152mm/57 – Meriam Maut Andalan KRI Irian
|
Belum lama ini di bioskop diputar film “Battleship” yang dibintangi aktor kawakan Liam Neeson. Sesuai tradisi Hollywood, film tersebut nampak menghadirkan efek animasi peperangan laut yang spektakuler. Salah satunya dengan menampilkan adegan USS Missouri yang berkali-kali melepaskan tembakan meriam kaliber 410 mm (60 inchi) ke armada alien.
Baca juga: Ini Dia! Sisa Peninggalan KRI Irian
Tulisan ini bukan bermaksud mengulas seputar alur cerita film fiksi tersebut,tapi ada yang menarik diperhatikan dari sisi alutsista yang terlibat, tak lain adalah USS Missouri (BB-63), sebuah kapal penjelajah berat milik US Navy, veteran perang Dunia Kedua yang sejak 1992 sudah dipensiunkan, dan kini menjadi museum terapung di Pearl Harbor, Hawaii. Penjelajah dengan bobot 45.000 ton ini memang punya muatan sejarah panjang, salah satunya sebagai saksi bisu penyerahan Jepang atas sekutu pada 2 September 1945.
Lain dari itu, USS Missouri cukup termasyur dengan keberadaan meriam super heavy 16 inchi Mark 7 gun 50 kaliber 406 mm. USS Missouri memiliki 3 kubah (turret) meriam 16 inchi, jadi bila ditotal ada 9 laras meriam kaliber raksasa ini yang siap melumatkan kapal perang lawan. Dengan jangakauan hingga 38 Km, meriam ini mampu mengkandaskan destroyer dengan sekali tembakan, bahkan tak jarang meriam tambun ini digunakan untuk bantuan tembakan ke pantai, seperti terjadi saat Missouri mendukung pendararatan pasukan amfibi di Iwojima dan Perang Teluk.

Nah, daya libas dengan memanfaatkan meriam besar memang menjadi sebuah daya deteren bagi armada angkatan laut. Seperti pada masa Trikora, Indonesia pun mempunyai penjelajah KRI Irian yang amat ditakuti kala itu. KRI Irian dengan bobot 16.000 ton mempunyai beberapa senjata andalam yang mampu membuat nyali lawan ciut, ini tak lain berkat adanya meriam kaliber 152 mm/57 B-38 Pattern.
Memang tak sesangar kaliber meriam di USS Missouri, tapi KRI Irian memuat 12 laras meriam kaliber 152 mm, dan lawan yang dihujani tembakan proyektilnya akan kandas, meskipun kelas kapal induk Karel Doorman milik AL Belanda sekalipun. Lebih dalam tentang meriam ini, di KRI Irian (Sverdlov class) dilengkapi dengan 4 turret meriam kaliber 152mm, dua turret di sisi haluan dan dua di buritan, masing-masing turret terdiri dari 3 laras yang dioperasikan secara manual dengan pemandu tembakan lewat giroskop.
Meriam 152 mm ini dirancang Uni Soviet sejak 1938 dan mulai digunakan paska perang Dunia Kedua (1949). Tak hanya armada penjelajah kelas Sverdlov yang kebagian meriam ini, tapi juga digunakan pada kapal perang Uni Soviet kelas Sovetskii dam Chapaev. Selain ukurannya yang besar, bobot alutista ini pun serba wah, larasnya punya berat 17,5 ton dengan panjang mencapai 8,9 meter. Itu baru bicara laras, untuk tiap kubah (turret) yang menaungi 3 laras beratntya mencapai 145 ton.

Untuk urusan daya hancur, meriam ini punya jangkauan tembak yang spektakuler, misalnya untuk elevasi 48 derajat dengan amunisi 55 Kg, jangkauan bisa mencapai 30,1 Km. Sedangkan bila menggukan elevasi 45 derajat, jarak tembak menjadi 23,4 Km. Jenis proyektil yang ditembakkan bisa beragam, mulai dari HE (high explosive), distance granade, AP, dan semi-AP mod. Karena masih dioperasikan secara manual, kecepatan tembak per menitnya masih rendah, yakni maksimum 7 amunisi untuk tiap menitnya.
