18 Mei, Saab Siap Luncurkan The Smart Fighter Gripen NG
Pada 18 Mei 2016, atau tepat bulan depan, Saab pabrikan pesawat dan senjata asal Swedia akan menggelar hajatan besar terkait eksistensi jet tempur JAS Gripen. Dengan mengambil tema “The Gripen Evolution,” Saab di kota Linköping secara resmi akan meluncurkan varian terbaru dari keluarga Gripen, Gripen NG (Next Generation) di hadapan publik dan pengamat militer internasional. Menyandang label ‘Next Generation,’ Saab memberi beberapa sentuhan baru dalam adopsi teknologi pesawat tempur terbaru.
Baca juga: Saab: Satu Tahun Setelah Kontrak, Jet Tempur Gripen Sudah Bisa Dikirim ke Indonesia
Tak seperti halnya peluncuran produk otomotif yang kerap menyajikan misteri desain dan spesifikasi hingga tanggal peluncuran, sebaliknya Saab sejak beberapa bulan lalu telah merilis foto Gripen NG dalam balutan warna loreng abu-abu matrix. Bahkan, Gripen NG terbilang pede dipamerkan dalam beberapa event, tapi perlu dicatat, Gripen NG yang diperlihatkan sebelum 18 Mei 2016 adalah bentuk full mockup.
Apa yang menarik dari Gripen NG? Secara umum Gripen NG adalah pengembangan lebih lanjut dari varian Gripen C/D yang kini eksis dioperasikan sejumlah negara. Nantinya Gripen NG juga akan didapuk dengan sebutan Gripen E/F, jenis E menandakan jenis kursi tunggal, sedangkan jenis F menandakan kursi tandem untuk kebutuhan fungsi latih tempur. Secara umum, Gripen NG masih mengadopsi desain jet tempur single engine dengan sayap delta, lenkap berikut canard di bagian depan.

Baca juga: Gelar Satu Skadron Gripen Ke Pangkalan Aju, TNI AU Hanya Butuh Satu C-130 Hercules
Baca juga: GlobalEye – Sistem Radar AEW&C Multimode dengan Extended Range dari Saab

Dalam situs resminya, Gripen NG disebut mengedepankan teknologi masa depan Network Centric Warfare (NCW) yang menjamin fleksibilitas dalam menjalankan misi multirole fighter. Adanya NCW dapat memaksimalkan dukungan jalur komunikasi antar jet tempur dan komunikasi ke ground. Isu data link yang kerap menjadi masalah di pesawat tempur, dijawab Saab dengan hadirnya dual data links, satellite communications dan video links. Konsep ini menjadikan Gripen NG dapat beroperasi lebih independent dalam beberapa moda operasi udara.
Baca juga: PIRATE – Penjejak Target Berbasis Elektro Optik di Eurofighter Typhoon dan JAS 39 Gripen
Baca juga: Radar AESA – Absen di Sukhoi Su-35, Hadir di Eurofighter Typhoon dan F-16 Viper
Dari sisi persenjataan, Gripen NG sanggup meluncurkan rudal Meteor, AIM-120 AMRAAM, varian Sidewinder dan beragam jenis rudal jelajah ke permukaan. Sokongan dari elemen sensor terdiri dari radar AESA, sensor pasif IRST, avionic digital mutakhir, helmet mounted display (HMD), night vision goggles (NVG), next generation data processing, dan sistem navigasi dengan teknologi terbaru.
Sampai saat ini, populasi Gripen terus berkembang. Tercatat pengguna terbesarnya adalah AU Swedia (100 Gripen C/D dan dalam proses pemesanan 60 Gripen E), Ceko (14 Gripen C/D), Hungaria (14 Gripen C/D), Afrika Selatan (Gripen C/D), Thailand (12 Gripen C/D), Inggris, dan Brazil (36 Gripen E/F dalam proses pesanan).
Baca juga: Melihat Skema Combat Radius (Calon) Jet Tempur Baru TNI AU
Lebih lanjut tentang Gripen NG, termasuk peluangnya memperkuat TNI AU, tentu lebih pas diungkap pada 18 Mei mendatang, pasalnya Saab tak lagi menghadirkan Gripen NG dalam wujud mockup. Racikan sistem senjata dan teknologi pendukung Gripen NG akan dipaparkan detail pada bulan depan. Dan bila tak ada aral melintang, Indomiliter.com akan meliput langsung peluncuran Gripen NG dari Swedia. Stay tuned yah! (Haryo Adjie)
Spesifikasi Gripen NG
– Length: 15,2 meter
– Width: 8,6 meter
– Maximum take off weight: 16.500 kg
– Maxumum thrust: 98 kN
– Hardpoints: 10
– Maximum speed: Mach 2 (supercruise)
wow….. pesawat masa depan indonesia kah? seandainya benar indonesia membeli tentu swedia tidak segan2 membagi pengetahuan dalam membangun jet tempur ini, sekaligus mampu menjadi pijakan dalam pengembangan IFX Kedepannya… faktor cost, coverage area, radar, persenjataan dan kemampuan datalink yang mumpuni mampu menjadi nilai lebih pesawat ini untuk menjaga langit indonesia…
@admin
Mantap nih yang mo ke swedia, oom titip majalah “Naval Forces” dong…nanti diganti wes (diganti ucapan terima kasih)
Mas @Lesus, majalah Naval Forces cari second nya aja, banyak dan bisa ditawar 🙂
@admin
Tau carinya dimana oom,,,soalnya
yang disenen paling baru taun 2013.
