Radio AN/PRC-77: Andalan Komunikasi Tempur TNI di Operasi Seroja

IMAG1390

Komunikasi antar unit dalam laga pertempuran menjadi sesuatu yang menentukan. Tanpa keberadaan tactical radio yang memadai di lapangan, bisa dipastikan koordinasi tempur antar pleton dan regu bakal menjadi sulit. Boleh jadi bukan kemenangan yang didapat, justru pasukan pemukul bakal menjadi bulan-bulanan tembakan lawan.

Hal diatas bukan sebatas teori, terlepas dari kualitas personel dan alutsista, komunikasi antar satuan tempur amat menentukan jalannnya pertempuran. Untuk urusan yang satu ini, jenis tactical radio mengambil peran penting, sejak era Perang Dunia Kedua, dilanjutkan hingga Perang Vietnam, penggunaan tactical radio kian masif, khususnya sebagai radio komunikasi yang menghubungkan antar pos dan pleton yang bertempur dan patroli.

Salah satu jenis tactical radio yang legendaris adalah AN/PRC-77. Radio ini pertama kali digunakan pada tahun 1968, dan langsung dioperasikan oleh GI (tentara AS) di Perang Vietnam. Bila Anda perhatikan, PRC-77 menjadi kelengkapan wajib dalam setiap film bertema Perang Vietnam. Umumnya PRC-77 di visualkan sebagai radio yang dibawa di ransel oleh seorang prajurit (manpack), atau tidak jarang PRC-77 menjadi jalur komunikasi utama antar pos pertahanan pasukan AS. Hadirnya PRC-77 merupakan pengembangan dari seri AN/PRC-25, dimana tambahan kemampuan PRC-77 mencakup pada kekuatan amplifier, dukungan enkripsi voice, dan penggunaan vacuum tubes.

Demo PRC-77 oleh prajurit TNI
Demo PRC-77 oleh prajurit TNI

Operasi Seroja
Selepas digunakan oleh AS dalam kancah Perang Vietnam, masih di Asia Tenggara, PRC-77 juga digunakan sebagai tactical radio standar untuk unit tempur TNI, terutama bagi satuan infanteri TNI AD dan Korps Marinir TNI AL. Tidak diketahui jelas kapan pertama kali PRC-77 masuk ke Indonesia, yang jelas pada ajang pertempuran TNI vs Fretilin di tahun 1975 dan seterusnya, radio buatan JETDS (Joint Electronics Type Designation System) ini sudah beroperasi luas di tingkat satuan kompi/pleton dan pos-pos TNI dalam menghadapi Fretilin.

Banyak kisah pertempuran TNI yang menyertakan radio manpack ini, di Timor Timur (sekarang Timor Leste) nyataya bukan TNI saja yang menggunakan radio ini. Selain mengincar senjata dan amunisi milik TNI, nyatanya Fretilin juga sangat antusias merampas PRC-77, dan jadilah Fretlin pengguna PRC-77 dalam operasi Seroja. Dengan jatuhnya PRC-77 ke tangan Fretilin, maka komunikasi antar satuan TNI di wilayah konflik harus menggunakan sandi-sandi tertentu, pasalnya Fretlin dengan PRC-77-nya sudah dapat menyadap komunikasi TNI kala itu.

prc-77

PRC-77 (1)

Komponen baterai BA4386
Komponen baterai BA4386

Bukti pentingnya PRC-77 bagi Fretilin dapat digambarkan dari kisah berikut ini, suatu hari ada radio PRC-77 yang rusak, kemudian dibawalah radio tersebut ke tempat service di kota kecamatan. Nah, entah bagaimana Fretilin mendapatkan info bahwa pos tersebut sedang putus jalur komunikasinya. Dengan kekuatan besar, kurang lebih 400 orang dengan 25 pucuk senjata campuran, pos terpencil di puncak bukit dikepung dan diserang habis-habisan. Seluruh bangunan pos hancur ditembak granat senapan Fretilin, seluruh personil pos yang berjumlah 12 bertahan mati-matian dengan munisi yang menipis.

Sebagai Pemandu Tembakkan Udara
Seperti halnya di Vetnam, keberadaan PRC-77 juga ampuh digunakan sebagai pemandu tembakan dari pesawat tempur. Istilah dalam militer disebut sebagai ground FAC (forward air control). Hal ini tergambar jelas dari paduan komunikasi antara pesawat OV-10F Bronco dengan unit infanteri TNI AD yang membutuhkan bantuan tembakan ke permukaan.

Dalam perang Vietnam
Dalam perang Vietnam

Salah satu keunggulan penggunaan pesawat tempur OV-10F Bronco yang dijuluki sebagai Kuda Liar ialah memiliki frekuensi VHF (very high frequency)-FM standar pasukan AD dan Marinir TNI AL, sehingga pesawat dapat melakukan komunikasi langsung dengan ground FAC (forward air control) yang menggunakan radio PRC-77 tanpa melalui stasiun reley. Disisi lain, pihak Fretilin juga menggunakan jenis radio yang sama. Hal itu menyebabkan pembicaraan radio antara pesawat dengan ground FAC sering kali disadap.

