GBU-12 LGBs: Bom Pintar NATO Berpemandu Laser, Sukses Diluncurkan dari Sukhoi Su-30MKM Malaysia

Nama senjata yang satu ini jelas bukan barang baru, pasalnya sosok bom pintar (smart bomb) yang diberi label Guided Bomb Unit (GBU)-12 Paveway II LGBs (Laser Guided Bombs) sudah malang melintang debutnya sejak era Perang Vietnam (1968). Diracik oleh Texas Instrument (sekarang – Raytheon), keluarga Paveway LGBs menjadi varian bom pintar yang paling laris dipasaran, terkhusus pada varian GBU-12 LGBs yang mencomot platform dumb bomb paling populer di lini kesenjataan NATO, yakni MK82. Begitu masif digunakan di banyak palagan pertempuran, menjadikan nama GBU-12 terasa ‘biasa-biasa’ saja, tapi jadi tak biasa seperti yang dilakukan AU Malaysia baru-baru ini.

Baca juga: MK82 – Bom Paling “Lethal” Milik TNI AU

AU Malaysia atau TUDM (Tentara Udara Diraja Malysia) belakangan menjadi trending topik pemerhati alutsista, lantaran disebut berhasil meluncurkan bom GBU-12 dari jet tempur buatan Rusia, Su-30MKM. Artinya Malaysia berhasil mengawinkan sistem senjata berstandar AS/NATO ke sistem senjata Rusia. Dalam dimensi yang berbeda, mengawinkan dua sistem senjata dari dua standar yang berbeda juga telah dilakoni TNI AU, seperti pada masa Oprasi Seroja di Timor Timur, pesawat anti gerilya/COIN (Counter Insurgency) OV-10F Bronco dan A-4E Skyhawk diketahui berhasil meluncurkan sisa-sisa bom udara buatan Uni Soviet RBK-250 (eks Operasi Trikora) yang tersedia cukup banyak saat itu.

Baca juga: Bom Cluster RBK-250 – Penebar Maut dari Timor Timur Hingga Konflik di Suriah

Namun yang dilakukan AU Malaysia punya arti penting, pasalnya yang diluncurkan adalah smart bomb, dan yang meluncurkan adalah Su-30MKM, varian Su-30 tercanggih di kawasan Asia Tenggara. Malaysia sendiri sudah cukup lama menggunakan GBU-12, bom ini menjadi salah satu senjata pamungkas untuk dipasang pada jet tempur F/A-18D Hornet dan Hawk 208. Di Asia Tenggara, pengguna GBU-12 tak hanya Malaysia, Singapura dan Thailand tercatat sebagai pengguna, bahkan AU Thailand telah menggunakan GBU-12 pada tahun 1997 untuk diluncurkan dari jet tempur F-5E/F Tiger II.

Merujuk ke informasi yang beredar, kabar Su-30MKM berhasil melepaskan GBU-12 terendus dari video yang dibuat oleh TUDM untuk merayakan HUT TUDM ke-59. Peristiwanya sendiri disebut-sebut sudah berlangsung pada November 2016 di pusat latihan TUDM yang ada di Kota Belud, negara bagian Sabah, Malaysia. Sayangnya tidak ada penjelasan tentang bagaimana TUDM memandu GBU-12 dari Su-30MKM. Untuk mengarahkan GBU-12 ke sasaran bisa dilakukan lewat laser targeting pod yang ada di jet tempur, atau bisa juga GBU-12 diarahkan dari tim pengendali tempur yang membawa portable laser targeting pod.

GBU-12 seeker pada laser guidance kit.

Baca juga: MK82 High Drag Bomb Parachute – Bom Spesialis Penghancur Sasaran Tertutup dan Sulit

Dari aspek teknis, inti dari GBU-12 adalah dumb bomb MK82 yang punya bobot 227 kg, namun karena menyandang predikat smart bomb, pada ujung GBU-12 sudah ditambahkan laser guidance kit untuk membaca panduan laser yang mengarah ke sasaran. Laser guidance kit terintegrasi dengan computer control group di bagian depan sistem bom dan airfoil group yang terletak di bagian belakang. Dalam operasinya, bila sasaran sudah ‘disinari’ oleh laser, maka sirip pemandu (canard fins) pada bagian belakang akan bereaksi dan siap membawa bom ke sasaran. Sayap pada airfoil group akan mengembang dan menjaga aerodinamika bom untuk melakukan manuver. Dengan tambahan laser guidance kit dan airfoil group, bobot GBU-12 ditaksir mencapai 277 kg dengan hulu ledaknya 87 kg.

Baca juga: GPS Guided Bomb – Harapan Implementasi Bom Pintar Untuk Indonesia

Dengan sayap yang mengembang di bagian belakang, maka bom tidak langsung jatuh bebas, GBU-12 dapat diarahkan menuju sasaran yang jauhnya 14,8 km dari titik dilepaskan. Sementara tingkat akurasi GBU-12 mencapai 9 meter (Circular Error Probable). Bom ini cocok untuk melibas sasaran kecil dengan pelindung lapis baja, seperti tank dan ranpur lapis baja lainnya. Meski bukan golongan rudal, harga peer unit GBU-12 juga tak murah, per unitnya ditaksir mencapai US$22 ribu, atau setara Rp292 juta.

Selain GBU-12, keluarga Paveway LGBs juga ada dari varian GBU-16 (450 kg dari platform bom MK83) dan GBU-10 (900 kg dari platform bom MK84). Meski kontraktor GBU family adalah Raytheon, namun pihak Lockheed Martin ikut dilibatkan dalam produksi bom ini, yakni perannya untuk merakit Paveway II laser guidance kits, khususnya dalam menangani order pembuatan bom dalam Perang di Irak dan Afghanistan.

Baca juga: Sniper Advanced Targeting Pod – Perangkat Intai dan Penjejak Sasaran Untuk F-16 C/D Block 52ID TNI AU

Bagaimana dengan Indonesia? TNI AU sampai saat ini masih mengupayakan smart bomb produksi dalam negeri, namun sayangnya semua masih dalam status prototipe. Tapi bila nanti armada F-16 C/D Block52ID telah dipasang Sniper Advanced Targeting Pod, maka bukan tak mungkin Indonesia akan bergabung sebagai salah satu negara pengguna GBU-12. (Gilang Perdana)

31 Comments