20 Tahun Beroperasi, Angkatan Darat AS Pensiunkan Pesawat Mata-mata MARSS QRC
|Setiap matra (angkatan) pada dasarnya membutuhkan peran intelijen untuk misi pengintaian hingga pengumpulan data guna menunjang operasi. Tak terkecuali di matra darat, seperti Angkatan Darat Amerika Serikat (US Army) yang tak ingin kalah unggul dalam misi Intelligence, Surveillance and Reconnaissance (ISR).
Dan seiring berkembangnya kemampuan drone intai MALE/HALE, ada kabar bahwa US Army akan memensiunkan armada pesawat ‘spy plane’ intai taktis Medium Altitude Reconnaissance and Surveillance System (MARSS) Quick Reaction Capability (QRC). Setelah bertugas selama 20 tahun, pesawat intai dari platform Beechcraft King Air 300 itu akan dipensiunkan secara bertahap. Dikutip dari defence-blog.com (30/1/2022), US Army kini sedang bersiap untuk secara resmi mempensiunkan MARSS QRC.
Pesawat terakhir saat ini berada di Continental United States (CONUS) guna menjalani de-modifikasi untuk melepas semua peralatan ISR. Pesawat akan secara resmi pensiun dari dinas militer AS pada Maret 2022. AD AS telah mengungkapkan bahwa mereka telah menghentikan misi dari tiga pesawat terakhir MARSS Quick Reaction Capability pada 30 September 2021.
Debut MARSS QRC dimulai dengan MARSS 1 yang mendukung US Southern Command (SOUTHCOM) pada awal 2000-an, Direktur Proyek Sensors-Aerial Intelligence (PD SAI) membangun 20 unit pesawat MARSS untuk mendukung misi intelijen, pengintaian, dan pengawasan udara (ISR) dengan penyebaran ke lokasi di seluruh dunia. Pesawat MARSS menawarkan dukungan pada US Army Intelligence and Security Command (INSCOM) dan US Special Operations Command (SOCOM) di US Central Command (CENTCOM) serta misi penjaga perdamaian di US European Command (EUCOM).
Dimodifikasi dari pesawat komersial King Air 300, sejak 2009, tiga pesawat terakhir memberi SOCOM dukungan operasional untuk sekitar 90 misi per bulan yang menghasilkan lebih dari 130.000 jam terbang pada saat mereka pensiun.
Meski kelengkapan sensor pada MARSS QRC berubah selama 20 tahun pengabdian, namun dapat dipastikan bawha kemampuan utama pesawat ini adalah untuk menjalankan misi signals intelligence (SIGINT), full-motion video (FMV) dan high resolution imagery (HRI) sensors. Lebih detail, army.mil merinci beberapa perangkat yang ditanamkan pada MARSS QRC, di antaranya Vehicle and Dismount Exploitation Radar (VaDER).
Baca juga: Beechcraft King Air 350i – Pesawat Turboprop VIP dengan ‘Reputasi’ Intai Maritim
Dengan basis King Air 300, maka pesawat ini diawaki dua orang dan dapat membawa 11 penumpang. Namun berapa konfigurasi awak pada MARSS QRC masih dirahasiakan. Ditenagai dua mesin turboprop Pratt and Whitney PT6A-60A, pesawat ini punya kecepatan jelajah 570 km per jam dengan kemampuan terbang sejauh 3.400 km dan beroperasi di ketinggian maksimum 10.668 meter. Di lingkup TNI AL, King Air 300 juga dioperasikan oleh Puspenerbal, yaitu sebagai pesawat angkut VIP/VVIP. (Gilang Perdana)
ngomong2 soal f15….kemaren kalau ga salah, f15 jepang di katakan hilang…uuwwaaahhh
Kalau diberikan untuk hibah tidak akan menolak 🤣
USA, mau buat apapun bisa. Kalo alutsistanya udah tua tinggal diganti. Rusia, jangankan bangun alutsista, buat maket aja langsung ditawari biar ada yg mau beli. Buat kaprang 1 biji aja butuh 7 tahun, USA nih 7 tahun udah jadi 8 Arleigh Burke class. Gak lebih dari 1,5 tahun udah jadi, paling lama juga 2 tahun.
Buat yg komen F-15 Israel bisa terbang dg 1 sayap disebut cacat, coba ente baca-baca lagi ceritanya di web militer Barat macam TNI, Popularmechanics, The Drive atau yg lainnya biar paham. Pespur cuman 1 sayap masih bisa terbang balik ke pangkalan setelah kecelakaan. Coba kayak pespur Rusia, yg ada cuman meledak sendiri kayak gini
https://youtu.be/Yh-kuztsE1s
Hhhhhhhhhh