Itu juga yang biasa nyetorin majalahnya nggak datang-datang lagi (mungkin udah kaya…?)
Coba di basement Blok M Square, tapi ya nggak bisa janji untuk edisi baru.
@admin
Oom penasaran nih…gripen NG bisa terbang supercruise hingga 2 mach. Essential loadnya apa saja dan bisa terbang supercruise berapa menit?
Kalau jenis load senjata dan berapa menit, belum ada infonya mas. Tapi nampaknya kecepatan itu bisa dijabani dalam moda air to air mission.
berhubung indonesia luas.. jika beli saab gripen minimal langsung 5 skadron yah tni au .. pesawat nya mungil soalnya.
Ngak perlu, cukup taruh di Natuna 2 biji dan Biak 2 biji, Lanud Sebatik 2 biji, gantian dengan home base Iswahyudi
Keistimewaan Gripen karena bisa Take-Off dan Landing di landasan cuma 600 – 800 meter. dan ngak perlu bawa maintenance yang rumit rumit, APU nya pun sudah build in, bisa pakai PLN atau Diesel Engkolan
kalau dikasih cuman 2 biji itu sih home base sementara.. kru darat nya yg repot jika hrus ngurus cuman 2 biji doank . paham kn sayang
kok banyak komponen amrik sama inggrisnya ya? Itulah yang membuat gripen males dilirik petinggi AU. Mendingan beli MIG 35 katanya.
Mig35 itu pespur busuk. Range & daya angkut senjata kalah dari Gripen dgn ongkos BBM lbh gede drpd Hornet.
Mig35 sdh ditawarkan ke kita tp TNI AU tdk prnh tertarik. JF-17 msh lbh baik drpd Mig35
Satu lagi (nambahin [email protected]),,,
Mig-29/35 terkenal dg jejak asapnya yang bisa dilihat dari jarak jauh (bisa dilihat videonya diyoutube)
Suka bgt sama pesawat satu ini, gripen. Tp koq mahal bgt ya? Setara pesawat kelas berat.
Tapi operational cost per hour nya paling rendah 🙂 Mungkin artikel ini bisa jadi referensi http://www.indomiliter.com/inilah-dilema-pengadaan-jet-tempur-acquisition-cost-vs-life-cycle-cost/
mig-35 mengandalkan rd-33mk yg berbasis mesin mig-29 namun turbin blade mesin dirancang ulang sehingga daya mesin terdongkrak dan sistem pembakaran lebih baik sehingga rd-33mk tidak mengeluarkan jejak asap kehitaman seperti pada rd-33 di mig-29.
hal ini jg terjadi di f-4 phanto yg pake mesin general electric j79 yg mengeluarkan asap kehitaman
hanya mengutip salah satu pernyataan bahwa cukup repot TNI memilih Gripen tdk familiar dgn pespur buatan swedia. kalo masalah rawan embargo AS, gripen tetap rawan krn sebagian komponennya merupakan lisensi produk AS yg masuk ITAR (international traffic in arms regulations) dimana AS mengontrol penuh transfer item2 yg masuk klausal undang2 tersebut.
pespur lain pun rawan embargo, baik buatan barat maupun buatan rusia sendiri
Lha KFX/IFX kan sama aja. Apalagi F-16 yg udah jelas2 dibawah langsung pengaruh AS.
Yg penting seandainya kita beli Gripen, ada nilai tambah buat pengembangan riset & produksi. Sekarang SaaB udah kerjasama riset & pendidikan dengan banyak lembaga di Indonesia. Moga2 kita beneran diajarin produksi sendiri seandainya beli banyak secara ketengan. Kayak C-212, Puma, Bolkow, Bell, dll
Tapi yg paling penting lagi itu soal Network Centric Warfare.
Oia, jet penumpang Sukhoi juga banyak komponen baratnya lho 😀
Justru 80% avionik & elektronik Su35 dipasok oleh Israel bhkn perangkat penting pd radar Irbis E yaitu microwave plate jg dibikin di negeri zionis tsb. Rusia cuma merakit & mengkustom disesuaikan dgn sistem & doktrin pertahanan mereka yg sgt brbeda dgn NATO
@Fury
Ada Harga ada Barang
MiG-29 malaysia umurnya baru 15 tahun, sudah ngak betah ingin dipensiunkan.
