MiG-21U-400 Mongol-A: Jet Latih Tempur TNI AU Yang Terlupakan

Jet tempur MiG-21F-13 (Fishbed C) interceptor yang pernah dimiliki TNI AU (d/h AURI) memang mampu menggetarkan lawan pada masanya. Predikat battle proven dan punya kemampuan canggih membuat pesawat single engine ini begitu ditakuti AS dan NATO pada dekade 60-an. Namun dibalik itu ternyata bukan perkara mudah untuk langsung menerbangan MiG-21, ada sejumlah tantangan yang harus diatasi penerbang untuk bisa cakap mengawaki MiG-21.

Baca juga: Sisi Lain MiG-21F-13 Fishbed C, “AK-47 of The Air” TNI AU

Sebagai ilustrasi, titik keseimbangan pesawat yang kerap bermasalah ketika bahan bakar sudah terpakai dua pertiga, di mana center of gravitynya bergeser ke belakang. Ini menyebabkan pesawat jadi sulit dikendalikan. Karena itu, endurance optimal pesawat ini hanya 45 menit saja. Sayap deltanya memang sangat membantu dalam kecepatan menanjak, namun menjadi bumerang ketika pesawat ini melakukan belokan-belokan tajam karena kecepatannya langsung melorot drastis.

Hal diatas baru sebagian tantangan yang harus diatasi penerbang MiG-21 di seluruh dunia. Menyadari hal tersebut, Mikoyan-Gurevich lantas menghadirkan versi latih untuk memudahkan konversi penerbang ke MiG-21. Guna melengkapi kehadiran MiG-21F-13 (single seat), maka Mikoyan-Gurevich pada 17 Oktober 1960 merilis prototipe “Ye-6U” atau versi tandem MiG-21. Yang kemudian versi tandem ini diberi label sebagai MiG-21U (Uchyebniy) yang dalam bahasa Inggris berarti Trainer. Uniknya pilot Uni Soviet menyebut versi tandem ini sebagai “Sparka (Twin),” sementara NATO memberi kode MiG-21U sebagai “Mongol”.

Perbandingan antara MiG-21F-13 dan MiG-21U, dua jet tempur yang pernah digunakan TNI AU.

Sebagian besar negara pengguna MiG-21 singlet seat adalah juga mengoperasikan MiG-21U. Karena menyadari bahwa untuk membentuk penerbang tempur yang handal diperkukan media konversi berupa pesawat latih. Maka Indonesia, selain menerima 20 unit MiG-21F-13, disebut-sebut AURI pada 1960-1962 turut menerima dua unit MiG-21U.

Dari beberapa sumber yang dihimpun, diketahui yang sempat dioperasikan AURI adalah MiG-21U Izdeliye 66-400, pihak NATO menyebutnya sebagai “Mongol-A.” Varian ini merupakan generasi awal dari MiG-21U, yang diketahui kemudian dikembangkan menjadi MiG-21U-400, MiG-21U-600, MiG-21US dan MiG-21UM.

Bagian kokpit MiG-21U milik AU Mesir.

Lantas apa yang berbeda antara MiG-21F-13 dan MiG-21U? Selain jumlah kursi, MiG-21U diketahui punya ukuran dan dimensi yang serupa dengan MiG-21F-13. Hanya saja perlu dicatat, bahwa MiG-21U menghilangkan keberadaan kanon internal NR-30. Kemudian pada MiG-21U tidak dilengkapi radar seperti halnya MiG-21F-13 yang memasang radar SRD-5. Bekal senjata yang dibawa hanya dua unit, karena hanya dua pylon yang disiapkan untuk bisa menggotong rudal udara ke udara AA-2 Atoll (K-13). Walau tak punya kanon internal, posisi centerline dapat dipasangi pod untuk senapan mesin 12,7 mm.

Pintu kanopi MiG-21U dibuka ke kanan, mirip dengan Hawk 109/209 atau EMB-413 Super Tucano. Sayangnya posisi kursi instruktur di belakang dibuat sejajar dengan kursi siswa di depan, alhasil sudut pandang instruktur terbilang buruk.

Untuk dapur pacu, MiG-21U-400 mengadopsi mesin yang sama dengan MiG-21F-13, yakni R-11F-300. Karena jarang membawa muatan penuh, kinerja mesin ini dinilai cukup memuaskan. Pada 1974, sempat diadopsi mesin R-11F2S-300, tapi justu kinerja menurun karena lebih cepat panas. MiG-21U-400 dapat membawa bahan bakar internal 2.350 liter. Untuk kinerja lain, seperti kecepatan maksimum tak berbeda dengan varian MiG-21F-13.

Yang jadi pertanyaan kemudian, dimana bekas peninggalan MiG-21U milik TNI AU? Tidak seperti MiG-21F-13 yang wujudnya dapat dilihat sebagai koleksi museum dan monumen, maka tidak dengan MiG-21U. Setidaknya belum ditemukan koleksi foto MiG-21U AURI yang pernah digunakan.

Salah satu eks MiG-21F-13 AURI yang kini berada di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Baca juga: MIG-21 Fishbed – Pencegat Terpopuler Sejagad

Salah satu MiG-21U yang digunakan AU AS, mungkinkah ini aslinya milik Indonesia?

Tentang nasib MiG-21 AURI, beberapa literatur menyebut pasca perubahan haluan politik Indonesia di 1965, 13 unit MiG-21F-13 dan satu unit MiG-21U AURI dikirim ke AS dan ditukar dengan pesawat jet latih T-33A Bird dan helikopter angkut UH-34D. Sementara satu unit tersisa MiG-21U-400 belum diketahui jejaknya. Khusus varian MiG-21U-400 diproduksi sebanyak 66 unit, MiG-21U-600 (66 unit), MiG-21US (68 unit) dan MiG-21UM (69 unit). (Haryo Adjie)

16 Comments