Tata Kestrel: Platform Rujukan Untuk Pengembangan Rantis 8×8 Pindad
Adanya kompetisi tak lantas menutup pintu untuk saling berkolaborasi, begitu juga dalam industri pertahanan, munculnya rantis MRAP (Mine Resistant Ambush Protected) Sanca adalah buah dari kolaborasi PT Pindad dan Thales Australia. Saat Australia berkepentingan untuk memasarkan produknya ke Indonesia, maka ToT (Transfer of Technology) mutlak digulirkan, maka jadilah sosok Sanca yang tak lain adalah rantis Bushmaster 4×4 versi Indonesia. Nah, model kolaborasi bisnis serupa berpeluang diterapkan PT Pindad dalam mengusung platform rantis (panser) 8×8 untuk kebutuhan TNI.
Baca juga: PT Pindad Kembangkan Rantis Bushmaster Versi Indonesia
Setelah pasar rantis 6×6 berhasil ‘dikuasai’ oleh varian Anoa, maka selanjutnya ada peluang untuk memasok rantis 8×8 produksi lokal. Maklum, segmen rantis 8×8 selain masih kecil, juga masih dipasok dari luar negeri. Tercatat saat ini hanya Resimen Kavaleri Korps Marinir yang menggunakan rantis amfibi 8×8, yakni BTR-80 dan BTR-4M. Lain dari itu ada kabar dari Indo Defence 2016 bahwa Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI telah memesan rantis Pandur II 8×8 dari Republik Ceko.
Baca juga: Pandur II 8×8 – Pilihan Baru Pelengkap “Gado-Gado” Ranpur TNI
Baca juga: Gelombang Pertama BTR-4M Tiba di Indonesia
Dari sisi implementasi, untuk membangun rantis dengan rancangan sendiri (lisensi sendiri – seperti Anoa dan Komodo) tentu butuh waktu riset panjang, sementara pasar mungkin tidak bisa menunggu. Melihat dari model kolaborasi antara Thales Australia dan Pindad, maka ada sinyal kuat bahwa Pindad akan berkolaborasi dengan Tata Motors Limited untuk membangun rantis 8×8 di Indonesia. Karena sudah ada penandatanganan nota kesepahaman (MoU) diantara kedua perusahaan saat Indo Defence 2016, maka bisa disebut rujukan platform akan menggunakan panser amfibi 8×8 Kestrel.
Meski tak didatangkan dalam Indo Defence 2016, namun Kestrel menjadi satu diantara tiga unit rantis yang ditawarkan Tata untuk Indonesia. Dua rantis tersebut adalah truk LPTA 2038 6×6 dan LPTA 715 4X4, yang kebetulan kedua truk ini dihadirkan dalam demo statis di Indo Defence 2016. Gaung Kestrel yang akan dilirik Pindad untuk rantis 8×8 semakin kuat saat kunjungan Kenegaraan Presiden Jokowi ke India, 12 – 13 Desember lalu.
Baca juga: Tata LPTA 2038 – Penantang Baru di Kelas Heavy Truck 6×6
Seperti dikutip dari Antaranews.com (13/12/2016), Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose yang ikut dalam rombongan Presiden mengatakan pihaknya telah menandatangani nota kesepahaman dengan Tata Motors, anak perusahaan Group Tata di India untuk bekerja sama dalam hal perakitan kendaraan angkut militer dan komersial. “Kerja samanya mulai dari pengembangan desain, riset penjualan, dan kerja sama perakitan dan pemasaran untuk pasar Indonesia dan Asean. Untuk kendaraan militer berupa panser sejenis Anoa yang berukuran 8X8 dengan persenjataannya,” ujarnya.
Kestrel 8×8
Siapa sebenarnya Kestrel 8×8? Harus diakui namanya masih asing dalam jagad alutsista internasional. Kestrel sejatinya dibangun untuk kebutuhan militer India yang harus mengganti rantis dari keluarga BMP asal Uni Soviet yang telah menua. Dalam mengembangkan Kestrel, Tata menggandeng Defence Research and Development Organisation (DRDO). Dari segi usia, Kestrel ibarat bayi yang baru lahir, pasalnya rantis dengan platform APC (Armored Personnel Carrier) ini resmi diproduksi pada tahun 2014.
