Tantang Kedigdayaan Boeing 737 Series, Airbus A320Neo Siap Terjun Ke Segmen Pesawat Intai Maritim dan ISR

Lepas dari kecanggihan perangkat yang ada di dalamnya, salah satu kunci sukses pemasaran pesawat intai maritim P-8 Poseidon dan AEW&C (Airborne Early Warning and Control System) E-7A Wedgetail adalah pemilihan platform pesawatnya. Dengan basis pesawat narrow body Boeing 737-700/800, negara pengguna akan lebih mudah dalam melakukan perawatan dan ketersediaan suku cadang yang melimpah. Tapi di pasar commercial narrow body, Boeing 737 series faktanya tak melenggang sendiri, dari Eropa ada Airbus A320 series yang populasinya juga sangat besar, termasuk di Indonesia, dan tentunya bersaing keras dengan penjualan Boeing 737.

Baca juga: Boeing P-8 Poseidon – Sang Dewa Laut Incaran Patroli Maritim TNI AU

Secara umum Airbus A320 dan Boeing 737 dirancang dengan spesifikasi yang tak jauh beda, pesawat ini digadang untuk penerbangan komersial regional tujuan jarak dekat dan menengah. Namun dengan sokongan militer Amerika Serikat, adopsi Boeing 737 sudah cukup lama dikembangkan dalam berbagai varian intai. Termasuk yang digunakan oleh Skadron Udara 5 Intai Maritim, Boeing 737-200 yang terkenal dengan radar SLAMMR (Side Looking Airborne Modular Multi Mission Radar) buatan Motorola.

Sementara Airbus A320 dalam berbagai varian terbukti sebagai pesawat komersial yang sangat sukses di pasaran global. Sejak diperkenalkan pada Februari 1987, sampai Januari 2018, Airbus A320 series sudah dibuat sebanyak 8.000 unit.

Berangkat dari besarnya populasi A320 dan ketersediaan fasilitas perawatan yang memadai, pihak Airbus Defence and Space (ADS) mengungkapkan rencananya untuk membangun A320Neo dalam varian intai maritim dan ISR (Intelligence Surveillance & Reconnaissance). Niatan tersebut diungkapkan pertama kali oleh Fernando Alonso, head of military aircraft ADS di perhelatan Singapore AirShow 2018.

Boeing P-8 Poseidon

Airbus A320Neo terbilang generasi terbaru dari keluarga A320. Airbus A320Neo punya keunggulan pada mesin yang modern dan hemat bahan bakar. Soal bahan bakar dikatakan 15 persen lebih hemat dibandingkan Airbus A320 versi sebelumnya, karena bahan bakar lebih hemat maka biaya operasional bisa ditekan sampai delapan persen.

Karena lebih hemat konsumsi bahan bakar, Airbus A320Neo memiliki jarak tempuh yang lebih panjang dan daya angkut yang lebih besar dibandingkan seri pendahulunya. Pihak Airbus memberi pilihan bagi kustomer untuk menggunakan dua jenis mesin yang tersedia, yakni PW1100G yang disuplai dari pemasok mesin Pratt & Whitney dan LEAP-1A dari CFM. Karena menekankan pada keunggulan mesin, Airbus menyebut A320Neo punya tingkat kebisingan lebih rendah 75 persen dari pesawat A320 standar. Di Indonesia, maskapai Citilink dan Lion Air telah menjadi operator A320Neo.

E-7A Wedgetail

Dengan kodrat barunya sebagai pesawat intai maritim, besar kemungkinan A320Neo bakal mengalami penguatan pada berbagai struktur, terlebih bila dipersiapkan untuk menggotong senjata berupa rudal dan torpedo. Dengan basis A320Neo, maka kapabilitas dan kinerja intai maritim dan ISR yang diemban pesawat twin jet ini akan lebih mumpuni dari penggunaan pesawat propeller C-295.

Baca juga: E-7A Wedgetail – Stasiun Radar Terbang Perisai Ruang Udara Australia

Airbus Defence and Space tentu punya perhitungan matang pada rencana ini, mengingat pabrikan yang berpusat di Perancis ini punya pengalaman dalam melakukan konversi pesawat komersial widebody A330 ke platform pesawat MRTT (Multi Role Tanker Transport). Di 2010, ADS diketahui pernah melakukan serangkaian test peragkat Signals intelligence (SIGINT) pada A320. (Haryo Adjie)

9 Comments