Meski Motorola SLAMMR Out of Service, Boeing 737 2X9 Intai Strategis TNI AU Masih Punya Taji

Meski sudah tergolong tua, Keberadaan radar intai Motorola SLAMMR (Side Looking Airborne Modular Multi Mission Radar) pada tiga unit Boeing 737 2X9 Skadron Udara 5, nyatanya masih membuat negara lain penasaran. Kabarnya pihak AU Australia (RAAF) getol mencari tahu seperti apa kemampuan SLAMMR yang sesungguhnya. Antara Indonesia dan Australia pernah menggelar Latma (Latihan Bersama) Albatros Ausindo pada 2012 di Lanud Darwin. Jika RAAF mengerahkan pesawat intai AP-3C Orion, maka dari TNI AU yang dikerahkan adalah pesawat intai strategis Boeing 737 2X9.

Baca juga: P-3C Orion – Kombinasi Apik dari Pesawat Intai Maritim, Pemburu Kapal Selam, dan SAR di Laut Lepas

Walau tak jelas apakah keingintahuan Australia terpenuhi akan kemampuan radar SLAMMR di Boeing 737 2X9, namun ada fakta yang menyebut bahwa radar yang dikembangkan sejak tahun 50-an ini tak lagi dapat berfungsi dengan optimal. Bahkan sejak tahun 2003 SLAMMR sudah dalam status out of service. Saat Boeing 737 2X9 didatangkan pada 1982-1983, AN/APS-94 SLAMMR memang masih tergolong canggih dan diperhitungkan.

Upaya peningkatan alias upgrade pada Boeing 737 2X9 sudah beberapa kali dilakukan, seperti pada tahun 1993, pesawat twin jet ini dibawa ke Amerika Serikat untuk mendapatkan upgrade pada semua mission system, termasuk radar, infra red dan SLAMMR. Tapi dalam konteks saat ini, selain teknologinya sudah uzur, pabrik pembuat radarnya pun sudah tidak ada.

Lantas yang menjadi pertanyaan di kalangan netizen, setelah SLAMMR tak berfungsi, tools apakah yang jadi andalan Boeing 737 2X9 TNI AU untuk menjalankan misi intai strategis. Menjalankan peran sebagai wahana pengumumpul informasi intelijen, sudah barang tentu tak semua perangkat dan sensor di Boeing 737 2X9 dapat diungkap ke publik.

Namun persisnya untuk menjalankan peran ronda di atas lautan Nusantara, Boeing 737 2X9 setidaknya menggunakan radar intai jenis AN/APS-143C(V)3 OceanEye buatan Telephonics, kamera beresolusi tinggi WESCAM MX-20HD Electro Optical and Infrared (EO/IR) buatan L3 Communications dan AIS (Automatic Identification System).

Citra kamera dengan resolusi tinggi dari Boeing 737 2X9. Foto: Istimewa

Sedikit catatan dari penulis, AN/APS-143C(V)3 OceanEye sejenis dengan yang dipasang pada CN-235 220 MPA terbaru TNI AU. Perbedannya, pada CN-235 MPA radar AN/APS-143 disematkan sebagai belly dome, yakni radar dipasang dibawah fuselage. Sementara pada Boeing 737 2X9, radar AN/APS-143 dipasang pada hidung (nose). Penempatan radar AN/APS-143 pada nose juga dilakukan untuk P-8I Poseidon, yakni pesawat intai maritim P-8 Poseidon pesanan India.

Kamera di Boeing 737 2X9 juga mampu merekam image dalam kondisi cuaca buruk. Foto: Istimewa
WESCAM MX-20HD

AN/APS-143 mampu mendeteksi obyek pada jarak 200 nautical mile (setara 370 km) dan dibekali fitur IFF (Identification Friend or Foe). Sementara WESCAM MX-20HD termasuk kategori multispectral sensor dengan gyro-stabilised, WESCAM MX-20HD dapat dimuati tujuh sampai delapan sensor yang bekerja secara simultan, termasuk infrared, HD thermal, HD daylight, CCDTV (Charge-Coupled Device Television), image intensifier, laser rangefinder dan laser illuminator.

Kamera ini mampu untuk melakukan tugas intelijen, pengawasan dan pengintaian yang dilakukan oleh pesawat patroli maritim dengan jarak ketinggian yang cukup jauh (hingga 35.000 kaki/setara 10,6 km). WESCAM MX-20HD juga mampu untuk melakukan misi pengawasan yang dilakukan secara 24 jam terus-menerus dengan wide angle zoom. Untuk memindai suatu obyek di kejauhan pun tak perlu diragukan, laser rangefinder punya jarak efektif hingga 30 km dengan range resolution antara 2 – 5 meter.

Baca juga: Radar CP-SAR Profesor Josaphat Berhasil Diuji Coba di Boeing 737-200 Surveillance TNI AU

Lain dari itu, Boeing 737 2X9 (AI-7302) juga pernah melaksanankan uji coba penggunaan CP-SAR (Circularly Polarized-Synthetic Aperture Radar) oleh Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, profesor ahli radar dari Universitas Chiba di Jepang. Kecanggihan CP-SAR mampu menembus awan dan gelapnya malam. CP-SAR bahkan bisa diberdayakan jadi pelacak pesawat dan kapal perang siluman (stealth) dan radar AESA (Active Electronically Scanned Array). Namun sampai saat ini, adopsi CP-SAR pada Boeing 737 2X9 masih dalam status uji coba, dan belum digunakan untuk operasional.

Performa Boeing 737 2X9
Boeing 737 2X9 menggunakan platform Boeing 737 200, pada jaman pengadaanya di periode akhir tahun 70-an, dan pesawat tiba pada periode 1982-1983, Boeing 737 200 terbilang pesawat yang modern. Pesawat yang masuk kelas narrow body ini disokong dua mesin jet Pratt & Whitney JT8D-17. Bobot kosong pesawat ini adalah 27.120 kg dan bobot maksimum saat take off 52.390 kg.

Dengan dua mesin Pratt & Whitney JT8D-17, Boeing 737 2X9 sanggup melesat dengan kecepatan 933 km per jam. Sementara ketinggian terbang maksimum adalah 11.278 meter.

Kinerja pesawat intai juga ditentukan salah satunya oleh kemampuan lamanya terbang (endurance). “Dengan kondisi kapasitas bahan bakar maksimum, Boeing 737 2X9 dapat terbang selama enam jam,” ujar Kolonel Pnb. Benny Arfan, mantan Komandan Skadron Udara 5 periode 2012-2013 kepada Indomiliter.com. Merujuk informasi dari wikipedia.org, kapasitas bahan bakar maksimum Boeing 737 200 adalah 22.596 liter dengan jangkauan terbang hingga 4.899 km. (Haryo Adjie)

12 Comments