Hughes 500C TNI AU: Sempat Jadi Helikopter Latih Lanjut, Cikal Bakal Heli Serbu Ringan MD530G

MD530G-overview

Dalam ajang Defence Services Asia (DSA) 2016 yang berlangsung bulan April lalu di Kuala Lumpur, Pemerintah Malaysia telah mengumumkan pembelian enam unit helikopter serbu ringan MD530G – (aka AH-6 Little Bird) dari MD Helicopters Inc. Debut helikopter yang kondang sebagai elemen CAP (Close Air Support) di film Black Hawk Down ini memang masif dimanfaatkan satuan Ranger dan Delta Force untuk melakukan raid.

Baca juga: Kavaleri Udara – “Kuda” Perang Tangguh Pemukul Musuh dan Benteng Serangan Terorisme

Dari aspek dukungan senjata serta kelincahan dalam bermanuver, bisa dibilang tidak ada yang terlalu istimewa dari MD530G. Poin keunggulan yang kentara lebih karena battle proven, tentu akibat sering diajak beraksi oleh pasukan AS di banyak palagan, seperti salah satunya dalam operasi Gothic Serphent (1993) di Mogadishu – Somalia, suatu operasi militer yang menjadi latar penggarapan film Black Hawk Down karya sutradara Ridley Scott.

md530g_1

Baca juga: NBO-105 – Heli Serang Utama TNI-AD

Bila dikomparasi dengan Indonesia, TNI AD juga sudah melakukan pengadaan helikopter serbu ringan keluaran baru, yakni AS 550 Fennec buatan Airbus Helicopters. Fennec didapuk sebagai generasi penerus NBO-105 yang kini memang sudah tak diproduksi lagi. Baik MD530G dan AS 550 Fennec, keduanya berasal dari platform helikopter sipil. Ini artinya untuk urusan dukungan sensor dan adopsi persenjataan, semuanya bersifat optional. Rasanya di heli ini Anda tak akan menemukan senapan mesin internal, seperti halnya pada helikopter serbu AH-64 Apache atau Mi-35P Hind.

Hughes 500C TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma.
Hughes 500C TNI AU di Lanud Halim Perdanakusuma.
Pernah terlibat dalam operasi SAR.
Pernah terlibat dalam operasi SAR.

Meski berasal dari platform helikopter sipil, umumya saat beranjak ke versi militer, terdapat penguatan airframe, baling-baling, sampai pada jenis mesin yang lebih powerfull. Bagi penulis, yang menarik adalah melihat sosok MD530G atau Littile Bird, pasalnya di pertengahan tahun 70-an, buyut dari dari MD530G justru sudah mengangkasa di langit Indonesia. Lewat operator Pelita Air Service, setidaknya ada 12 unit Hughes 500C yang pernah dioperasikan maskapai charter milik BUMN Pertamina ini. Pada tahun 70-an, sesuai namanya Hughes 500C masih diproduksi oleh Hughes Helicopters.

H-369HS_640interni_wm-(1)

Berdasarkan lintasan sejarah Hughes 500C, pada tahun 1982 Pelita Air Service mengihibahkan 12 unit helikopter ini untuk TNI AU, yang kemudian 12 unit Hughes 500 diserahkan sebagai kekuatan di Skadron Udara 7 Lanud Suryadarma. Seperti dikutip dari situs tni-au.mil.id, sebelum resmi diserahkan ke TNI AU, sebetulnya heli-heli ini sudah dioperasionalkan oleh personil TNI AU, sehingga ketika pesawat diserahterimakan, kondisi dan kemampuan terbangnya telah dipahami.

