyektil Armor Piercing 120 mm yang dimiliki Vena dapat menembus lapisan baja tank hingga 600-650 mm RHA pada jarak 1 Km. Secara teori, dalam satu menit, laras Vena dapat memuntahkan 8 – 10 proyektil. Sementara untuk bekal amunisi, untuk sekali angkut bisa dibawa 70 peluru mortir 120 mm, dan 500 peluru amunisi untuk senapan mesin kaliber 7,62 mm.
Baca juga: K9 Thunder – Kandidat Self Tracked Propelled Howitzer 155mm Untuk Armed TNI AD
Menggunakan Platform BMP-3
Penggunaan platform BMP-3 mungkin juga menjadi alasan mengapa Marinir TNI AL tertarik dengan ranpur satu ini. Pasalnya Marinir sudah familer dengan tank IFV (Infantry Fighting Vehicle) BMP-3F. Dengan penggunaan satu platform yang sama, maka untuk biaya perawatan dan logistik dipastikan akan jauh lebih murah dan efisien.
Faktor lainnya, sudah menjadi pakem bila sebisa mungkin ranpur Marinir punya kemampuan amfibi. Dan merujuk pada platform BMP-3, maka 2S31Vena memang dapat mengarungi air dengan propeller yang berasal dari dua water jet. Bila di darat kecepatan lajunya bisa mencapai 70 Km per jam, maka saat berenang ranpur dengan bobot 19,5 ton ini bisa melaju 10 Km per jam. Dari aspek bobot, Vena lebih berat ketimbang BMP-3F yang punya berat 18,7 ton.
Baca juga: BMP-3F – Tank Amfibi “Kelas Berat” TNI-AL
Sementara dari aspek permesinan, baik 2S31Vena dan BMP-3F mengadopsi mesin yang serupa, yakni Diesel UTD-29M dengan 500 tenaga kuda. Jumlah awak 2S31Vena ada empat orang, yakni commander, gunner, loader and driver. Kesemua awak mendapat perlindungan penuh dari potensi bahaya serangan Nubika (Nuklir, Biologi, dan Kimia). Bahkan Motovilikha plant selaku manufaktur ranpur ini juga menyiapkan automatic fire suppression systems.
Baca juga: TRF-1 CAESAR – Generasi Ketiga Self Propelled Howitzer TNI AD
Dibanding ranpur-ranpur yang dibesut militer Rusia, bisa dibilang 2S31Vena tak terlalu populer. Desain ranpur ini resmi dirampungkan pada tahun 2007, dan baru pada tahun 2013 – 2014 mulai resmi dioperasikan. Militer Rusia sendiri masih dalam tahap mencoba 2S31Vena, justru yang sudah resmi mengoperasikan 2S31Vena adalah Azerbaijan, negara pecahanan Uni Soviet ini membeli 15 unit 2S31Vena. (Bayu Pamungkas)
Spesifikasi 2S31Vena 120 mm:
– Crew: 4 men
– Weight: 19,5 ton
– Length (gun forward): 7,4 meter
– Hull length: 6,75 meter
– Width: 3,15 meter
– Main gun: 120-mm gun/mortar
– Machine guns: 1 x 7,62 mm
– Projectile weight: 17,3 Kg
– Maximum firing range: 7,2 – 13 km
– Maximum rate of fire: 8 – 10 rpm
– Elevation range: – 4 to + 80 degrees
– Traverse range 360 degrees
– Ammunition Main gun: 70 rounds
– Engine: UTD-29 diesel
– Engine power: 500 hp
– Maximum road speed: 70 km/h
– Amphibious speed on water: 10 km/h
– Range: 600 km
Menurut list daftar belanja dari Kemhan, Korps Marinir akan kedatangan 18 unit Vena.
Terima kasih untuk update informasinya mas @Deano 🙂
Setahu saya, awal kesengseman Marinir dengan ranpur Rusia terkait kesediaan Rusia menyediakan peralatan militer saat Trikora, dan sesuai info ranpur Rusia tergolong bandel. Sehingga tidak heran jika Marinir cinta mati. Sebelumnya pernah didatangkan tank amphibi medium dari Perancis, tapi menurut pihak Marinir sangat ringkih untuk diajak manuver ekstra. Dan pastinya pihak marinir bisa melihat mana yang saat ini lebih Ok untuk kelas tank amphibi medium. Jadi bukan masalah lebih favorite ke Rusia. Disamping itu kita juga sama-sama tahu, jangan sampai pembelian ranpur nantinya dikaitkan dengan embargo jika tidak sejalan. Kalau untuk urusan ini hampir dapat dipastikan Rusia tidak pernah melakukan. Patut dicatat untuk BMP 3 saat ini paling unggul dikelasnya, dan Korsel yang boleh dibilang duplikat AS di asia juga ikut membeli.
@bandhu & @suteknp
Krn marinir kita masih cinta mati dgn tracked wheel platform. NATO sdh lama meninggalkan tracked wheel platform buat marinir & menggantikannx dgn tyre wheel platform sprt Terrex, AV8, Panhard 8×8, Stryker dll dgn alasan lbh cepat & mobile, lbh murah biaya perawatan serta lbh aman thd ranjau.
Disisi lain dokttrn marinir NATO trkini jg sdh meninggalkan kebutuhan akan self propeled mortar, self propeled howitzer, IFV w/t cannon ala BMP3F dimana kini digantikan oleh heli serang sprt Apache, Cobra, Tigre, Mangusta, Fennec, MD500 dll krn lbh presisi. Ini alasan memgapa negara2 NATO lbh memilih LHD tdk sprt kita yg masih setia dgn LPD, LST, LCH, LCT dll
Marinir —> Semper fi – Semper fidelis.