Menurut keterangan dari mantan awak KRI Irian, LetKol Laut (Purn) Jaja Surjana, latihan penembakkan merian kaliber 152 mm cukup kerap dilakukan, diantaranya dengan mengambil sasaran di sekitar gugusan pulau kecil di laut Jawa.
Baca juga: Bofors 120mm – Meriam Kaliber Terbesar di Kapal Perang TNI AL
Sayangnya ketika KRI Irian harus di scrap pada tahun 1972, tidak ada lagi kelanjutan ceritanya, diketahui meriam super jumbo ini ‘dipreteli’ sebelum kapal dibawa pergi. Meriam kaliber 152 mm adalah kenangan sejarah yang tinggi bagi alutsista kapal perang TNI AL. Pasalnya hingga saat ini TNI AL belum lagi mempunyai meriam dengan kaliber sebesar itu.
Saat ini rekor meriam dengan kaliber terbesar untuk kapal perang TNI AL dipegang oleh KRI Fatahillah, KRI Malahayati, dan KRI Nala yang mengusung meriam Bofors kaliber 120mm. (Haryo Adjie Nogo Seno)
Admin, mo tanya, kenapa kapal2 sekarang jarang pake meriam2 kayak gini? padahal lebih sangar dan lebih banyak stok sekali jalan ketimbang rudal2 hanya bisa dibawa sedikit dan lebih mahal dan bila kena jammer bisa macet, contoh, di film Battleship itu aja akhirnya pake kapal tua dengan meriam gambot untuk kalahin EMP musuhnya…. heheheheeee….
Ada beberapa alasan, diantaranya soal bobot dan fleksibilitas. Penggunaan meriam2 tambun otomatis mempengaruhi bobot dan manuver kapal. Meriam2 ukuran besar pun butuh ruang amunisi yang cukup besar dengan perlakuan yang khusus untuk maintenance.
tuh liat india,beli pesawat tempur aja sampai 125,rafale lagi…tapi tetap aja adem ayem,gak kyak sebagia orang indonesia.beli barang rongsokan aja,terus lrinya kesejarah melulu
Org india itu banyak yg vegitarian mas makanya pd kalem.klo org kita banyak makan uang haram makanya gacor smua mulutnya he he he.mereka banyak beli pesawat karena gak pede sama pakistan yg pilotnya lebih terlatih.jadi perkiraan mereka 1 pesawat pakistan baru jatuh kalo di keroyok 3 pesawat india.padahal pesawat pakistan kebanyakan buatan cina.belum battle proven.pakistan yg kekuatan militernya cuma sepertiga india tampaknyya gak takut menantang tuh tuan takur.apa artinya?bkn alutsista seabrek ukuran suatu negara menang perang tp seberapa cinta rakyatnya pada negara dgn indikator mencintai sejarahnya,seperti vietnam yg terkenal dgn tradisi keprajuritannya
kenyataannya sejarah hanya tinggal kenangan yg sudah karat.yg dulu gak usah di ingat melulu,negara lain udah gak takut sama sejarah lama.buktinya ruang udara dan perairan NKRI sering kecolongan alias di lecehkan.yg perlu di fikirkan situasi sekarang bagai mana kekuatan indonesia yg sesungguhnya.mampukah menandingi negara lain.tapi keliatannya mesin perang indonesia,udah tua,yg datangpun barang yg udah gak di pakai.
Yg saya pengin tau, kemana ya sisa2 KRI Irian? Meriam ato telemetri-nya ato rangefinder-nya…
Jawabannya ada di pak haji Sukri, dia pemborong besi bekas di Surabaya. Sebelum KRI Irian dibawa ke LN utk terakhir kalinya, seluruh persenjataanya sudah dipreteli terlebih dahulu. Bila ada rekan2 yg punya info lain, mungkin bisa share informasi disini. Thanks
indonesia bisanya main besi tau aja, sesuatu yg mengandung nilai sejarah harusnya di lestraikan