Posko Dahanud Mobile: Sistem Kendali dan Komando Meriam PSU S-60 Arhanud TNI AD
Umumnya setiap satuan tembak (satbak) pada alutsista Arhanud (Artileri Pertahanan Udara) sudah memiliki unit command and control. Sebut saja pada kanon CIWS (Close In Weapon System) Rheinmetall Oerlikon Skyshield, Kobra Air Defence System pada rudal Grom, rudal QW-3, rudal Mistral, sampai kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) twin gun Giant Bow 23 mm. Namun bagaimana dengan meriam PSU legendaris S-60 kaliber 57 mm? Meski usianya sudah lanjut, sampai saat ini alutsista dari era Uni Soviet ini masih jadi andalan pada elemen hanud titik. Bahkan S-60 sudah mengalami retrofit.
Baca juga: S-60 57mm – Meriam Perisai Angkasa ‘Sepuh’ Arhanud TNI AD
Baca juga: AS901A 3D – Radar Intai dan Penjejak Sasaran Kanon Giant Bow 23mm Arhanudri Kostrad
Nah, guna meningkatkan letalistas meriam S-60, beragam upaya telah dilakukan sejak beberapa tahun lalu. Selain upaya retrofit dengan instalasi alat kendali tembak, S-60 “NG (Next Generation)” telah diintegrasikan dengan AN/UPS-3 TDAR (Tactical Defence Alert Radar), yakni radar penjejak target pada S-60 yang telah diretrofit. Radar buatan Jerman ini memberi kemampuan satbak S-60 untuk bisa mengendus sasaran dari jarak 20 km. Tidak itu saja, Arhanud TNI AD juga telah menyulap komponen SRR (Surveillance Radar Rapier), menjadikan satbak S-60 bisa siaga tempur sejak sasaran berjarak 12 km.
Baca juga: AN/UPS-3 TDAR – Radar Penjejak Target Untuk Meriam PSU S-60 57mm Retrofit Arhanud TNI AD
Sudah barang tentu antara satbak dan sistem radar S-60 memerlukan dukungan unit control and command. Suatu pos terpadu yang dirancang untuk memudahkan bagi komandan pertahana udara melakukan pengawasan (monitoring) dari output radar, pengendalian senjata, dan perintah eksekusi penembakkan.
Menjawab kebutuhan diatas, Pusat Kesenjataan Arhanud TNI AD dan Insitut Teknologi Bandung (ITB) sejak tahun 2014 telah mengembangkan Posko Dahanud Mobile. Meski statusnya masih prototipe, alutsista yang ditampilkan dalam Indo Defence 2016 ini tinggal menunggu sertifikasi dari Dislitbang TNI AD, sebelum nantinya resmi dioperasikan.
Baca juga: Sola MMSR – Radar Penjejak Sasaran Pada Kobra Air Defence System Arhanud TNI AD
Sebagai posko mobile, elemen command and control ini berwujud kontainer empat roda yang dijalankan dengan ditarik (towed). Dan sebagai wahana penariknya adalah truk REO M35. Dari spesifikasinya, ruang kendali pada posko ini mempunyai dimensi 4.450 x 2.050 x 2.500 mm. Selain kontainer yang berisi ruang kendali, dalam gelar tempurnya juga disiapkan satu kontainer lagi untuk power yang berisi genset, lampu penerangan, kondensor AC, dan alat pemadam kebakaran. Kontainer power ini berukuran lebih kecil dari kontainer posko, yaitu berdimensi 1.000 x 2.000 x 2.500 mm.
Baca juga: Lockheed Martin AN/TPS-77 (AN/FPS-117) – Mengenal Radar Intai Jarak Jauh Kohanudnas
Apa saja yang ada di dalam kontainer Posko Dahanud Mobile? Yang jelas ada meja operator yang masing-masing dilengkapi laptop, kursi operator, kursi komandan, rack server, AC, lampu penerangan, dan LCD monitor ukuran 32 inchi dan 60 inchi. Beberapa fitur yang ada di Posko Mobile ini mencakup GPS & weather station, peta georef, tembak halang, data material, data personel, dan papan meteorologi. Meski digadang mampu melakukan perintah penembakkan otomatis pada satbak, belum tersedia tools untuk memantau sisa amunisi yang ada dalam magasin meriam.
Secara umum, Posko Dahanud Mobile mempunyai fungsi mengumpulkan dan menilai informasi serta menyebarkan intelijen, kemudian menyelenggarakan pengendalian taktis yang meliputi distribusi tembakkan. (Haryo Adjie)
Spesifikasi Posko Dahanud Mobile
– Tipe antena: Omni
– Panjang trailer: 6 meter
– Kecepatan maksimal: 60 km per jam
– Sistem operasi antena: manual
– Berat maks: 4 ton
Untuk S60, ane gak komen, hanya bisa kirim doa yg terbaik, semoga sukses..
Mending beli Skyguard GDF-005/007 ato kwnya type-90 kaya punya marinir, daripada meriam bahuela yg Rusia aja udah kagak pake, China aja arhanudnya lebih banyak yg type-90 daripada yg 57mm ini..
Sudah waktunya si mbah istirahat menikmati hari tua di museum
S60…masih diupgrade…WOW…berarti semua PSU kita sudah pakai radar secara mandiri semua…tinggal diintegrasikan ke yg lebih perlindungan yg lebih gede…mantap juga..semua sudah tersistem ..
Kapan si mbah s-60 istirahat ???…
Nassam gmn kbarnya @admin ??
lumayan untuk menembak UAV dan helikopter tempur, sayangnya jarak tembaknya hanya 6 km, sebaiknya S-60 ditaruh di bak truk agar lebih mobile.
bang @admin mw tanya, berapa bnyak populasi S-60 yg dioperasikan TNI???
Lebih dari 100 pastinya, Anda bisa telusuri infonya di beberapa artikel tentang S-60 pada link (tautan) diatas 🙂
modif untuk meriam pertahanan pantai..
simbah yg slalu terus ngaceng sdh pake radar & komputerisasi
@ferdhi
kaliber 57mm masih dipake rusia tp kini sbg multirole gun ato naval gun
yg sdh almarhum dan pelornx sdh tdk diproduksi lagi kaliber 37 mm yg ironisnx mash dipake marinir
@aditya
kalo yg rangenx lbh jauh untuk arhanud tni ad sdh ada calon tunggal yaitu rbs-23 bamse tp menunggu proyek tactical datalink tni ad kelar yg artinx baru terealisasi thn 2022 keatas
nasams vs trio tiongkok porsi kohanudnas & paskhas bkn arhanud tni ad
Semoga msh tetap bisa dipakai sampai nanti penggantinya sdh terealisasi semua dan s60 bisa Rest in Peace di museum2.
Truk penariknya itu loh waauuw… sedep dipandang mata hehe
emang tni cocok dengan thpe senjata yang mudah perawatan dan awet. walaupun tidak mematikan tapi bisa di andalkan.kira2 pindad bisa dong bikin alutsita like this.bravo TNI.
Bentuk serta ukuran roda kayaknya terlalu kecil jadi mungkin tidak sesuai untuk medan yang cukup berat..