Lundin X18 Tank Boat: Kapal Serbu Katamaran dengan Meriam Tank Kaliber 105mm
|Meriam Cockerill umumnya menjadi kelengkapan senjata pada light tank dan medium tank. Tapi di X18 tank boat rancangan PT Lundin, meriam ini dicomot untuk diadaptasi pada jenis kapal serbu ringan berdesain catamaran. Dengan menggandeng beberapa manufaktur ternama di industri pertahanan global, X18 dipercaya bakal tercipta sebagai wahana serbu dan angkut personel amfibi yang efektif beroperasi di perairan Indonesia.
Baca juga: Lundin -Prototipe Tank Boat Antasena Siap Meluncur di 2019
X18 adalah sebuah kapal kecil berkubah tank yang dirancang dioperasikan dialur sungai hingga pesisir pantai dan selat kecil untuk memberi dukungan tembakan dalam serbuan amfibi. Setelah ditampilkan dalam konferensi AVA (Armored Vehicle Asia) yang berlangsung April 2015 di Jakarta, PT Lundin Industry Invest (North Sea Boats), pabrikan kapal asal Banyuwagi yang kini sedang menggarap KCR (Kapal Cepat Rudal) Klewang Class, kembali mempromosikan konsep tank boat dalam pameran Defence & Security 2015 yang berlangsung 2- 5 November 2015 di Bangkok, Thailand.
Penggarapan X18 Tank Boat tentu tak digarap sendiri, untuk penggarapan rancang bangun kapal memang menjadi wilayah pekerjaan PT Lundin, namun bicara soal kubah dan meriam bakal dipasrahkan pada pabrikan CMI (Cockerill Maintenance & Ingenierie SA Defense) asal Belgia yang selama ini kondang dengan produksi meriam Cockerill. Selain itu juga ada perusahaan asal Belgia lain, yakni OIP (Optique et de Instruments Precision) Sensor Systems yang bertanggungjawab mensuplai perangkat sensor suite.
Tidak hanya itu saja, PT Lundin juga menggandeng nama besar dalam industri manufaktur pertahanan global, Bofors (BAE Systems) dan pabrikan alutsista PT Pindad. Peran PT Pindad diperkirakan terkait penggunaan meriam Cockerill yang akan dipasang di X18 tank boat, pasalnya produksi meriam Cockerill rencananya akan dibangun di Indonesia oleh PT Pindad. Hal ini terkait perjanjian yang telah disepakati antara PT Pindad dan CMI untuk proyek medium tank PT Pindad, dimana salah satu opsi yang akan digarap adalah produksi meriam CT-CV 105HP (high pressure) oleh PT Pindad.
Baca juga: Cockerill 90 – Kanon Pamungkas Korps Kavaleri
Karena yang akan dipasang di X18 tank boat adalah meriam CT-CV 105HP kaliber 105 mm, maka yang jadi tantangan terberat dalam rancangan perahu kecil dengan meriam besar adalah soal recoil (efek tolak balik dari meriam) dan bobot kapal yang relatif ringan. Solusi yang ditawarkan PT Lundin adalah dengan menerapkan desain catamaran, desain catamaran dipercaya lebih stabil serta bisa menerapkan gyro stabilized gun. Sebelumnya desain catamaran juga sudah digunakan untuk X38 Combat Boat Kopaska (Komando Pasukan Katak) TNI AL.
Dengan desain catamaran yang berlunas ganda, X18 punya rancangan draft (sarat air kapal) 0,8 meter sehingga cocok untuk bermanuver di perairan dangkal. Untuk dapur pacunya X18 menggunakan mesin diesel buatan MAN berdaya 1.200 HP untuk memasok tenaga sepasang waterjet MJP450 dengan kecepatan maksimum 40 knots (74 km per jam).
X18 dirancangb untuk diawaki empat personel, dan bisa membawa 20 pasukan bersenjata lengkap. Untuk deployment pasukan amfibi, bagian buritan X18 dilengkapi sebuab RHIB (Rigid Hull Inflataable Boat) yang digunakan untuk penyerangan atau penyusupan pasukan. Peran lain X18 juga dapat dimanfatkan sebagai wahana dukungan logistik dan peran evakuasi medis.