Kalah jauh dengan F-16A/B TNI yang sudah berumur 27 tahun, tetap dipakai terus sampai 2030 (40 tahun lebih)
Ngapain Mig-35? Itu pesawat gak jelas pengembangannya.
Lagian keluarga Mig-29 sendiri (dan Mig-35 termasuk keluarga Mig-29) juga pespur yang gak recommended banget (terutama jejak asap jetnya sering keliatan (copy dari bang ayam jago))
Pameran dirgantara TNI AU yg berakhir tgl 17 kemarin, spanduk SAAB terpampang di pagar , getol juga nih SAAB nawarin ke TNI AU….tp sayang di dalam tdk ada stand/both nya, hhhaaaa…..
Oh itu bukan nawarin mas, tapi diminta panitia buat jadi sponsor acara itu 🙂
keuntungan y apa klo cma jd sponsor aj.klihatan y tni udah pesen ni pesawat.
Saya hanya mengulangi pernyataan sblmnx bhw Gripen NG mengincar 5 skuadron pespur utk workhorse yg rencananya ditempatkan di Kupang, Manado, Biak, Tarakan & Pontianak dgn pesaingnx adlh Typhoon, Viper, JF17. Pengadaan 5 skuadron jelas lbh gede drpd cuma skuadron pengganti F5 Tiger.
Bgmn kans Su35? Su35 tetap sbg kandidat terkuat pengganti F5. Tp tetap saja pembelian Sukhoi kelak cuma untuk mengganti Sukhoi. Su35 tdk masuk kedalam persyaratan untuk 5 skuadron tsb yg menuntut low cost operational serta ToT yg lbh besar drpd pengadaan pespur sblmnx
Ssmoga pemerintah mau belajar dr Thailand, transisi ke Gripen bisa berjalan mulus. Thailand juga punya radar airborne Erieye, sehingga semua terintegrasi bagus, jangan seperti sekarang yang kebanyakan vendor merek senjata. Ujung2nya high cost, ToT pun tidak dapat. Sekali lagi Thailand bisa beli ngeteng pun, ToT dapat bagus dr Swedia.
Susah kalau berhubungan dengan “Fulus” atau “Isi Dompet”
Yang dicari adalah tawaran “Yang Penting Bisa Diatur”
@jangkrik
Itu dulu bang….dulu, sekarang saya melihat yang berbeda.
Pemerintah tampaknya mengerem nafsu belanja tanpa perencanaan yang benar. Seandainya hanya menuruti nafsu belanja,,,pastilah sudah terbeli yang namanya sukhoi-35 dan beriev
Ada kerinduan besar untk bsa segera melihat pespur buatan dalam negri..walaupun cuma pesawat latih atau bahkan sekedar prototype skalipun..selama ini qt sudah berasil membuat senjata personel, munisi, tank, pesawat, heli, radar, kapal dll..saya yakin qt pasti bisa asalkan ada suport yg nyata dan maksimal dri semua pihak.
Pengadaan Gripen buat 5 Skadron udah termasuk gede itu. Kecil-kecil udah bisa gotong Meteor sama AMRAAM pula. Mendarat di jalan tol atau jalan raya aja jadi lumrah sama Gripen :3
Bahkan Lanud Tipe B pun bisa layanin Gripen (mohon koreksi kalo salah)
*mulai ngayal Gripen mendarat di Tol Jagorawi :3
Kalo mesin jet’y 2 lebih bagus lg! Sayangnya hanya satu mesin jet.’y!
perlu perombakan dari SABB
Nih pswt emang bagus, jeleknya cuma satu : embargo
banyak larangannya, nembakin OPM langsung embargo
nembak mati bandar narkoba, langsung embargo
ribeeeet..!!
@mbah moel
Alhamdullilah kebanyakan pengedar narkoba bukan WN swedia…yg buat nembakin OPM sudah ada Tucano.& heli
Ehh…tapi sekarang Bang Yos lebih seneng silaturahmi daripada ngebom-ngebom (…tapi itu buat kelompok yang mau diajak dialog ajah)
Wah rame sma sales sewdia nich, buat sales papa bruang wait and see tunggu kesmpatan bagus untuk memblikan keadan, semangtttttt!!!!
Nunggu teken kontrak SU-35 bulan April ini.
Kalo nggak nunggu bulan depannya.
Kalo nggak, bulan depannya lagi.
Belum teken juga, berharap bulan berikutnya.
Begitu terus.
Lama2 kayak Kilo. Udah heboh masuk kalender, eh yg jadi CBG.
XD
bungkus ini deh, bikin 3 skadron aja dulu buat gantiin hawk
trus hawk digeser buat TNI AL atau buat nangkepin black flight di wilayah papua aja