Boeing Terjun dalam Proyek Pengembangan Bronco II

Label Bronco sebagai kuda liar dalam misi COIN (Counter Insurgency) serasa tak pernah lekang. Meski di Indonesia kiprahnya tinggal sebatas kenangan. Namun lain halnya di Filipina, OV-10 A/C/M Bronco masih beroperasi penuh, seperti pada Juni 2017, pesawat turbo propeller ini aktif melakukan serangan udara ke basis militas ISIS di Marawi. Dan seolah ingin menampuk rejeki dari nama besar Bronco, perusahaan asal Afrika Selatan Paramount lewat anak perusahannya di AS yakni AHRLAC Aerospace Development Corp (AADC) dengan Fulcrum Concepts yang berbasis di Virginia, merilis prototipe Bronco Combat Systems (BCS) atau populer disebut Bronco II.

Baca juga: OV-10 Bronco Beraksi di Marawi, Ingatkan Kenangan Pada Si “Kuda Liar” Pelibas GPK

Rancang bangun BCS mengacu pada sosok pesawat yang sudah ada di Afrika Selatan, yakni Mwari dari Paramount Group. Debut Bronco II pun tak ingin melupakan peluang yang ada, pesawat dengan mesin pusher ini hadir untuk dipinang Angkatan Udara AS yang sedang mencari model pesawat serang ringan di masa depan. Komitmen pihak Paramount telah disebutkan dalam simposium Air Force Association’s Air Warfare di Orlando pada 21 Februari 2018 lalu.

Dan merujuk ke berita yang terbaru yang dirilis dari Janes.com (30/4/2018), Aviall, anak perusahaan Boeing yang dikenal sebagai manufaktur komponen pesawat menyatakan telah bergabung dalam mendukung rantai pasokan dalam proyek Bronco Combat Systems. Tidak itu saja, Boeing Aviall juga akan mendukung material dan suku cadang bagi Mwari di Afrika Selatan. Keterlibatan Aviall adalah sebuah syarat yang diajukan bila kelak pesawat ini disetujui untuk diakuisisi oleh militer AS.

Lebih lanjut Boeing Global Services, divisi di dalam Boeing Grup, disebutkan akan terlibat dalam pembuatan platform, sistem komando dan kendali untuk Bronco II. Divisi ini juga yang nantinya akan merancang sistem produksi dan manajemen yang terkait total lifecycle support system serta biaya pemeliharaan lainnya.

Lain dari itu, secara legal nama Bronco kini telah dipegang Boeing, setelah North American Rockwell kini sudah berada dalam naungan Boeing.

Sekilas tentang Bronco II, aura dengan Bronco masih terasa dari bentuk sayap ekor model “gawang” yang legendaris. Namun lain dari itu, Bronco II tampil beda, seperti pesawat mungil ini hanya menggunakan mesin tunggal yang disematkan di belakang fuselage.

Dapur pacu Bronco II dipercayakan pada mesin Pratt & Whitney PT6-66B berdaya 950 PS. Kecepatan maksimumnya 504 km per jam, ketinggian terbang hingga 9.450 meter, sementara jangkauan terbang hingga 2.130 km dengan endurance sekitar 7 jam. Seperi halnya Bronco klasik, Bronco II dapat dioperasikan dari landas pacu sederhana (tanah keras atau rumput) sepanjang 550 meter.

Untuk bekal senjata, Bronco II tak ‘neko-neko,’ pesawat ringan dengan bobot maksimum 3,8 ton ini dibekali sepucuk kanon internal F2 20 mm dan tersedia empat cantelan disayap untuk dipassangi bom, roket dan rudal anti tank. Total payload yang bisa dibawa mencapai 800 kg.

Baca juga: Air Tractor AT-802U – Sang Penantang Super Tucano, “Battle Proven” di Langit Papua

Di luar keperluan militer dengan menawarkan sebagai pesawat intai serang ringan untuk AU dan Marinir AS, Bronco II juga ditawarkan juga untuk komunitas penegak hukum sebagai sebagai wahana ISR (intelligence, surveillance and reconnaissance) berbiaya operasional rendah. Dapat digunakan sebagai wahana pemantau dan penjaga wilayah perbatasan menghadapi penyelundupan narkoba maupun migrasi gelap. Seperti pada Mwari, pesawat yang sudah mengudara sejak 26 Juli 2014 ini telah dilengkapi dengan perangkat forward looking infrared (FLIR) cameras, synthetic aperture radars (SAR), dan active and passive electronic warfare (EW) systems.

Mulai awal tahun 2018, Paramount sudah mulai produksi pertama Mwari dari jalur perakitan di Wonderboom, Afrika Selatan. Namun tak disebutkan siapa pemesan dan negara asalnya. (Bayu Pamungkas)

10 Comments