Baca juga: CANTOKA: Tumpas Perompak, Inilah Wahana Ship Boarding Kopaska TNI AL
Agar dapat bermanuver lincah, maka X18 harus menghemat berat kapal, untuk itu digunakan bahan komposit yang lebih ringan 10 kali dan lebih kuat 10 kali dibanding baja serta tentunya tahan api. Sementara untuk material pada kubah, digunakan bahan alumunium yang lebih ringan dari baja.
CMI Defense rencananya akan memasok meriam CT-CV 105HP, meriam ini sejatinya adalah meriam yang telah digunakan pada tank ringan besutan Polandia, Anders. Selain memang kodratnya melepaskan aneka proyetil, laras CT-CV 105HP juga dapat memuntahkan rudal anti tank, yakni Falarick 105. Rudal yang masuk segmen Gun-Launched Anti-Tank Guided Missile (GLATGM) ini dapat menghajar sasaran sejauh 5.000 meter.
Falarick 105 mampu membawa hulu ledak tandem hollow charge. Rudal seberat 25,2 kg ini dipandu dengan sistem semi otomatis lewat laser beam. Waktu yang dibutuhkan untuk terbang menyasar ke sasaran sekitar 17 detik. Falarick 105 punya panjang 1015 mm dengan kaliber 105 mm. Temperatur operasional rudal ini di rentang -40 hingga 60 derajat Celcius.
Jenis laras yang digunakan meriam CT-CV 105HP adalah tipe L51 dengan panjang 5.545 mm. Desain tekanan laras mencapai 120% dari gun pressure pada meriam 105 mm klasik. Secara umum, di dalam kubah terdapat dua awak, sehingga proses pengisian amunisi menggunakan cara autoloader. Operasi kubah dapat digerakkan secara secara elektrik dan mekanik.
Laras meriam kaliber 105 mm smoothbore dapat menembakkan berbagai jenis amunisi (termasuk jenis APFDS) dengan jarak tembak efektif minimal 1.500 meter. Laras juga dibekali bore evacuator dan dilapisi thermal jacket. Untuk olah geraknya, laras punya sudut elevasi maksimum 42 derajat hingga -6 derajat. Tentu saja dengan sudut putar kubah 360 derajat.
Kubah meriam dibekali turret stabilized system dengan gyro stabilizer dan firing control system yang mengadopsi komputer balistik. Untuk mengnci sasaran, gunner dibantu dengan auto target locking system. Memudahkan dalam olah pertempuran, juga ada pemilihan sasaran secara otomatis lewat hunter killer system. Bahkan ada bekal IFF (identification friend or foe).
Sebagai senjata sekunder, pada bagian atas kubah meriam akan dipasang Lemur RCWS (Remote Control Weapon System) dengan senapan mesin kaliber 7,62 mm. Sementra untuk perlindungan bagi awak kapal, PT Lundin bakal memberi asupan sistem proteksi tambahan di beberapa titik yang bisa menahan terjangan proyektil dari kaliber 7,62 mm.
Baca juga: Adopsi RCWS 7,62 mm di Pansam BTR-50 Marinir TNI AL
Konsep tank boat yang ditawarkan PT Lundin rupanya mendapat tanggapan positif dari TNI, karena produk ini masuk berupa konsep dan belum muncul, maka jika pun jadi diadopsi oleh TNI, maka tidak akan dipasokm untuk MEF (Minimum Essential Force) II yang masuk periode di tahun 2014 – 2019.