Baca juga: BTR-80A – Monster Amfibi Korps Marinir
Varian utamanya yakni APC, dapat membawa 10 pasukan, dan awak Kestrel 2 orang. Oleh pabrikannya, Kestrel 8×8 disebut sebagai amphibious armoured vehicle platform, karena panser ini dilengkapi propeller yang terintegrasi di bagian belakang. Dirancang dengan desain modular, Tata menyebut bahwa Kestrel dapat dipasangi beragam jenis senjata pada kubahnya. Sampai saat ini Tata menawarkan Kestrel dalam varian APC, ambulance, IFV (Infantry Fighting Vehicle), NBC Recce, Command Post dan Engineer Vehicle.
Baca juga: Panhard EBR – Ranpur Berkemudi Ganda Kavaleri TNI AD
Bicara tentang proteksi, Kestrel juga mengacu pada konsep modular, ini artinya Kestrel dapat disiapkan dengan standar lapis baja mulai STANAG 4569 level I sampai level IV, tergantung pada pilihan aplikasi yang digunakan. Karena ada tawaran standar lapis baja yang berbeda, maka bobot Kestrel ada pada rentang 22.5 ton sampai 26 ton. Belajar dari model BVP-2, pengemudi dan komandan mempunyai roof hatches sendiri-sendiri, sehingga lebih menjamin keselamatan. Sementara untuk pasukan, tersedia pintuk rampa dan roof hatches.
Untuk dapur pacu, Kestrel mengusung mesin diesel dengan kekuatan 600 HP. Kecepatan maksimum saat di jalan mulus mencapai 100 km per jam, sedangkan saat berenang hingga 10 km per jam. Sebagai kendaraan tempur, ban telah menggunakan run flat dengan teknologi CTIS (Centra Tire Inflation System) yang mampu menambah atau mengurangi tekanan angin pada tiap ban hanya dengan sentuhan jari pada tombol kemudi. Panser ini dapat menyeberangi parit dengan lebar 2 meter, dan hambatan vertikal setinggi 0,7 meter. Kestrel punya radius putar 19 meter. Dari spesifikasinya, Kestrel punya panjang 7,8 meter, lebar 2,95 meter dan tinggi 2,28 meter.
Baca juga: Kongsberg M153 Protector – RCWS Multi Kaliber dengan Integrasi Rudal Anti Tank Javelin
Sebagai varian tercanggih, Kestrel IFV ditawarkan dengan kubah Protector MCT-30R buatan Kongsberg. Sistem kubah tersebut juga sudah terintegrasi dengan M151 RCWS (Remote Control Weapon System) station. MCT-30R adalah kanon dengan kaliber 30 mm, sementara M151 RCWS mengadalkan platform SMB (Senapan Mesin Berat) kaliber 12,7 mm. Melengkapi sistem senjata, pada kubah juga terdapat senapan mesin coaxial kaliber 7,62 mm. Tidak itu saja, racikan senjata pada kubah juga masih bisa ditambah dengan dua peluncur rudal anti tank Javelin. PT Pindad sendiri sebelum ini telah memiliki kemitraan dengan Kongsberg dalam implementasi RCWS. Sebagai rantis yang baru dirilis, Kestrel sudah dilengkapi NBC protection system, day/night vision, communication UHF/VHF/HF, Inertial Navigation System dengan GPS. (Haryo Adjie)
Tata + Anoa = TataNoa
kelihatan gurih
Sangat lucu bila tni au dan tni al masih minim ranpur untuk perang di saat yang sama tni ad terus diperkuat alutsista baru mengingat indonesia negara maritim, point saya adalah tank mbt butuh kapal untuk mobilisasi antar pulau bagaimana bila di tengah jalan di intercept kapal selam? Asw kita tergolong minim mencover seluruh operasi mobilisasi antar pulau
soalnya alutsista darat lebih murah dan lebih mudah diserap TOTnya dari pd alutsista matra lain
Bertahap bung, makanya ada MEF, semua butuh uang bukan ? Kita bukan negara kaya
Alutsista yang paling murah adalah untuk TNI-AD
Kapal dan Pesawat Tempur adalah barang super mahal, Merawatnya justru lebih mahal lagi, dan menjalankannya tambah mahal lagi
mana Canggih dengan pandur dan terrex
Radius putar 19 meter terlalu besar. Pars 8X8 Turki aka gempita Malaysia cuma 8 meter. Manuver Kestrel ini payah 🙁
ukurannx memang kegedean utk ukuran panzer 8×8. wajar karena kestrel sndr panzer 8×8 dsain indihe sndiri.
