Pindad SS2-V7: Senjata Subsonic dengan Kaliber 5,56 mm
|PT Pindad baru-baru ini merilis senjata baru untuk kebutuhan pasukan khusus, mencomot basis SS2, resmilah SS2-V7 diperkenalkan ke publik. Meski punya receiver dan popor khas SS-2, namun SS2-V7 ini tampil beda, yakni tidak nampak handle diatas receiver, meski tetap dilengkapi picatinny rail, laras lebih pendek, langsung dibekali peredam, plus uniknya tidak dilengkapi pengokang. Bahkan disebut-sebut senjata ini punya kecepatan subsonic.
Baca juga: Kopassus Bantu Pengembangan Senjata PT Pindad
SS2-V7 menggunakan peluru kaliber 5,56 mm. Untuk peluru, senjata subsonic menggunakan peluru khusus. Untuk menghasilkan senapan ini, peluru yang digunakan juga harus khusus. Inilah yang menjadi keunggulan SS 2 Subsonic. Senapan juga tidak perlu dikokang saat akan menembak. Secara fisik tampil SS2-V7 mirip dengan pendahulunya SS2-V5 dimana perbedaannya terletak pada bagian depan terdapat tabung peredam panjang. saat ditembakkan hanya ada sedikit suara.
Kabarnya SS2-V7 memiliki suara yang lebih senyap dibandingkan MP7 buatan Jerman. SS2-V7 mempunyai berat kosong 3,35 kilogram. Panjang dengan popor 775 milimeter. Sedangkan panjang laras 225 milimeter. Senapan ini efektif digunakan untuk menghajar target pada jarak 200 meter.
Dengan alasan menjaga kerahasiaan, senapan dan peluru subsonic ini hanya diproduksi untuk pasar dalam negeri. “Tidak akan kita ekpor, Pindad membatasi penjualannya. Sejauh ini hanya TNI AD yang sudah menggunakan senapan dan peluru senyap ini,” ujar Direktur Utama PT Pindad (Persero), Silmy Karim, dikutip dari aktualita.co (12/5/2016). PT Pindad mengklaim bahwa salah satu senjata buatan mereka yang paling laris adalah tipe SS2. Sebelum mengeluarkan SS2-V7 yang merupakan senjata subsonic, sebelumnya telah dibuat senjata SS2-v1 jenis standart riffle, SS2-v2 carbine dan para-sniper SS2-V4. (Ron)
Admin yang baik… bisakah ditampilkan artikel negara2 yang sudah menggunakan produk pindad dan juga tingkat kepuasan mereka?
Semoga Jaya Raya….Made in Indonesia …… salam kenal om Admin …Website yang menggugah kebanggaan untuk Kebangsaaan…
Salam kenal juga mas @Mazadrie 🙂
Horeeeee… Makasih Bung Admin, artikel pesenan saya muncul juga.
Senapan yang bagus. Cocok untuk oprasi antiteror diperkotaan. Cocok buat doktrin antiteror Kopasus, Denjaka atau den Bravo. Mantap.
Ditunggu oleh-oleh yang dulu dijanjiin ya Bung..
Bung admin yang baik… tolong diulas juga donk produk pindad yang sudah dipakai di luar negeri dan juga tingkat kepuasan penggunanya?
Senjata berperedam dgn peluru subsonic umumnya d gunakan pada misi2 dgn resiko collateral damage yg tinggi sperti anti pembajakan/bajak udara (Atbara) ato misi pembebasan sandra pada wilayah urban, sehingga d butuhkan peluru yg punya daya lesat rendah sehingga tidak menimbulkan luka tembus ato menembus instalasi penting sperti dlm pesawat. Hanya sbg koreksi pindad sebaiknya kedepan mampu mengaplikasi bahan polymer pada desain senjata, selain mempercantik bentuk, jg dpt mengurangi bobot senjata, bahkan utk ukuran carbin dgn laras 10 inch saja SS2 V5/7 Masih berkisar 3 kg lebih. Seandainya ke depan upper yg masih menggunakan baja dan bolt carier yg masif membuat beratnya menjadi signifikan. Smoga pindad dpt memberikan solusi utk mslh ini
Petualangan Eksperimen Pindad patut diacungi jempol, cuman IMHO ini kurang tepat. Sudah terbukti 5.56×45 Subsonic itu tidak populer dan gagal diadopsi Militer dimanapun karena keterbatasan yang terang benderang: jarak, akurasi dan tingkat lethality yang berkurang jauh di bawah ambang klasifikasi senjata serbu.
5.56/.223 itu memerlukan kecepatan supersonic untuk memastikan massa proyektil yang kecil itu memiliki stopping/wounding power dan akurasi yang memadahi. Kemudian untuk tipe senjata serbu dengan menggunakan operasi gas piston, maka keseimbangan berat proyektil dan takaran mesiu harus benar-benar presisi supaya memastikan siklus operasi gas balik penggerak piston terjaga konsistensinya DAN.. proyektil yang melesat tetap di bawah Mach 1 atau Subsonic. Bukan perkara gampang apalagi amunisi Pindad tidak pernah terkenal karena konsistensinya. Ditambah lagi, masih tanda tanya apakah SS2v7 ini mengalami perubahan mekanik lain dibandingkan SS2 standar: selain laras pendek, apakah ada diferensiasi di alur laras, tingkat tekanan pegas, bolt carrier apakah dimodifikasi? jika iya, maka berarti SS2v7 itu jadi senjata spesifik artinya peluru subsonic ini tidak bisa dipakai di SS2 varian lain meskipun dipasangi suppressor sekalipun.
Sekali lagi IMHO, daripada memaksakan untuk membungkam 5.56 yang sudah terbukti tidak tepat, mengapa tidak fokus saja ke yang “pasti pasti saja” seperti membuat Kal 9mm Subsonic? Toh TNI dan Polri mengoperasikan banyak sekali mitraliur 9mm seperti MP5, B&T MP9, Cz Scorpion Evo 3 dan Daewoo K7. Kemudian bukannya operasi sunyi kita itu rata2 dalam klasifikasi PJD dengan jarak tembak maksimum 100-an meter? Kalau dalam pertempuran di rentang jarak 300-500meter ya 5.56mm standar dengan menggunakan suppressor sudah bisa membantu mengeliminir kilat dan mendispersi suara jadi meskipun terdengar, musuh sulit menentukan arah tembakan.
Secara teknis, kal 9mm subsonic itu jauh lebih mudah diproduksi dan secara demand Internasional juga tinggi, kalau Pindad minat untuk elspor.
Kalau toh memang TNI butuh suppressed assault rifle ya best luck mencontoh kaliber 300BLK yang sedang dipopulerkan Amerika Serikat.
Good job
Mantab.. pt pindad trus lah ber inovasi