Lepas dari itu semua, kini menjadi pekerjaan rumah bagi PT Lundin untuk mewujudkan konsepnya menjadi sebuah prototipe yang proof of concept. Pekerjaan rumah PT Lundin nampaknya tak hanya pada pengembangan X18 tank boat, seperti diketahui PT Lundin juga tengah serius menggarap prototipe Bonefish, jenis USV (Unmanned Surface Vessel) intai tanpa awak yang akan dipersenjatai rudal anti kapal Saab RBS15 MK3. (Gilang Perdana)
meriamnya kalau ditembak, akan terguncang kapal mundur.. makanya keakurasian target perlu dipertanyakan. Perlu ada solusinya utk meredam getaran kapal dari hentakan tembakan meriam, yaitu peredaman di antara kubah meriam dengan body kapal untuk menyerap getaran sehingga tidak menyebabkan kapal terguncang sedikit pun.. supaya tembakan tetap pada akurasi tinggi.. Laras meriam tidak boleh tergerak dalam penembakan, perlu dilengkapi kestabilan gypro
@oom wahyu
Sebenarnya pertanyaan tsb sudah lama terjawab, desain tank boat atau sejenisnya telah diadopsi finlandia (swedia sdh menguji coba dg platform CB-90).
Konsep kedua negara tsb menggunakan mortir kaliber besar/120mm…single/double barrel, yang dilengkapi dg cupola, gyro-stabilizer, sistem komputer kendali tembakan dan sistem pengisian mortir model revolver.
Platform yang digunakan kedua negara tsb berbahan fiber komposit, dg karakter ringan, kuat…bahkan lebih kuat dari baja, dan tidak mudah terbakar
coba ibu susi pakai ini. hem.., pasti keren 😉
yang penting jadi dulu barangnya…kalau ada kekurangan bisa diperbaiki dan dikembangkan kemudian hari….
Btw min, udah ada kepastian berapa prototipe dan pesanan untuk tank boat jenis ini…
@Ramdhan: seperti disebut di artikel, pesanan baru akan tercipta bila sudah ada prototipe yang proof of concept. Untuk berapa prototipe belum ada kabar lebih lanjut.
Desain yang brilian…tapi masih meninggalkan pertanyaan mengenai proteksi u/ awaknya. Jika kapal ini beroperasi menyusuri sungai ala riverine skuadronnya us-marine maka proteksinya adl kecepatan dan daya sembur dari gatling gun dan smb.
Sebaliknya kalo mengandalkan meriam harus diimbangi dg sistem proteksi lambung kapal dg material yang kuat tapi ringan, semacam kevlar atau yang lain…supaya awaknya tdk menjadi sasaran empuk penghadangan dititik2 rawan sepanjang aliran sungai
Tapi kalo ditujukan u/ pendahuluan operasi amfibi atau mengempur pulau2 kecil yang diduduki musuh…2 jempol !!!
yup bner juga, klo bwt operasi menyusuri sungai klo pake meriam, lawan intercept bandit di sisi sisi sungai yg lebih dr 1 peleton bisa kedandapan klo only meriam, mungkin msti ada armament anti personel banyak #majulah tni
Coba di design untuk ngegotong rudal udara medium..itu lebih sangat berguna untuk menghambat pespur musuh untuk bombardir indonesia
Kalo cuma gotong canon 105 palingan buat ngusir pencuri ikan…huwfff
Kalau bisa melaju sampai 40 knot kayaknya lebih manteb dikembangkan buat gotong C-705, tiap kapal cukup bawa 1-2 biji,,buat yang banyak & tempatkan di perbatasan terutama ambalat & natuna..lumayan buat penerus si Komar….
Iya tu, mending dikembanhin aja jadi KCR sekalian… Ntar jadi adeknya Klewang Class….
Wong sama” trimaran… Xixixi
Ide anak bangsa yang luar biasa. Lebih mantap lagi jika dengan fitur siluman, yang bisa menyusup ke dalam area musuh tanpa terdeteksi. Pasti jadi super komplit.
Ide yang menarik tapi Cockerill 105mm itu apa iya cocok untuk Naval application? Kapal cepat itu kan identik dengan meriam yang ROF nya tinggi semacam Bofors 40mm, 57mm atau Oto Melara 76mm. IMHO, kapal macam X18 paling cocok dipasang RWS .50 atau paling banter kal 20mm untuk extra reach and firepower. Untuk anti armor bisa dilengkapi ATGM atau misil ringan serbaguna seperti Yugoimport ALAS
105mm terlalu berat,,mending pakai bofors 40mm 3p..lebih simple tapi mematikan