Korvet Parchim Class TNI AL Kini Dilengkapi Kanon Vektor G12
|KRI Silas Papare 386, satu dari enam belas unit korvet Parchim Class TNI AL, kini telah dibekali sistem senjata kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) Vektor G12 kaliber 20 mm. Dengan bekal kanon ini, maka letalitas korvet besutan Jerman Timur ini bakal tambah mumpuni, terutama untuk menghadapi sasaran di permukaan dan udara jarak pendek.
Baca juga: RIMPAC 2016 – KRI Diponegoro 365 Lalukan Uji Tembak Kanon Vektor G12 20mm
Kanon Vektor G12 disematkan di deck bagian atas sisi belakang, satu unit kanon ini ditempatkan di pada sisi kiri kapal, sementara sisi sebaliknya terdapat mounting peluncur rudal MANPADS Strela. Vektor G12 sendiri bukan senjata baru, kemungkinan kanon ini adalah lungsuran dari KCR (Kapal Cepat Rudal) Clurit Class, yakni KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642. Pada awal diluncurkan, kedua Clurit Class tersebut dipasangi Vektor G12 pada anjungan, namun setelah dilakukan retrofit, KRI Clurit 641 dan KRI Kujang 642 kini dipasangi kanon CIWS (Close In Weapon System) Norinco NG-18 (varian dari AK-630M).
Baca juga: AK-630M – Mengenal Kecanggihan Kanon CIWS Kapal Cepat Rudal TNI AL
Vektor G12 dikendalikan secara manual, dalam fungsi dan kaliber yang sama, TNI AL juga mengoperasikan kanon Rheinmetall Rh202 single barrel yang ditempatkan pada FPB-57 dan LST KRI Teluk Banten 516.
Baca juga: Rheinmetall Rh202 20mm – Kanon PSU Yang Ditakuti Perompak
Dari sisi performa, Vektor G12 mempunyai jarak tembak maksimum hingga 10.020 meter dan jarak tembak efektif 2.000 meter dengan amunisi HE (high explosive). Kecepatan tembak kanon laras tunggal ini mencapai 750 amunisi per menit, sedangkan kecepatan luncur proyektilnya adalah 1.050 meter per detik. Jenis amunisi kaliber 20×139 mm ini dapat memuntahkan proyektil dengan hulu ledak APC-T HEI, HEI-T, TP, APDS-T, APHEI, APHEIT, dan TP-T. Selain KRI Silas Papare 386 belum diketahui korvet Parchim lain yang dipasangi kanon Vektor G12. Pengguna paling banyak kanon ini adalah pada empat korvet Diponegoro Class. (SIGMA 9113). (Haryo Adjie)
Spesifikasi Vektor G12:
Negara asal : Afrika Selatan
Kaliber : 20 mm
Jarak tembak maksimum : 10.000 meter
Jarak tembak efektif : 2.000 meter
Kecepatan tembak : 750 peluru per menit
Kecepatan luncur proyektil : 1.050 meter per detik
Kapal bagus tapi PSU kuno ,harusnya di pasangkan CIWS .
Kembali ke jaman batu…
ini bedo role dengan ciws jadi gak bisa disamakan
Tande pese na
ciws buat dihaluan bung @the komerat .bakal diganti ak 730..
250 galangan kapal nasional…masih bingung bangun kapal ??…
kebanyakan kapal sipil bung, kapal angkut manusia, kapal angkut hewan, kapal nelayan, kapal roro, kapal cepat, sedangkan yang buat kapal tanker terbatas.
Masih manual ya? Enggak bisa apa dibikin remote dan dipasang lensa yang panjangnya 50cm supaya bisa liat hingga 10 km dengan jelas. Kasihan personilnya kalo kehujanan.
bisa . nanti jadinya seperti rcws di darat . karna larasnya hanya satu .
Apa tidak bisa dipasangi 1 palma sosna r di haluan, hingga kedua sisi bisa dipasangi rcws denel rogue 30mm? Atau justru 4 korvet sigma 90 yg dipasangi rwcs denel rougue sekalian mengganti tetral dgn vls r-darter.
Tergantung duit nya
sosna r perlu ruang di bawahnya untuk isi peluru sama seperti vls r darter. permak habis kalau mau memasangnya
Ambil paket hemat saja. Rudal cukup yg dpt digotong sosna-r, yaitu 8 tak perlu reloads. Cukup utk membela diri dr ancaman serangan udara. Apalagi parchim class sdh uzur, sudah waktunya diganti. Rancangan nakhoda ragam tampaknya ideal. Sigma 90, krn tak memaket vls, perlu waktu lama hanya utk permak saja.
om @admin
Dari ke16 korvet pachim yg ada, apa semuanya masih oprasinal & fungsional semua om @admin….????
Kelihatannya ada 2 unit yang sdh non aktif karena kerusakannya terlalu berat
KRI Memet Sastrawiria (380) pernah tenggelam
KRI Pati Unus (384) lambung bocor parah
silahkan di update apabila ada data terbaru
Pernah berhembus kabar, jika pengganti parchim tengah digodok oleh tni-al menggandeng palindo marine. Bukannya sigma 90 sudah memenuhi syarat. Dengan tambahan vls umkhonto hingga bisa setara dengan opv 90mtr rsn.
KRI memet udah non aktif, kalau KRI Pati unus pernah lihat lagi di perbaiki di galangan belawan medan.
Saya lebih menikmati artikel Indomiliter yang seperti ini (termasuk kisah sejarah) dibanding artikel2 opini kiriman penulis yang menurut saya kok kualitas jurnalistik & penulisannya nggak sebaik dengan artikel biasanya di sini.
Oia, kelihatannya Indomiliter belum pernah ulas soal jenis2 seragam militer, perkembanga, atau keunikannya baik yg ada di TNI maupun negara tetangga. Juga soal ransum. Menurut saya tema ini menarik dan saya perhatikan nggak banyak diulas di berbagai situs militer.