brbeda jauh dgn turki yg pengalaman membangun panzer 8×8 sjak thn 1980an bhk kini ada 3 perusahaan yg bersaing & punya kapabilitas andal satu sama lainnx yaitu aselsan, fnss & otokar
Masih MoU, belum tanda tangan kontrak, tentunya Pindad akan berfikir jauh kedepan.
Berharap ntar ada desain ulang dari PINDAD…besar banget itu kestrel..bentuknya jg nggk enak dilihat
Mungkin ada rencana mengawinkan tata kestrel dengan pandur sehingga muncul spesies baru. Sebagaimana dulu mengawinkan anoa dan tarantula, sehingga muncul Badak
Kita blm tau sama pandur kita dpt tot apa bro
Ungkapan lagu “to much love can kill you’ mungkin ada benarnya juga.. pemerintah harus fokus dan selektif dlm pengembangan 8×8. Ada BTR4 dari ukraine, pandur 2 ceko, & tata india. Jgn smpe tersegmen2 lg pembelian ini. Tapi klo suruh ambil basic pengembangannya mendingan pandur 2 yg sdh terbukti. India msh dlm pengembangan.. kempuannya jg masih d bawah level gempita ato terrex..
kerja sama dengan india bukan untuk bikin kestrel namun IFV 8×8 yang baru, beli pandur dan BTR4 cuma untuk dioprek dan diambil yang bagusnya untuk IFV 8X8 yang baru, masalah armor masih tetap pindad yang bikin bukan tata.
Tuku pandure piro tah? Lek’e mung sithik apa ya gelem pabrikan nge’i tot? Seje maneh lek’e tuku rong atusan. Yo gelem2 wae.
salam kenal semuanya…hmm kalau dilihat dari desainnya masih meragukan, kenapa tidak ambil boxer j, sekalian meningkatkan kerja sama dengan rheinmetall yang sudah jalan, jadi road map pengembangannya jelas tidak comot sana sini
Pindad ora kuat regone bro, sesuai isi dompet aja
Plusnya :
Murah meriah (indiahe), canggih, tot, ruang lega, 8×8, amphibi, 10 pasukan, senjata banyak (30mm, 12,7mm, 7,65mm, 2 Javelin)
Minusnya :
Belom ngetop, kurang cakep, Bongsor
Kalo harganya 1 pandur = 2 kestrel, gw sich pilih ini…..wkwkwk
Minusnya :
1. Kemampuan manuver yg jauh
lebih buruk daripada 8X8 rivalnya.
2. Proteksi yang tidak unggul.
MODELNYA GEDE KURANG LINCAH DALAM HAL MANUVER, SEPERTI MAIN BATTLE TANK MEREKA. ARJUN.
Kalo pengan murah ya beli becak aja . . Ato sekalian jalan kaki aja , udah gratis dapet bonus sehat . . Inti nya , moga2 beli alutsita negara gak di jadiin lahan korupsi bagi koruptor . .
mendingan kerjasama ama rusia aja buat ngembangin anoa 8×8 amphibious. jadiin btr 80 konsep utamanya. udah terbukti battle proven juga kan ? sekalian mesin sama kubah senjata ngkopi btr terbaru rusia.gi mana ??
@ramses
btr 80/82 dirancang untuk mengakomodir kecepatan & mobilisasi tp protection levelnx cuma setarsl anoa. ditambah harga yg lbh mahal drpd btr-4m. konsep panzer ifv 8×8 ala btr-80/82 sdh usang
tata kestrel dipilih krn platformnx msh biss dikembangkan aplg desain yg msh minimalis. btr 80/82 jg bakalan dpensiunkan menyusul bakal operasionalnx boomerang yg justru mengadopsi desain panzer 8×8 ala nato dgn level proteksi maximum sprt terrex, pandur & pars
pindad salah pilih mitra.