LCVP 512-1 eks KRI Teluk Semangka: Jadi Koleksi Bersejarah di Museum Angkut

Meski telah dikaramkan sebagai sasaran tembak di sekitar Laut Jawa pada tahun 2013, warisan peninggalan eks LST (Landing Ship Tank) KRI Teluk Semangka 512 beberapa masih eksis sampai saat ini. Sebut saja kanon Bofors 40 mm dari LST produksi Tacoma Marine Industries Ltd (KTMI), Korea Selatan ini masih digunakan sebagai kanon (sementara) di tiga unit KCR (Kapal Cepat Rudal) 60 Sampari Class. Lain dari itu, peninggalan eks KRI Teluk Semangka 512 berupa LCVP (Landing Craft Vehicle and Personnel) nyatanya sejak tahun lalu telah menjadi koleksi di Museum Angkut di Kota Batu, Malang, Jawa Timur.

Baca juga: KRI Teluk Semangka 512 – LST Besutan Korea Selatan Pertama Yang Akhiri Masa Tugas

LCVP atau disebut Sekoci Pendarat Amfibi adalah sebuah alat transportasi air yang digunakan dalam operasi amfibi. Sebuah operasi militer yang digelar oleh angkatan laut dengan tujuan untuk memproyeksikan kekuatan militer berupa pasukan berikut material dan persenjataannya guna merebut suatu daerah melalui laut. LCVP dengan label 512-1 adalah buatan Korea Selatan pada tahun 1980, kapasitasnya dirancang untuk membawa 30 pasukan Marinir bersenjata lengkap. LCVP ini punya panjang 12 meter, lebar 2,8 meter, dan tinggi 2,5 meter. Sementara bobot kosongnya mencapai 9,5 ton. Dengan penggerak propeller, kecepatan LCVP ditaksir sekitar 12 knots per jam.

LCVP memiliki bentuk yang unik. Lunas bagian bawahnya didesain rata supaya mampu melakukan kegiatan beaching (pendaratan pantai) yaitu menumbukkan bagian haluan kapal ke pantai sasaran. LCVP dilengkapi rampa haluan yang dapat terbuka sesaat setelah beaching guna mengeluarkan pasukan pendarat secara cepat dan taktis ataupun mengeluarkan peralatan dan material pada saat pendaratan administrasi berlangsung. Aksi LCVP ini begitu nyata saat dilibatkan dalam operasi militer amfibi di Aceh pada periode 2001 – 2004 untuk melawan separatis GAM.

Baca juga: Landing Craft Utility – “Kepanjangan Tangan” Gelar Operasi Amfibi LPD TNI AL

Sebagai LST dengan bobot kosong 1.800 ton dan bobot penuh 3.770 ton, KRI Teluk Semangka 512 membawa dua unit LCVP, meski secara teori kapal perang ini dapat membawa empat unit LCVP. KRI Teluk Semangka 512 dibuat digalangan Tacoma Marine Industries Ltd (KTMI), Korea Selatan pada tahun 1980, kemudian diluncurkan pada 3 Mei 1980. Diserahkan kepada pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 28 Februari 1982. Berdasarkan Keputusan Pangab No Skep/1716/VIII/1982 tanggal 8 Agustus 1982 KRI Teluk Semangka -512 resmi bergabung dalam jajaran TNI Angkatan Laut dengan komandan pertama kalinya Letkol Laut (P) Poedjiono.

Kemudi LCVP.

Bila dihitung memang usia pengabdiannya sudah 30 tahun lebih. Tapi untuk ukuran kapal perang TNI AL belum terlalu tua, ambil contoh frigat Van Speijk yang kini dipercaya menggotong rudal Yakhont, dibuat di Belanda pada tahun 60-an. Lewat retrofit kapal-kapal perang tua TNI AL hingga kini masih cukup efektif mengawal laut NKRI.

Baca juga: Mulai 2017, TNI AL Bertahap Pensiunkan Frigat Van Speijk Class

TNI AL memiliki beberapa seri kapal yang sama pada awal tahun 80-an dan dibuat oleh galangan kapal Tacoma SY. Masing-masing adalah KRI Teluk Semangka 512, KRI Teluk Penyu 513, KRI Teluk Mandar 514, KRI Teluk Sampit 515, KRI Teluk Banten 516, dan KRI Teluk Ende. Secara umum ke-6 kapal ini memiliki dimensi 100 x 15,4 x 4,2 meter, serta punya bobot kosong 1.800 ton dan bobot penuh 3.770 ton. Dari ke-6 kapal ini sejatinya dipecah lagi menjadi dua varian, yakni varian standar dan varian komando. Kesemua kapal tersebut masuk dalam pembinaan Satfib (Satuan Kapal Amfibi)

LCVP sebelum direnovasi. (Foto: Letkol Laut (P) Yudo Ponco)

Baca juga: KRI Teluk Banten 516 – Landing Ship Tank dengan Kemampuan Sebagai Kapal Markas

LCVP eks KRI Teluk Semangka 512 dalam perjalanan dari Surabaya ke Museum Angkut di Batu, Malang. (Foto: Letkol Laut (P) Yudo Ponco).

KRI Teluk Semangka 512, KRI Teluk Penyu 513, KRI Teluk Mandar 514, dan KRI Teluk Sampit 515 masuk dalam varian standar. Di varian ini ditandai dengan desain yang relatif standar, ciri-cirinya adalah tidak adanya fasilitas hangar untuk helikopter, hanya ada deck heli di buritan dan mampu membawa 4 unit LCVP. Untuk persenjatannya, dilengkapi senjata utama 3 pucuk kanon Bofors kaliber 40 mm (2 di haluan dan 1 pucuk ditempatkan pada buritan), 2 pucuk kanon 20 mm buatan Rheinmetall, dan 2 pucuk SMB (senapan mesin berat) kaliber 12,7 mm. Ketiga kanon Bofors 40 mm yang dioperasikan manual dilengkapi kubah pelindung untuk awaknya.

Sedangkan untuk KRI Teluk Banten 516 dan KRI Teluk Ende 517 masuk dalam varian komando. Varian ini dicirikan dengan adanya superstructure berupa hangar yang desainnya cukup besar. Di dalam hangar ini bahkan dapat memuat 2 helikopter sekelas NBell-412 atau Super Puma dalam kondisi baling-baling dilipat. (Haryo Adjie)

3 Comments