RQ-4 Global Hawk: Pertama Kali Mendarat di Asia Tenggara, Membetot Perhatian di Singapore AirShow 2018

Punya bentang sayap lebih lebar dari Boeing 737, menjadikan RQ-4 Global Hawk adalah sosok drone berukuran tambun, bahkan boleh disebut sebagai salah satu UAV (Unmanned Aerial Vehicle) terbesar yang ada saat ini. Dan tatkala drone berbobot 14 ton ini mendarat di Bandara Changi yang padat trafik penerbangan komersial, maka kehadiran Global Hawk seolah menjadi “kado” istimewa bagi para pengunjung Singapore AirShow 2018.

Baca juga: Untuk Pertama Kali, Jet Tempur Stealth F-35B Lightning II Sambangi Asia Tenggara

Seperti halnya jet tempur stealth VTOL F-35B Lightning II yang pertama kali mendarat di Asia Tenggara, maka momen Singapore AirShow 2018 juga menjadi ajang pendaratan pertama Global Hawk di Asia Tenggara. Kehadirannya melengkapi formasi show di pemeran dirgantara terbesar di Asia ini. Bila Wing Loong I/II mewakili maskot drone kombatan (UCAV), maka Global Hawk walau tampilannya lebih sangar, statusnya bukan drone bersenjata, Global Hawk punya role yang serupa dengan pesawat intai strategis legendaris Lockheed U-2.

Global Hawk bukan lagi MALE (Medium Altitite Long Endurance) seperti yang sedang diimpikan Indonesia, Global Hawk justru menyandang status HALE (High Altitude Long Endurance), lantaran drone dengan hidung mirip “Lumba-Lumba” ini mampu terbang di ketinggian 18.000 meter. Ketinggian yang aman dari jangakuan rudal hanud pada umumnya.

Karena menyandang misi intai yang tidak biasa dan di lingkungan yang super ekstrem, Global Hawk mengandalkan dapur pacu berupa mesin jet tunggal Rolls-Royce F137-RR-100 yang mampu menghasilkan thrust 34 Kn. Kecepatan maksimum Global Hawk mencapai 629 km per jam, dan secara fantasis dapat mengudara terus-menerus selama 32 jam. Jarak jelajahnya pun luar biasa, yakni 22.779 km. Karena terbang di ketinggian yang tak wajar, maka pada bagian tangki bahan bakar di sayap yang berbahan komposit dilengkapi heated fuel system, untuk mencegah avtur membeku di suhu dingin.

Yang pastinya menarik dan selalu menjadi alasan Global Hawk dijaga ketat selama pameran adalah keberadaan sensornya yang sensitif. Bagi pengunjung yang paling mencolok dari drone ini adalah bagian hidung yang mirip punuk lumba-lumba, disinilah terdapat antena Satcom Ku-band dengan ukuran 1,21 meter. Plus di dalam punuk terdapat perangkat IFF (Identification Friend or Foe).

Tepat di bagian bawah punuk, atau dekat dengan roda pendarat, terdapat perangkat sensor electro optic dan infrared. Dan lebih sakti lagi, seperti halnya radar ciptaan Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, di bagian bawah lambung Global Hawk terdapat antena Synthetic Aperture Radar (SAR). Menjadikan drone ini dapat merekam obyek di bawah permukaan tanah. Dalam satu hari, Global Hawk dapat menyapu luas permukaan hingga 100.000 km2.

Global Hawk terbang perdana pada Februari 1998, dan sampai saat ini telah dirilis dalam beberapa varian. Debut Global Hawk terbilang aktif dalam misi intai dalam Perang Irak dan Afghanistan. Dan untuk unit yang dibawa dalam Singapore AirShow 2018, diketahui berasal dari San Diego, California.

Baca juga: Wing Loong I/II UCAV – Drone Kombatan Maskot Singapore AirShow 2018

Sebagai drone dengan kemampuan strategis dan amat diandalkan AS, Global Hawk dioperasikan oleh tiga operator di Ground Control Station. Terdiri dari Launch and Recovery Element (LRE) pilot; Mission Control Element (MCE) pilot dan sensor operator. Beberapa kalangan menyebut kehadiran Global Hawk di Singapura sekalian mengemban misi intai di kawasan Laut Cina Selatan. (Haryo Adjie)

Spesifikasi RQ-4B Global Hawk
– Length: 14,5 meter
– Wingspan: 39,9 meter
– Height: 4,7 meter
– Empty weight: 6.781 kg
– Gross weight: 14.628 kg
– Powerplant: 1 × Rolls-Royce F137-RR-100 turbofan engine
– Maximum speed: 629 km/h
– Cruise speed: 575 km/h
– Range: 22.779 km
– Endurance: 32+ hours
– Service ceiling: 18.000 meter

8 Comments