Dikutip dari buku “Operasi Udara di Timor-Timur” karya Hendro Subroto, penerbang Bronco, Lettu Pnb Kusnadi Kardi pernah mengatakan bahwa suatu ketika pesawat OV-10 dengan call sign ‘Kampret’ lewat diatas daerah yang dikuasai oleh Fretilin. Di radio VHF-FM pada pesawat terdengar suara, “Pret.. Pret..Pret..” Berarti pembicaraan radio dari pesawat ke ground FAC telah disadap dan sandi telah diuraikan oleh Fretilin. Bahkan pernah terjadi Fretilin juga memasang panel kuning di lapangan untuk menyesatkan helikopter yang akan mengirimkan logistik. Peristiwa itu dapat terjadi, karena pembicaraan antara helikopter dengan pasukan darat telah disadap lawan. Untunglah, penerbang helikopter melakukan cross check dengan AD, sehingga penyesatan itu tidak berhasil.

Juga Digunakan di Pesawat Tempur
Selain OV-10F Bronco, A-4E Skyhawk, dalam operasi Seroja TNI AU juga mengerahkan jet latih tempur T-33A Bird. Jet asal AS ini awalnya tidak dipersenjatai, tapi kemudian dimodifikasi menjadi TA-33A dengan pemasangan dua laras senapan mesin kaliber 12,7 mm, yang masing-masing senapan dapat membawa 250 butir peluru. Selain itu, jet ini juga dilengkapi dengan dua bomb track yang mampu membawa beban seberat 50 kg, yang dapat digunakan untuk membawa peluncur roket LAU-86 dan bom udara.

112

Tapi ada kendala yang dihadapi oleh penerbang T-33 dalam memberikan close air support kepada pasukan AD maupun Marinir, ini tidak lain karena adalah masalah komunikasi radio. Kendala itu disebabkan T-33 tidak memiliki radio berfrekuensi VHF-FM standar AD dan Marinir. Selain itu, pesawat T-33 juga tak memilikiu cross gate yang mampu merubah frekuensi VHF-AM menjadi VHF-FM atau sebaliknya. Untuk mengatasi hal tersebut, penerbang T-33, Lettu Pnb Toto Riyanto melakukan rekayasa dengan menempatkan radio PRC-77 di kokpit belakang. Radio PRC-77 harus dipangku oleh penerbang kedua yang duduk di back seat. Dalam perkembangan selanjutnya, radio dapat ditempatkan di sisi kiri back seat secara permanen. Pilot kedua inilah yang mengambil peran untuk saling berhubungan dengan ground FAC, baru kemudian pesan diteruskan ke penerbang utama lewat intercom.

Karena dioperasikan dari pesawat tempur, mutu pembicaraan radio darat ke udara melaului PRC-77 yang diterima biasanya kurang jernih akibat berbaur dengan suara kreseg-kreseg dan kadang-kadang hilang timbul. Hal ini disebabkan T-33 berkecepatan tinggi (590 mil/jam), sehingga dalam waktu singkat pesawat telah berada di luar jarak jangakauan radio VHF-FM di darat. Meski demikian, secara umum komunikasi antara PRC-77 di udara dengan PRC-77 di darat dapat memenuhi kebutuhan untuk koordinasi antara darat dan udara dalam suatu misi penerbangan tempur.

PRC-77 juga laris tampil di setiap film bertema Perang Vietnam
PRC-77 juga laris tampil di setiap film bertema Perang Vietnam

an-prc77

Masih Digunakan Hingga Kini
Saat ini unit-unit tempur TNI telah dibekali beragam tactical radio manpack jenis baru, namun PRC-77 bukan berarti pensiun, radio ini masih banyak dioperasikan oleh satuan TNI. Buktinya PRC-77 juga ikut ditampilkan dalam Pameran Alutsista TNI AD 2013 bukan Oktober lalu di lapangan Monas.

Bukannya memensiunkan, PRC-77 kini justru terus dipelihara dengan baik. Radio dengan modulasi FM (frekuensi modulasi) ini dikenal punya kemampuan yang handal baik dari segi kualitas suara saat kirim maupun terima. PRC-77 memiliki ketahanan terhadap guncangan bila dipakai untuk bergerak, frekuensinya juga tidak mudah berubah karena diset secara manual dan terkunci.

Dari segi jangkauan, PRC yang ditenagai nickel-cadmium rechargeable battery cassette ini dapat menjangkau radius hingga 8 km. Jangkauan ini tentu bergantung pada banyak kondisi, seperti lokasi dan geografi medan. Dengan bobot sekitar 6,2 kg, rasanya tidak sulit bagi prajurit infanteri untuk membawa radio ini secara manpack. Secara keseluruhan, radio dengan pemancar RT-841 ini dapat mendukung hingga 920 channel dalam dua band dalam frekuensi 50 Khz. (Gilang Perdana)

Spesifikasi AN/PRC-77
– Channels : 920 channels across two bands using 50 kHz steps
– Frequency Ranges : 30.00 to 52.95 MHz (Low Channel); 53.00 to 75.95 MHz (High Channel)
– Estimated Range : 8 km (5 mi) Dependent on conditions
– Power Output : 1.5 W to 2.0 W ttt
– Power Source : BA-4386/U, BA-398/U or BA-55984
– Antenna : AT-271A/PRC 10 ft (3.0 m) multi-section whip “Static” Whip-a-way
– Weight : 6,2 kg

6 Comments