Hughes 500C Pelita Air Service PK-PEW di salah satu pantai Papua. (Foto: Bill Perkins).
Hughes 500C Pelita Air Service PK-PEW di salah satu pantai Papua tahun 1976. (Foto: Bill Perkins).
Hughes 500C Pelita Air Service yang dipiloti Bill Perkins saat mendarat di kawasan Sumatera Utara tahun 1976. (Foto: Bill Perkins)
Hughes 500C Pelita Air Service yang dipiloti Bill Perkins saat mendarat di kawasan Sumatera Utara tahun 1976. (Foto: Bill Perkins)

Untuk selanjutnya, Hughes 500C digunakan bagi keperluan pendidikan siswa Sekbang jurusan Helikopter Latih Lanjut. Bila mengacu pada kondisi saat ini, peran Hughes 500C bisa diibaratkan sebagai pendahulu dari helikopter EC-120B Colibiri. Hughes 500C bisa dikata jarang diterbangkan, dengan alasan menurunnya kesiapan operasional helikopter ini, diantaranya terkait suku cadang. Di dekade 90-an, tinggal lima unit Hughes 500C yang siap operasional, yakni H-500C, H-5010, H-5002, H-5003 dan H-5005. Di tahun 1995, penulis kebetulan masih sempat melihat helikopter ini terparkir depan hangar Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Hughes 500C meraih sertifikat kelaikan terbang pada 1966, dalam versi militer kala itu Hughes menghadirkan kembarannya, yaitu OH-6A Cayuse. Hughes 500 ditenagai mesin tunggal Allison 250-C18B. Helikopter ini punya kecepatan maksimum 282 Km per jam, dan kecepatan jelajah 232 Km per jam. Sementara jarak tempuhnya bisa mencapai 605 Km. Berbeda dengan NBO-105 dan EC-120B Colibri, Hiughes 500 tidak dilengkapi ramp door di bagian belakang, pasalnya exhaust engine berada di posisi bawah bagian belakang.

OH-6A Cayuse.
OH-6A Cayuse.

Kembali ke MD530G yang dibeli Malaysia, oleh pabrikannya heli ini disebut sebagai generasi terbaru dari line heli serbu dari keluarga turunan Hughes. Airframenya dibangun dari platform MD530F yang selama ini telah battle proven. Sebagai versi terbaru, landing gear telah diperkuat sehingga dapat memuat kapasitas payload sampai 816 Kg. Dengan payload yang semakin besar, maka racikan senjata yang akan dibawa bisa lebih fleksibel. Sebagai heli serbu ringan bersemin tunggal, bobot kosong MD530G hanya 885 Kg, dan maximum take off gross weight mencapai 1.701 Kg.

Baca juga: FN HMP250 – Senjata Pamungkas Heli Serbu NBO-105 Penerbad

MD530G memeng helikopter yang tak hanya ringan, tapi juga mini, sebagai perbandingan adalah postur orang yang berdiri disampingnya.
MD530G memeng helikopter yang tak hanya ringan, tapi juga mini, sebagai perbandingan adalah postur orang yang berdiri disampingnya.
HMP Pod 12,7 mm dan Gatling gun M134D, plus rudal stinger memang jadi racikan andalan MD530G.
HMP Pod 12,7 mm dan Gatling gun M134D, plus rudal stinger memang jadi racikan andalan MD530G.

Baca juga: M134D Minigun – Saatnya Door Gun Helikopter Puspenerbad TNI AD Dibekali Gatling Gun

Bekal senjata favorit yang diusung sudah barang tentu M134D Minigun pod 7,62 mm, FM HMP250 Pod 12,7 mm, roket Hydra 70 2,75 inchi, rudal anti tank TOW, dan rudal stinger. MD530G disokong mesin turbin Roll Royce 250-C30. Kecepatan jelajah heli serbu ini 204 Km per jam, dan kecepatan maksimum 282 Km per jam. Sementara jarak jangkaunya mencapai 426 Km dengan endurance terbang 2,5 jam. Bicara tentang dukungan perangkat sensor navigasi, selain FLIR (Forward Looking Infrared), teknologi helikopter juga telah terintegrasi dengan stores management system dan advanced communication suite. (Haryo Adjie)